Khotbah dari mantan bankir (pdt.Leonardo
Sjiamsuri) dan buletin Voice hari ini telah membuatku teringat kepada ‘siraman
rohani’ mantan bankir lainnya.
Hari-hari selanjutnya dilewati Singdelara dengan berat hati tetapi
pekerjaan tetap dibereskan dengan sepenuh hati meskipun amarah dan cibiran
tetap setia menemani. Suatu ketika teman sekerjanya yang bernama Piggy berulang
tahun lalu dia berniat mentraktir teman-temannya makan di belakang kantor
tetapi mereka menolak dengan alasan: "Itu
'kan murahan. Kalau mau traktir, yang mahal sedikit donk."
Lalu Piggy menawarkan
traktiran ayam penyet bu Kxxx tetapi hal ini pun ditolak teman-teman: "Nggak enak, traktir yang enak lha.
Masa yang nggak enak kamu kasih kita?"
Lalu Piggy bertanya: "Maunya apa?" Mereka pun
meminta ayam McD tanpa mempedulikan harganya yang relatif mahal dan tak sesuai
kemampuan si Piggy.
Piggy pun mendekati
Singdelara diam-diam seolah-olah sedang berniat mempelajari pekerjaan yang akan
ditinggalkannya. Namun, sesungguhnya dia berkata kepadanya: "Ce, mau nggak paruhan sama aku
mentraktir mereka McD? Tapi, jangan beritahu mereka kalau cece bantuin aku."
Karena kasihan kepadanya,
Singdelara pun setuju: "Nggak apa lha... anggap saja buang sial karena tak
lama lagi aku 'kan meninggalkan mereka semua."
Lantas McD dipesan dan
dibagikan. Dengan gembira mereka berterima kasih kepada Piggy. Lantas iblis berbisik
kepada Singdelara: "Lihatlah tak seorang pun berterima kasih kepadamu. Kenapa tak
kamu katakan yang sebenarnya?" Namun, Singdelara hanya tersenyum
penuh arti kepada Piggy dan hingga dia pergi dari tempat itu semuanya tetap
tersembunyi dari teman-teman Piggy yang egois.
Matius 6:3-4 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Menjelang hari-hari
kepergian Singdelara, seorang kusir kereta bertanya kepadanya: "Apa kamu akan tetap pergi di akhir
bulan ini? Bagaimana kalau masih tetap tidak diijinkan?" Singdelara
pun memastikannya: "Iya, aku akan tetap pergi. Diijinkan atau tidak,
aku akan pergi dari sini. Masa depanku
tidak ditentukan oleh emak sihir."
Kusir kereta: "Benar... benar... tapi bagaimana kalau
dia jadi menjelek-jelekkanmu? Apa kamu tidak takut kehilangan nama baik?"
Jawab Singdelara: "Biarkan
saja dia menjelek-jelekkanku. Itu hanya akan menunjukkan betapa jeleknya dia
karena hanya orang jelek yang suka
menjelek-jelekkan orang lain. Orang baik tidak akan membesar-besarkan
kekurangan orang lain, bahkan segera melupakannya ...^.^"
Hari terakhir (setelah menerima gaji, serah terima pekerjaan ke
departemen lain, dan sebelum pulang) Singdelara berpamitan kepada emak sihir: "Emak, ini hari terakhirku bekerja di sini."
Kata emak sihir: "Nggak isa gitu. Kamu harus serah
terima pekerjaan dulu kepada saya. Besok kamu masih harus masuk kerja."
Dengan tersenyum
Singdelara berkata: "Sudah emak... sudah
saya serah-terimakan ke departemen lain yang berkaitan dengan pekerjaanku.
Bahkan, aku juga sudah menyiapkan catatan petunjuk kerja untuk membantu
penggantiku."
Karena tak percaya, emak
sihir segera menelepon departemen tersebut dan mereka pun mengiyakan. Emak
sihir pun hanya bisa memaki Singdelara: "Kurang
ajar kamu ya..." lalu dia pergi meninggalkannya. Singdelara pun
tersenyum gembira walaupun masa-masa jadi pengangguran 'kan segera terulang.
Pikir Singdelara: "Hahaha...
yang penting bebas merdeka dulu. Fiuh... untunglah masih ada beberapa orang di
departemen lain yang mau membantuku kabur dengan baik-baik... salah sendiri
emak sihir selalu memandang mereka dengan sebelah mata hanya karena tidak satu
ras. Kasihan kamu emak... tapi jangan salahkan aku karena kata-katamu sendiri
sungguh berbisa. Jika aku bertahan lebih lama lagi di sana, bisa-bisa aku ikut
keracunan."
Lantas Singdelara pun
berpamitan dengan kakek Titi Teliti dan dia pun berpesan: "Dimanapun kamu bekerja berhati-hatilah
kepada teman kerjamu, terutama apabila kamu dipercaya memegang uang karena ada teman yang kelihatannya baik tetapi
diam-diam bisa menikammu dari belakang."
Singdelara pun mengiyakan
karena teringat kepada si Kegi yang telah membenarkan kesalahannya sehingga dia
sempat dimarahi kakek Titi Teliti. Namun, Singdelara menyadari keterbatasannya
dalam menilai isi hati orang lain.
Dalamnya laut dapat diukur tetapi dalamnya hati siapa tahu? Singdelara hanya bisa berlindung kepada Tuhan yang benar-benar mengetahui isi hati orang. Dulu, sekarang, dan selama-selamanya Tuhan 'kan senantiasa menyertai setiap orang yang mengandalkannya.
Dalamnya laut dapat diukur tetapi dalamnya hati siapa tahu? Singdelara hanya bisa berlindung kepada Tuhan yang benar-benar mengetahui isi hati orang. Dulu, sekarang, dan selama-selamanya Tuhan 'kan senantiasa menyertai setiap orang yang mengandalkannya.
Mazmur 5:10-11. Sebab perkataan mereka tidak ada yang jujur, batin mereka penuh kebusukan, kerongkongan mereka seperti kubur ternganga, lidah mereka merayu-rayu. Biarlah mereka menanggung kesalahan mereka, ya Allah, biarlah mereka jatuh karena rancangannya sendiri; buanglah mereka karena banyaknya pelanggaran mereka, sebab mereka memberontak terhadap Engkau.
Mazmur 5:12-13. Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi nama-Mu. Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai.
Setelah memulihkan jiwanya
Singdelara pun berhasil mendapatkan pekerjaan baru untuk mendapatkan pengajaran baru dari ‘Firaun’ ...^.^
0 komentar:
Post a Comment