Saturday, January 27, 2018

Hidup dalam Kebohongan yang Indah

Jangan Berdusta
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 28 Jan 2018

Bohong itu mudah tetapi bohong itu dosa. Jujur itu hebat tetapi jujur itu pahit karena ada orang-orang tertentu yang lebih menyukai kebohongan nan indah daripada kejujuran atau kebenaran yang pahit.
Yeremia 26:8 Lalu sesudah Yeremia selesai mengatakan segala apa yang diperintahkan TUHAN untuk dikatakan kepada seluruh rakyat itu, maka para imam, para nabi dan seluruh rakyat itu menangkap dia serta berkata: "Engkau harus mati!
Jika Yeremia mengatakan kebohongan yang indah, pastilah dia diterima oleh orang-orang di sekitarnya. Namun, Yeremia justru ditolak oleh mereka karena dia menyampaikan kebenaran yang pahit. Penolakan yang sama juga dilakukan oleh raja Israel terhadap Mikha.
1 Raja-raja 22:18 Kemudian raja Israel berkata kepada Yosafat: "Bukankah telah kukatakan kepadamu: Tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka?"
Zaman now juga tak jauh berbeda dari zaman dulu. Ada sebuah kisah di suatu organisasi. Pemilik organisasi ini senang sekali ketika ketua organisasi dan para pengelolanya menyampaikan laporan-laporan bagus tentang organisasi. Nah, tiba-tiba muncul seseorang dari kelompok minoritas yang menyampaikan pesan berbeda dari kelompok mayoritas: "Sebenarnya organisasimu sedang sakit karena ini dan itu tetapi ketua dan para pengelola menutupi kebenarannya karena mereka terjebak zona nyaman dan juga takut dimarahi olehmu."

Menerima kritik
Eh, bukannya senang menerima kebenaran ini, pemilik malah marah-marah. Lalu dia termakan perkataan beberapa pengelola organisasi hingga menuduh pemberi informasi sebagai pengacau organisasi. Selanjutnya, pemilik juga menyalahkan pemberi informasi karena tidak bisa membantunya menyelesaikan masalah tersebut padahal pemberi informasi juga tidak pernah diberi wewenang untuk mengelola organisasinya. Lha... Piye toh pemilik iki? Iso mikir ora? Jika situasi seperti ini, kelihatannya bukan organisasinya yang sakit tetapi pemiliknya yang sakit.

Masa pemberi informasi disalahkan atas ketidakmampuannya dalam mengendalikan perilaku ketua dan para pengelola? Apa dia tidak memahami hak dan tanggung jawabnya sebagai pemilik? Apa dia tidak memahami bahwa hanya dia yang berwenang menegur ketua dan para pengelola organisasi? Kok bisa-bisanya dia menyalahkan orang yang tidak punya kekuasaan? Emang rempong dech jika berurusan dengan penguasa yang tidak bijak.
Ulangan 1:12 Tetapi bagaimana seorang diri aku dapat memikul tanggung jawab atas kesusahanmu, atas bebanmu dan perkaramu?
Di sinilah aku merasa kagum kepada Yeremia dan Mikha. Mereka hebat lho mampu bertahan sendirian di bawah kepemimpinan raja dan rakyat yang sakit. Untuk berjalan sendiri di jalan yang benar, tentu sangatlah tidak mudah. Sekalipun salah, suara mayoritas cenderung lebih dipercayai sebagai kebenaran daripada suara minoritas. Ini bukan hanya membutuhkan keberanian tetapi juga membutuhkan ketahanan fisik dan mental.

Tampaknya orang yang suka hidup dalam kebohongan nan indah merupakan pengejar berkat yang suka melarikan diri dari kebenaran dan suka menghindari tanggung jawab. Mungkin ini termasuk membohongi diri sendiri. Meskipun demikian, aku yakin kebenaran akan terus mengejar mereka seperti kutukan.

KEBENARAN AKAN TERUS HIDUP ~ Fajar Merah
# Suaraku tak bisa berhenti bergema. Di semesta raya suaraku membara. Walau kau terus saja coba membungkamnya, namun suaraku tak 'kan bisa kau redam. Ohhh tak bisa kau redam...
* karena kebenaran akan terus hidup. Sekalipun kau lenyapkan, kebenaran tak 'kan mati.
Reff: Aku akan tetap ada dan berlipat ganda. Siapkan barisan dan siap 'tuk melawan. Aku akan tetap ada dan berlipat ganda, akan terus memburumu seperti kutukan.
# Aku memang bukan artis pembuat berita tapi aku memang selalu kabar buruk buat penguasa. Puisiku bukan puisi tapi kata-kata gelap yang berkeringat dan berdesakan mencari jalan. Ia tak mati-mati meski bola mataku diganti. Ia tak mati-mati meski bercerai dengan rumah dan ditusuk-tusuk sepi. Ia tak mati-mati, t'lah kubayar yang dia minta: umur, tenaga, luka. Kata-kata itu selalu menagih. Padaku ia selalu berkata: "kau masih hidup". Ya, aku memang masih utuh dan kata-kataku belum binasa...
Kembali ke *, Reff.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.