Catatan Ibadah ke-1 Minggu 11 Maret 2018
Tak lama berselang terlihat ada pendatang
baru lagi yang sedang mempelajari pekerjaan D. Rupanya D telah mengajukan
pengunduran diri sejak 1 tahun 2 bulan lalu tetapi baru sekarang disetujui. Lho,
ketika S tidak bisa menerima ketidaksempurnaan para pendatang baru, dia bisa
seenaknya mengusir mereka sekalipun masa kesepakatan kontrak belum berakhir.
Namun, ketika warga lama yang disukainya mau keluar dari kerajaan Cabe, kenapa
tidak boleh langsung keluar padahal mereka telah memenuhi kesepakatan kontrak
dengan mengajukan pengunduran diri 2 bulan sebelumnya? Ini tidak adil.
Beberapa hari kemudian di pos tentara
kerajaan tak sengaja Beauty mendengar perihal Pangeran I yang mengusir M dengan
kata-kata yang tidak pantas. “Ya Bapa,
ternyata Pangeran I yang bertampang baik itu sesungguhnya bermulut amat jahat. Bagaimana mungkin dia menuntut rakyat bertatakrama
padahal dia sendiri tidak bisa bertatakrama? Sekalipun dia memiliki banyak
uang, dia tak pantas memperlakukan M seperti itu. Sekalipun M melanggar
peraturan kerajaan, Pangeran I juga tak berhak menghinanya seperti itu. Mengapa
S juga terkesan mendukung kejahatan suaminya?”
Hari itu Beauty mendengar pula bahwa M dan keempat warga pendatang lainnya
tidak datang ke kerajaan Cabe. Dia pikir keempat warga kompak berdemo untuk
mendukung M. Namun, belakangan dia baru mengetahui bahwa mereka tidak ke kerajaan
demi kepentingan sendiri-sendiri karena sesungguhnya mereka juga tidak tahu
menahu tentang sakit hati M. Kebetulan sekali ya. Kelihatannya Raja segala raja
juga tidak berkenan atas sikap Pangeran I terhadap M sehingga hari itu beberapa
warga bisa kompak tidak pergi ke kerajaan hingga seakan-akan berdemo untuk M.
Rupanya penguasa kerajaan Cabe
tak sebaik perkiraan Beauty. Ketika
pertama kali tiba di sana, Beauty
melihat ukiran kayu salib tampak terpasang di dinding. Dia menduga bahwa penguasanya
orang Katolik yang sengaja memasang salib agar senantiasa mengingat pengorbanan
Yesus sehingga mereka pun beroleh kemampuan memikul salib demi kesejateraan
rakyat. Namun, ternyata Beauty salah. Bukan penguasa kerajaan yang memikul
salib. Justru rakyat yang dipaksa memikul salibnya setiap hari. Ternyata salib itu merupakan tanda peringatan
bagi setiap pendatang baru karena penguasa kerajaan suka memaksakan
kehendak mereka.
Rakyat tak bisa melawan karena
ijazah mereka ditahan. M pun terpaksa memikul salibnya hingga keinginannya
untuk keluar dari kerajaan Cabe mendapat persetujuan. Mungkin ini sebabnya sejak
awal Raja segala raja melarang Beauty
membantu kerajaan Cabe. Meskipun demikian, Beauty
tidak yakin akan hal tersebut sehingga dia berdoa: "Bapa, aku ini bingung.
Sebenarnya aku ini harus bertahan atau keluar dari sini?" Dia pun
menghitung 23 kali: bertahan, keluar, bertahan, keluar, dst... Ketika dimulai
dari kata 'keluar', hasil akhirnya 'keluar' dan ketika dimulai dari kata
'bertahan', hasil akhirnya 'bertahan'. Jadi, dia semakin bingung.
Kemudian dia teringat kata-kata
Ps. Philip Mantofa saat berkhotbah minggu sebelumnya: "Lupakan mimpi-mimpimu...
Jangan berada di tempat harta berada. Carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua akan
ditambahkan." Namun, dia juga ingat bahwa orang Kristen harus menjadi
garam dan terang dunia. Oh, dia jadi semakin bingung nich. Maka, di depan meja
kerjanya Beauty kembali berdoa: "Bapa, apa yang harus kulakukan?
Sebenarnya apa yang Kau mau? Sebenarnya aku ini harus bertahan atau keluar dari
sini sich? Aku bingung. Di satu sisi aku merasa perlu menjadi garam dan terang
tetapi di sisi lain aku harus melupakan mimpiku. Ijazah ditahan, tulisan di
loker, tulisan di komputer, dan berbagai kejadian lainnya seakan-akan
melarangku bekerja di sini. Ketika aku berpikir positif tentang Pangeran dan
isterinya, Engkau segera menyingkapkan kejahatan mereka di depanku. Jadi, aku
ini harus bertahan atau keluar dari sini sich?"
TURUNKAN KEMULIAAN-MU. Kumau datang kepada-Mu bukan
untuk mencari tangan-Mu. Namun mencari hati-Mu dan kerinduan-Mu Tuhan bagi
hidupku. Kunaikkan kepada-Mu tak semata korban bakaranku. Namun membawa hatiku
dan kesediaanku Tuhan, pakailah hidupku. Turunkan kemuliaan-Mu Tuhan atas
diriku, atas diriku. Nyatakan kemuliaan-Mu melaluiku, melaluiku, melalui
diriku.
Nah, tak
lama berselang tiba-tiba Beauty
dipanggil Puteri S. Dia pun bertanya-tanya di hati: “Ada apalagi ini? Apa dia mau marah-marah lagi karena ketelitianku
belum sempurna? Tidak mungkin lha karena ini belum sebulan dari pemanggilan
yang pertama.” Eh, ternyata Puteri S memintanya untuk menggantikan H mulai
besok karena katanya timbul masalah jika tak ada pengganti H. Astaga. Kebetulan
sekali. Beauty pun menganggap
perkataan Puteri S sebagai jawaban doanya sehingga dia memutuskan untuk
menyusul H keluar dari kerajaan Cabe.
0 komentar:
Post a Comment