Renungan Hari Ke-42 dari buku 'Purpose Driven Life' ~ Rick Warren (Untuk Apa Aku Ada di Dunia Ini)
"Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku." (Mazmur 27:10)
Pendapat siapakah yang paling penting bagiku? Persetujuan siapakah yang untuknya aku hidup?
Pendapat dan Persetujuan Tuhan
Jika mendengarkan pendapat manusia, kita bisa salah jalan karena suara mayoritas orang belum tentu benar. Pendapat manusia juga bisa membuat kita putus asa hingga hidup terasa suram tetapi kata-kata Tuhan membangkitkan harapan
laksana secercah cahaya di tengah kegelapan.
Lantas aku pun teringat pada bacaan masa kecil tentang Si Pandir dan
Keledainya. Kisah ini bermula dari keinginan si Pandir yang ingin menjual
keledainya. Dia pun menuju pasar bersama anaknya sambil menuntun keledainya.
Namun, ketika belum jauh dari rumahnya, mereka berjumpa teman si Pandir yang
berkata: "Kenapa kau biarkan anakmu berjalan
kaki? Kamu 'kan punya keledai. Naikkan saja anakmu di atasnya agar dia tidak
kelelahan." Si Pandir pun segera menuruti usul tersebut.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Tak lama berselang ada yang
menunjuk-nunjuk anak si Pandir sembari berkata: "Lihatlah, dia itu anak durhaka. Masa dia enak-enakan duduk di
atas keledai dan membiarkan ayahnya berjalan." Karena mendengar hal
itu, si Pandir pun ikut menunggang keledai bersama anaknya.
Lantas perjalanan dilanjutkan dan mereka berpapasan dengan penyayang hewan
yang mengatakan bahwa sebaiknya mereka tidak menunggangi keledai itu karena si
keledai pasti kelelahan dalam menahan berat tubuh mereka berdua. Selain itu,
dia juga mengatakan bahwa nantinya keledai itu bisa dijual dengan harga tinggi
bila terlihat bersih dan segar.
Maka dari itu, mereka berdua segera
turun dari punggung keledainya. Kemudian si Pandir meneruskan perjalanan dengan
menggendong keledai tersebut agar tidak tampak kelelahan. Namun, di tengah
jalan dia berpapasan dengan seorang cendekiawan yang serta merta menegurnya: "Hei, bodoh sekali kau ini. Kenapa kau
gendong keledaimu? Keledaimu 'kan masih sehat dan kuat. Dasar bodoh!"
Karena ejekan cendekiawan, si Pandir menjadi kesal hati: "Dasar keledai sialan. Kau hanya
membuatku susah." Lantas dia membuang keledainya dan tak mau melihatnya
lagi. Akhirnya, si Pandir tak bisa mendapatkan uang dan harus kehilangan
keledainya. Semua ini terjadi karena si Pandir selalu mengikuti kata-kata
orang. Karena ingin menyenangkan hati semua orang, dia pun hanya mendapatkan
sebongkah kekecewaan.
"Takut
kepada orang mendatangkan jerat, tetapi siapa percaya kepada Tuhan,
dilindungi." (Amsal 29:25)
"Jadi
bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah
kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada
manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus." (Galatia 1:10)
Nah, sebaiknya dengar perkataan Tuhan saja lha karena Dia selalu memberikan
keputusan yang tepat.
Lirik Lagu
'Menyenangkan-Mu'
(http://youtu.be/vC9A-ItPK0E)
Tuhan kumau menyenangkan-Mu. Tuhan
bentuklah hati ini jadi bejana untuk hormat-Mu, cemerlang bagai emas murni.
Tuhan kuserahkan hatiku. Semua
kuberikan pada-Mu. Kuduskan hingga tulus selalu agar aku menyenangkan-Mu.
Menyenangkan-Mu, senangkan-Mu, hanya
ini kerinduanku. Menyenangkan-Mu, senangkan-Mu, hanya itu kerinduanku.
0 komentar:
Post a Comment