Sunday, September 30, 2018

Pelajaran Iman ~ Ps. Fuji Harsono

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 30 September 2018

Banyak orang ingin mengalami mujizat tetapi tidak mengalaminya karena mujizat membutuhkan respon iman. Ada banyak orang berdesakan di sekitar Yesus agar beroleh kesembuhan tetapi hanya satu orang yang disembuhkan, yaitu seorang wanita yang pendarahan karena dia memiliki iman. Bahkan, Yesus tidak mengetahui bahwa Dia telah menyembuhkannya. Yesus hanya merasakan adanya kuasa yang keluar dari diri-Nya. Oleh karena itu, jika ingin mengalami mujizat atau terobosan, kita perlu beriman.

Bacaan >> Markus 6:45-52 Yesus berjalan di atas air.
Markus 6:45 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.
Di sini terlihat bahwa Yesus ingin melatih iman para murid. Biasanya kita bisa mengetahui bahwa hujan akan segera turun bila melihat awan hitam menggantung di langit dan ada bau-bauan alam yang khas. Para murid Yesus tentulah juga mengetahui bahwa badai akan segera datang karena mereka merupakan nelayan berpengalaman. Meskipun demikian, Yesus tetap memerintahkan mereka untuk pergi ke seberang dengan naik perahu. 
`````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````
Catatan Penulis:
Fiuh, penulis juga tahu bahwa badai akan segera datang ketika dia diminta terbang meninggalkan sarang sehingga dia baru mau melakukannya setelah terdesak angin ribut. Lantas dia segera mencari sarang lain tetapi malah diperintahkan keluar lagi untuk belajar terbang hingga sampai langit ke tujuh. Lalu ntar makan apa jika perbekalan habis semasa belajar terbang? Masa makan angin? Oh Tuhan, teganya diri-Mu. Teganya, teganya, oh teganya diri-Mu, wkwwkw… Latihan iman itu berat dan mendebarkan ya karena berlawanan dengan pengetahuan dan pengalaman kita sebagai manusia.
`````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````
Markus 6:46 Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa.
Apa Yesus tidak mengetahui bahwa badai akan datang? Tentu saja Dia tahu tetapi Dia ingin melatih iman para murid karena sebelumnya Dia telah mengajar mereka, yaitu saat angin ribut diredakan oleh-Nya.
Markus 4:39-40 Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"

Markus 6:47-48 Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.
Danau Tiberias tidak terlalu luas dan ko Fuji pernah berkesempatan menginap di puncak bukit yang arah pandangnya menghadap danau tersebut. Dari atas bukit dia dapat melihat seluruh peristiwa yang ada di danau. Jadi, dari tempatnya berdoa, Yesus pun dapat melihat kesulitan yang dihadapi para murid di tengah danau. Para murid naik perahu pada malam hari sehingga kemungkinannya antara jam 6 sampai 8 malam. Anggap saja mereka naik perahu pada jam 8 malam tetapi hingga jam 3 malam mereka belum juga sampai di seberang. Ini berarti mereka sudah terkatung-katung di tengah danau selama 7 jam padahal seharusnya dalam waktu 1-2 jam saja mereka bisa menyeberangi danau itu.

Ketika Yesus melihat para murid kepayahan karena angin sakal, Dia mendekati mereka tetapi tidak langsung menaiki perahu mereka. Yesus malah melewati perahu mereka. Mengapa Yesus tega? Ini terjadi bukan karena Dia kejam tetapi Dia ingin melihat respon para murid. Dia tidak ingin para murid bersikap cengeng dan sedang melatih iman mereka. Nah, lewat masalah atau kesulitan Tuhan juga ingin melatih kita agar iman kita bertumbuh kepada-Nya dan tidak hanya bergantung kepada pendeta.

Markus 6:49 Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil.
Ada tiga macam respon para murid ketika melihat Yesus berjalan di atas air, yaitu takut, tercengang, dan bingung. Padahal, seharusnya mereka tenang karena mengetahui bahwa Dia adalah Yesus. Namun, hati mereka tetap degil atau keras. Hati yang keras ini bukan hati yang memberontak kepada Tuhan tetapi hati yang tidak percaya. Jika kita tercengang ketika mengalami mujizat, mungkin hati kita juga masih keras karena ketidakpercayaan.

Yohanes 6:21 Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.
Ketika Yesus naik ke perahu mereka, bukan hanya angin yang reda karena seketika itu juga perahu itu sampai ke tujuan.

Bacaan >> Markus 4:1-20 Perumpamaan tentang seorang penabur.
Sebelum peristiwa angin ribut Yesus telah menceritakan suatu perumpamaan tentang penabur. Penabur itu menabur dengan cara menyebarkan benih ke seluruh penjuru lapangan.

Markus 4:10-12 Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu. Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti,supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun."
Ini maksudnya ada orang-orang yang berhati keras sehingga tidak pernah membiarkan benih firman bertumbuh di hatinya.

Markus 4:14 Penabur itu menaburkan firman.
Jadi, benih yang dimaksud adalah firman Tuhan. Zaman dulu belum ada Perjanjian Baru sehingga Yesus sendiri merupakan Sang Firman. Perkataan Yesus yang harus dilakukan. Biarkan firman bertumbuh di hati kita.

Ketika benih disebar, sebagian jatuh di pinggir jalan dan langsung dimakan burung sehingga tidak bertumbuh. Ini termasuk orang-orang yang tidak mau membiarkan firman bertumbuh di hati. Sebagian jatuh di tanah berbatu-batu dan sempat bertumbuh tetapi kemudian mati karena tidak berakar. Sebagian jatuh di tengah semak duri dan bertumbuh tetapi tidak berbuah karena berbagai kesibukan duniawi. Sebagian jatuh di tanah yang baik dan bertumbuh hingga berbuah-buah. Tanah yang baik sebenarnya bukanlah tanah yang subur. Ini tanah yang berkekurangan karena tidak ada batunya dan semak durinya tetapi ini tanah yang dalam. Jadi, kita harus membiarkan firman bertumbuh di tanah hati kita yang dalam.

DI LUAR PIKIRAN
Syukur atas kuasa salib-Mu, tak terjangkau akal budiku. Kau yang mulia rela jadi hina, terima kasih Kau t'lah bersedia. Syukur atas kuasa darah-Mu dan pengorbanan-Mu. Bilur-bilur-Mu menyembuhkan lebih dari yang kuharapkan.
Reff: Percaya mujizat terjadi, kuasa-Mu nyata di sini. Kau melakukan perkara heran di luar pikiran. Percaya mujizat terjadi, kuasa-Mu nyata di sini. Jauh melampaui pikiranku, aku sudah sembuh.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.