Sunday, April 26, 2015

Hidup Dipimpin Roh Allah – bagian 2

Hidup Dipimpin Roh Allah – bagian 1
Catatan khotbah ibadah ke-1 oleh pdt.Leonardo Sjiamsuri

2. Tidak Mengenal Suara Tuhan.
1 Samuel 3:1, 7 Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering. Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya.
>> Ayat tersebut menunjukkan bahwa Tuhan tetap mau berbicara dengan kita meskipun kita belum mengenal-Nya.
Tuhan Mengenal Setiap Orang
>> Kita bisa mengenal suara seseorang bila kita sering mendengarnya bicara. Misalnya ada seorang pria yang pergi ke luar negeri selama tiga bulan lalu dari sana dia menelepon isterinya. Ketika isterinya menjawab telepon, pria itu tak mungkin bertanya: "Ini siapa?" karena dia mengenal suara isterinya. Jadi, bagaimana kita bisa mengenal suara Tuhan bila kita jarang mendengar suara-Nya?

☆☆ Renungan: Mengenali Suara Terpendam

Sekitar tahun 2010 aku pulang dari XX sendirian. Karena di seberang XX tidak ada angkot yang kubutuhkan, kuputuskan menyeberang dan menyeberang hingga kususuri jalan di depan kantor XXXXXXXX lalu bertanya kepada seorang ibu: "Kalau mau ke T4, naik bemo apa bu dan carinya dimana?" Lalu ibu itu menunjukkan arah sambil berkata: "Bemo V tapi nunggunya di seberang jalan setelah air mancur itu."

Pikirku ini tepat seperti perkiraanku jadi aku kembali berjalan. Namun, sekitar 3 meter sebelum air mancur tiba-tiba ada seorang pemuda datang merapat dengan mengendarai motornya sembari berkata: "Kamu kerja di pt.xx ya? Kenal sama si A dan si B 'kan." Jawabku: "Iya, tidak kenal sich tapi pernah kudengar tentang mereka sewaktu kerja di sana." Lalu katanya: "Kamu mau ke T4 'kan. Aku juga lewat sana, ayo bareng aku."

Karena sudah lelah berjalan, tanpa pikir panjang kuterima saja ajakannya tetapi kubilang aku ikut hanya sampai seberangnya air mancur. Dia setuju lalu dia berbelok ke kiri dengan alasan tidak boleh lurus, harus muter dulu, dan nanti aku diturunkan di seberang sana, dan kelihatannya emang benar sich. Setelah itu dia belok kanan dan naik ke jalan layang yang ada di depan XX.

"Lho, kenapa tidak lewat bawah? Bemo V 'kan lewat kanan bawah. Tapi, bagaimana aku bisa loncat dari sini? Bisa luka-luka aku. Ini jalan kemana yach?" Lalu berhentilah dia di sebuah setopan lampu merah dan ada polisi di sana tetapi aku tidak mengenali jalan itu. "Kalau aku turun di sini, aku bilang apa sama polisinya? Belum tentu orang ini mau menculikku 'kan. Dari sini pun aku tak tahu mau naik bemo apa? Maka, aku berdoa sambil bertanya-tanya di dalam hati sebaiknya aku bagaimana tetapi tidak ada jawaban."

Jadi, aku tetap duduk tenang di atas motornya lalu dia berhenti di suatu tempat yang sepi (di belakang toko baju batik). Dia minta ditukari uang lalu kutukari. Setelah itu dia pamit pergi sebentar untuk menemui seseorang dengan alasan mau membayar hutang kepadanya dan aku diminta menjaga motornya.

Beberapa menit kemudian dia kembali memboncengku. Saat itulah hatiku berdebar-debar kencang sehingga aku bertanya-tanya di dalam hati: "Apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku bisa turun dari motor ini?"

Lalu dia kembali berhenti di jalan yang ramai (di depan toko baju batik yang sama). Sekali lagi dia memintaku menjaga motornya. Selagi dia masuk ke toko baju batik, kuperhatikan jalanan yang asing itu. Ada sebuah taman kecil, ada beberapa tukang becak, dan kelihatannya akan ada bemo ke T4 karena jalanan itu amat ramai.

Tak lama berselang dia muncul kembali dan saat itulah suara hatiku berteriak-teriak: "Jangan naik motornya lagi." Jadi, kubilang padanya aku tidak ikut lagi lalu dia bertanya: "Yakin ta?" Kukatakan ya lalu berjalan pergi meninggalkannya. Lalu dia berteriak: "Hei, ayo!! Kok nggak percayaan sich."
Aku hanya menggelengkan kepala dan tetap berjalan menjauhinya. Kemudian dengan marah dia mengendarai motornya dan melewatiku. Setelah dia pergi aku bertanya kepada salah satu tukang becak yang mangkal di sana: "Pak, kalau mau ke T4 naik bemo apa dan nunggu dimana?"
Dia menjawab: "Naik bemo kuning kecoklatan, tunggu di sini tapi agak lama."

"Terima kasih pak." Beberapa menit kemudian ada bemo yang lewat dan segera kuhentikan lalu kupastikan pada sopirnya: "Lewat T4?"
Jawabnya: "Iya" maka dengan yakin aku naik bemo itu. Namun, hatiku masih berdebar-debar karena aku masih belum mengenali jalan-jalan yang kulewati tetapi suara hatiku berkata: "Tenanglah, kamu sudah aman." Aku pun mulai memperhatikan setiap penumpang yang ada di dalam bemo dan mulai merasa aman. Tak lama kemudian aku mulai mengenali jalan yang kulalui dan semakin merasa aman. Hahaha...

Sesampai di rumah kuceritakan pengalaman tersebut kepada ortu, saudara, dan teman-teman lalu mereka terheran-heran karena aku mau saja menerima tumpangan dari orang yang tak kukenal hanya karena dia ngaku-ngaku kenal dengan mantan karyawan pt.xx.

Aku membela diri dengan mengatakan bahwa aku sudah sering menerima tumpangan dari orang asing selama aku masih bekerja di pinggiran kota dan aku diantarkan baik-baik. Yach... siapa sangka di kota besar ada beberapa serigala berbulu domba yang mengintai domba? Tapi, setelah ini tidak mau lagi lha...

Fiuh, untunglah aku mengenali suara terpendam Gembalaku lewat suara hati. Untunglah saat itu tidak ada suara-suara lain yang mengacaukanku sehingga aku bisa dengan yakin meninggalkannya ketika dia berhenti di tempat yang tepat.

☆☆ Pada kasus yang lain ada anak-anak kecil yang berhasil diculik karena penculik mengaku-ngaku kenal dengan orang tua si anak. Oleh karena itu, janganlah percaya kepada orang-orang semacam ini bila kamu belum mengenalnya. Jadi, meskipun ada orang yang mengaku kenal dengan orang tuamu, janganlah percaya padanya kecuali orang tuamu sendiri yang mengatakan padamu tentang dia atau kamu sendiri telah mengenalnya.

☆☆ Renungan: Trauma Terpendam

Dulu aku bertanya-tanya kepada Tuhan: “Siapakah Philip Mantofa? Dia berasal dari -Mu atau dari setan?” lalu penggemar-penggemarnya berkata: “Philip Mantofa pasti dari Tuhan, tidak mungkin tidak.” Aku pun membela diri dengan mengatakan bahwa aku tidak mengenalnya.

Namun, setelah berada di gerejanya aku jadi bertanya-tanya: “Kenapa dulu bisa terlintas pertanyaan seperti itu? Kenapa sulit mempercayainya padahal dulu aku mudah percaya sama orang?”  Oooo... rupanya kejadian penculikan di atas telah membuat pikiran bawah sadarku ikut berkata: “meskipun ada orang yang mengaku-ngaku kenal sama Tuhan, jangan percaya sama dia sebelum kamu bertanya sendiri kepada Tuhan.”

"Ada jalan yang disangka lurus tetapi ujungnya menuju maut."

>> Roh Kudus mampu melihat hal-hal yang belum kita lihat. Jika di depan kita ada bahaya, dia segera memberitahu kita. Dengarkan suara-Nya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.