Sunday, November 4, 2018

Bersembunyi

Yehezkiel, Daniel
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 04 Nov 2018

Mimpi stadion? Iiih, untung hanya mimpi sekali saja dan mimpinya bukan sebagai pembicaranya kok. ^_^ Kalau membantu ortu berjualan di toko sich, aku masih berani karena hanya satu lawan satu atau maksimal satu lawan tiga. Kalau klub sosial atau stadion, hih tahu sendiri lha berapa pasang mata yang mungkin ada di dalamnya. Anti klub sosial? Hmmm… kurang tepat sich. Masalahnya klub sosial merupakan salah satu sarana untuk terkenal di sebuah komunitas dan kuhanya anti popularitas. Karena anti popularitas, otomatis ya anti kamera. Jadi, ya jangan heran kalau daku sering bersembunyi di balik gambar-gambar kartun… wkwwkw… Nongolnya sesekali saja.

Ketika kuliah ada teman sebaya menyapaku: “Hai, apa kabar? Masih ingat aku? Aku ini yang begini nich. Dulu kamu yang begitu tuh.” Aduh, siapa ya? Rasanya belum pernah kenal dech. Hehehe… belum terkenal aja sudah lupa sama beberapa orang. Bahkan, kusempat nyaris diculik nich karena percaya kepada seseorang yang mengaku kenal temanku. Jika terkenal, wah semakin banyak tuh yang mengaku kenal sama kita. Kalau memang kenal atau niatnya baik atau tak ada maksud buruk, oke dech. Namun, bagaimana kalau yang pura-pura kenal berniat tidak baik atau mau menipu?

Pada kesempatan lain di kampus yang sama ada kakak kelas bertanya: “Kamu tahu JRP?” Seketika kujawab tidak tahu dengan hati berdebar-debar kencang karena teringat akan hari pertamaku yang datang ke kampus dengan angguna. Wah, jangan-jangan cece ini mengetahui cerita konyol tersebut. Karena tiada taksi, angguna pun jadi tetapi sopir angguna terlalu bangga mengantarku ke kampus karena berulang kali dia mengatakan bahwa ini pertama kalinya dia mengantar ke kampus, sampai-sampai dia tidak mau berhenti saat diminta dan sengaja menurunkanku tepat di depan kampus padahal seharusnya dia berhenti sekitar 5 meter dari kampus.

Waduh, pelanggaran ini membuatku dicegat dan diinterogasi kakak kelas cowok: “Naik apa tadi?” Jawabku: “Naik mobil.” (Semoga tidak bertanya mobil apa.) Eh, malah ditanya lagi: “Mobil apa?” Segera kujawab: “Angguna.” (Masa tidak melihat sich? Sudah tahu kok pura-pura tidak tahu.) Lantas dia bertanya lagi: “Mengapa berhenti di sini dan tidak berhenti di sana?” Oh Tuhan, tolonglah aku. Dengan rasa bersalah kujawab: “Aku sudah meminta sopirnya untuk berhenti di sana tetapi dia tidak mau.” Maka, koko itu berkata: “Ya sudah, lain kali jangan diulangi lagi ya.” Aduh, selamat lha aku dari hukuman tetapi bisa-bisa cerita tak lazim ini tersebar di kampus. Wew…

Namun, cece tadi segera memberitahu bahwa JRP yang dimaksudnya adalah sekolah kepribadian John Robert Power. Fiuh… kupikir inisial namaku… wkwkwk… Untung inisial namaku belum setenar sekolah kepribadian itu… hahaha… Menjadi terkenal tentulah menjadi bahan pembicaraan pula. Kalau pembicaraannya benar sich tak masalah, tetapi jika gosip, oh Tuhan, biarlah aku bersembunyi di balik punggung-Mu. ^_^ Kalau bersembunyi di bawah meja, sudah tidak muat karena mejanya tidak ikut bertumbuh. Badanku dulu tak segini… xixixi… Namun, jika harus berurusan dengan orang terkenal, lebih baik aku juga bersembunyi di balik punggung Yesus saja dech. Dengan demikian, niscaya hanya cahaya-Nya yang terlihat oleh dunia.

HADIRAT-MU MEMENUHIKU
Tuhan hadir di bait kudus-Nya saat umat mencari wajah-Nya. Berseru, berdoa, bersujud menyembah, dan menikmati kehadiran-Nya. Tuhan mau dekat dengan umat-Nya yang datang dengan s’gnap hatinya. Berseru, berdoa, bersujud menyembah, dan menikmati kehadiran-Nya.
Reff: Hadirat-Mu memenuhiku. Hadirat kudus-Mu penuhi bait-Mu dan kutersungkur menyembah-Mu, yang kunampak hanya kemuliaan-Mu.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.