Sunday, May 24, 2015

Masa Depanku Tidak Ditentukan Atasan


Khotbah dari mantan bankir (pdt.Leonardo Sjiamsuri) dan buletin Voice hari ini telah membuatku teringat kepada ‘siraman rohani’ mantan bankir lainnya.

Hari-hari selanjutnya dilewati Singdelara dengan berat hati tetapi pekerjaan tetap dibereskan dengan sepenuh hati meskipun amarah dan cibiran tetap setia menemani. Suatu ketika teman sekerjanya yang bernama Piggy berulang tahun lalu dia berniat mentraktir teman-temannya makan di belakang kantor tetapi mereka menolak dengan alasan: "Itu 'kan murahan. Kalau mau traktir, yang mahal sedikit donk."

Lalu Piggy menawarkan traktiran ayam penyet bu Kxxx tetapi hal ini pun ditolak teman-teman: "Nggak enak, traktir yang enak lha. Masa yang nggak enak kamu kasih kita?"
Lalu Piggy bertanya: "Maunya apa?" Mereka pun meminta ayam McD tanpa mempedulikan harganya yang relatif mahal dan tak sesuai kemampuan si Piggy.
Piggy pun mendekati Singdelara diam-diam seolah-olah sedang berniat mempelajari pekerjaan yang akan ditinggalkannya. Namun, sesungguhnya dia berkata kepadanya: "Ce, mau nggak paruhan sama aku mentraktir mereka McD? Tapi, jangan beritahu mereka kalau cece bantuin aku."
Karena kasihan kepadanya, Singdelara pun setuju: "Nggak apa lha... anggap saja buang sial karena tak lama lagi aku 'kan meninggalkan mereka semua."

Lantas McD dipesan dan dibagikan. Dengan gembira mereka berterima kasih kepada Piggy. Lantas iblis berbisik kepada Singdelara: "Lihatlah tak seorang pun berterima kasih kepadamu. Kenapa tak kamu katakan yang sebenarnya?" Namun, Singdelara hanya tersenyum penuh arti kepada Piggy dan hingga dia pergi dari tempat itu semuanya tetap tersembunyi dari teman-teman Piggy yang egois.
Matius 6:3-4  Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Menjelang hari-hari kepergian Singdelara, seorang kusir kereta bertanya kepadanya: "Apa kamu akan tetap pergi di akhir bulan ini? Bagaimana kalau masih tetap tidak diijinkan?" Singdelara pun memastikannya: "Iya, aku akan tetap pergi. Diijinkan atau tidak, aku akan pergi dari sini. Masa depanku tidak ditentukan oleh emak sihir."
Kusir kereta: "Benar... benar... tapi bagaimana kalau dia jadi menjelek-jelekkanmu? Apa kamu tidak takut kehilangan nama baik?"
Jawab Singdelara: "Biarkan saja dia menjelek-jelekkanku. Itu hanya akan menunjukkan betapa jeleknya dia karena hanya orang jelek yang suka menjelek-jelekkan orang lain. Orang baik tidak akan membesar-besarkan kekurangan orang lain, bahkan segera melupakannya ...^.^"

Hari terakhir (setelah menerima gaji, serah terima pekerjaan ke departemen lain, dan sebelum pulang) Singdelara berpamitan kepada emak sihir: "Emak, ini hari terakhirku bekerja di sini."
Kata emak sihir: "Nggak isa gitu. Kamu harus serah terima pekerjaan dulu kepada saya. Besok kamu masih harus masuk kerja."

Dengan tersenyum Singdelara berkata: "Sudah emak... sudah saya serah-terimakan ke departemen lain yang berkaitan dengan pekerjaanku. Bahkan, aku juga sudah menyiapkan catatan petunjuk kerja untuk membantu penggantiku."

Karena tak percaya, emak sihir segera menelepon departemen tersebut dan mereka pun mengiyakan. Emak sihir pun hanya bisa memaki Singdelara: "Kurang ajar kamu ya..." lalu dia pergi meninggalkannya. Singdelara pun tersenyum gembira walaupun masa-masa jadi pengangguran 'kan segera terulang.

Pikir Singdelara: "Hahaha... yang penting bebas merdeka dulu. Fiuh... untunglah masih ada beberapa orang di departemen lain yang mau membantuku kabur dengan baik-baik... salah sendiri emak sihir selalu memandang mereka dengan sebelah mata hanya karena tidak satu ras. Kasihan kamu emak... tapi jangan salahkan aku karena kata-katamu sendiri sungguh berbisa. Jika aku bertahan lebih lama lagi di sana, bisa-bisa aku ikut keracunan."

Maksud Hati Tersembunyi
Lantas Singdelara pun berpamitan dengan kakek Titi Teliti dan dia pun berpesan: "Dimanapun kamu bekerja berhati-hatilah kepada teman kerjamu, terutama apabila kamu dipercaya memegang uang karena ada teman yang kelihatannya baik tetapi diam-diam bisa menikammu dari belakang."

Singdelara pun mengiyakan karena teringat kepada si Kegi yang telah membenarkan kesalahannya sehingga dia sempat dimarahi kakek Titi Teliti. Namun, Singdelara menyadari keterbatasannya dalam menilai isi hati orang lain.

Dalamnya laut dapat diukur tetapi dalamnya hati siapa tahu? Singdelara hanya bisa berlindung kepada Tuhan yang benar-benar mengetahui isi hati orang. Dulu, sekarang, dan selama-selamanya Tuhan 'kan senantiasa menyertai setiap orang yang mengandalkannya.
Mazmur 5:10-11. Sebab perkataan mereka tidak ada yang jujur, batin mereka penuh kebusukan, kerongkongan mereka seperti kubur ternganga, lidah mereka merayu-rayu. Biarlah mereka menanggung kesalahan mereka, ya Allah, biarlah mereka jatuh karena rancangannya sendiri; buanglah mereka karena banyaknya pelanggaran mereka, sebab mereka memberontak terhadap Engkau.
Mazmur 5:12-13. Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi nama-Mu. Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai.
Setelah memulihkan jiwanya Singdelara pun berhasil mendapatkan pekerjaan baru untuk mendapatkan pengajaran baru dari ‘Firaun’ ...^.^

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.