Catatan Ibadah ke-1 Minggu 31 Desember 2017
Hahaha... aku sudah keluar dari perahu, tetapi cara keluarnya belum seperti Petrus karena tingkat keberaniannya berbeda. Petrus seorang nelayan yang seharusnya juga pandai berenang karena dia sudah terbiasa dengan air tetapi di tengah badai kelihatannya keahlian berenang pun tak berguna.
Yunus 1:12 Sahutnya kepada mereka: "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu."Hahaha... tiba-tiba aku teringat kisah Yunus dan kesannya lucu. Kenapa Yunus tidak terjun sendiri ke dalam air? Kenapa dia minta orang lain yang melemparnya ke dalam air? Semakin dipikirkan ternyata caraku keluar dari perahu mirip Yunus juga sich. Mungkin Yunus memiliki ketakutan sepertiku, yaitu takut keluar dari kapal atau perahu karena tidak bisa berenang.
Seandainya para penghuni kapal tidak memiliki keberanian untuk melemparkan Yunus, mungkin mereka semua akan tenggelam bersama-sama. Siapa sangka mereka bisa setega itu terhadap Yunus. Apa mereka memiliki rasa takut akan Tuhan sehingga bersedia membuang orang yang melarikan diri dari Tuhan? Mungkinkah mereka hanya takut mati tenggelam? Entahlah... tapi anggap saja ketegaan mereka sebagai salah satu batu pijakan untuk menumbuhkan keberanian Yunus.
Dari awal Yunus pun berusaha lari dari tugasnya. Mungkin dia takut menyampaikan kebenaran pahit yang bertolak belakang dengan sikap penduduk kota Niniwe. Mungkin dia takut terluka atau takut disakiti oleh mereka karena mungkin saja mereka akan menolak kebenaran yang harus disampaikannya. Namun, akhirnya Yunus memiliki keberanian untuk berbicara kepada penduduk kota Niniwe setelah dia dilempar keluar dari kapal. Mungkin saat itu Yunus berpikir: "Aku bisa saja mati tenggelam ketika dilempar keluar dari kapal tetapi aku tak terluka sedikit pun. Ini berarti aku juga akan aman di Niniwe karena Tuhan menyertaiku."
Astaga... aku pun baru memiliki keberanian untuk menyampaikan kebenaran yang pahit setelah dilempar keluar dari perahu. Hahahaha... rasanya seperti arung jeram yang mendebarkan itu. Kami yang tak bisa berenang sudah berharap agar tidak dikeluarkan dari perahu tetapi insiden terjadi sehingga kami terlempar dari perahu. Tenggelam, mengapung tak berdaya di tengah-tengah air, hingga mampu berjalan di dalam air... xixixixi...
Beginilah iman ala Yunus: tidak berani keluar dari perahu, kecuali ada yang mau mengeluarkannya. Dengan kata lain, aku berani keluar dari perahu jika ada yang mengeluarkanku dari perahu. Selanjutnya, berserah kepada Tuhan dan berterima kasih kepada orang yang telah membantu atau mendorong atau melemparku keluar dari perahu. Hahahaha.... Inilah salah satu latihan keberanian di perahu kehidupan, tetapi ending-nya jangan sampai seperti Yunus yang kecewa terhadap Tuhan.
Selama kita tidak kecewa terhadap Tuhan, kita akan selalu memiliki peluang emas untuk mengubahkan setiap kegagalan menjadi keberhasilan karena Tuhan sanggup mengubah kegagalan menjadi berkat. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Kegagalan adalah batu pijakan dan batu loncatan untuk meraih keberhasilan. Kemampuan kita untuk bangkit dari setiap kegagalan juga akan membuat buku kehidupan kita sungguh menarik untuk dibaca. ^_^ Lebih baik pernah gagal daripada tak pernah mencoba.
SETIA SAMPAI AKHIR. Kubersyukur Kau memilihku
menjadi hamba-Mu, melayani-Mu. Seg'nap hidupku kuserahkan untuk kemuliaan-Mu. Chorus: Ku mau setia sampai akhir melayani
seumur hidupku sampai kudapatkan mahkota kehidupan di dalam k'rajaan-Mu. Ending: Sampai kudapatkan mahkota kehidupan
di dalam k'rajaan-Mu.
0 komentar:
Post a Comment