Thursday, August 7, 2014

Hari ke-42: Kebahagiaan adalah Pilihanku: Aku Tidak Memerlukan Persetujuan Orang Lain untuk Berbahagia

Renungan Hari Ke-42 dari buku 'Purpose Driven Life' ~ Rick Warren (Untuk Apa Aku Ada di Dunia Ini)
"Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku." (Mazmur 27:10) 
Pendapat siapakah yang paling penting bagiku? Persetujuan siapakah yang untuknya aku hidup?

Pendapat dan Persetujuan Tuhan

Jika mendengarkan pendapat manusia, kita bisa salah jalan karena suara mayoritas orang belum tentu benar. Pendapat manusia juga bisa membuat kita putus asa hingga hidup terasa suram tetapi kata-kata Tuhan membangkitkan harapan laksana secercah cahaya di tengah kegelapan.

Lantas aku pun teringat pada bacaan masa kecil tentang Si Pandir dan Keledainya. Kisah ini bermula dari keinginan si Pandir yang ingin menjual keledainya. Dia pun menuju pasar bersama anaknya sambil menuntun keledainya. Namun, ketika belum jauh dari rumahnya, mereka berjumpa teman si Pandir yang berkata: "Kenapa kau biarkan anakmu berjalan kaki? Kamu 'kan punya keledai. Naikkan saja anakmu di atasnya agar dia tidak kelelahan." Si Pandir pun segera menuruti usul tersebut.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Tak lama berselang ada yang menunjuk-nunjuk anak si Pandir sembari berkata: "Lihatlah, dia itu anak durhaka. Masa dia enak-enakan duduk di atas keledai dan membiarkan ayahnya berjalan." Karena mendengar hal itu, si Pandir pun ikut menunggang keledai bersama anaknya.

Lantas perjalanan dilanjutkan dan mereka berpapasan dengan penyayang hewan yang mengatakan bahwa sebaiknya mereka tidak menunggangi keledai itu karena si keledai pasti kelelahan dalam menahan berat tubuh mereka berdua. Selain itu, dia juga mengatakan bahwa nantinya keledai itu bisa dijual dengan harga tinggi bila terlihat bersih dan segar.

Maka dari itu, mereka berdua  segera turun dari punggung keledainya. Kemudian si Pandir meneruskan perjalanan dengan menggendong keledai tersebut agar tidak tampak kelelahan. Namun, di tengah jalan dia berpapasan dengan seorang cendekiawan yang serta merta menegurnya: "Hei, bodoh sekali kau ini. Kenapa kau gendong keledaimu? Keledaimu 'kan masih sehat dan kuat. Dasar bodoh!"

Karena ejekan cendekiawan, si Pandir menjadi kesal hati: "Dasar keledai sialan. Kau hanya membuatku susah." Lantas dia membuang keledainya dan tak mau melihatnya lagi. Akhirnya, si Pandir tak bisa mendapatkan uang dan harus kehilangan keledainya. Semua ini terjadi karena si Pandir selalu mengikuti kata-kata orang. Karena ingin menyenangkan hati semua orang, dia pun hanya mendapatkan sebongkah kekecewaan.

emang gue pikirin lo bilang apa

"Takut kepada orang mendatangkan jerat, tetapi siapa percaya kepada Tuhan, dilindungi." (Amsal 29:25)
"Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus." (Galatia 1:10)

Nah, sebaiknya dengar perkataan Tuhan saja lha karena Dia selalu memberikan keputusan yang tepat.


Lirik Lagu 'Menyenangkan-Mu' 
(http://youtu.be/vC9A-ItPK0E)

Tuhan kumau menyenangkan-Mu. Tuhan bentuklah hati ini jadi bejana untuk hormat-Mu, cemerlang bagai emas murni.
Tuhan kuserahkan hatiku. Semua kuberikan pada-Mu. Kuduskan hingga tulus selalu agar aku menyenangkan-Mu.

Menyenangkan-Mu, senangkan-Mu, hanya ini kerinduanku. Menyenangkan-Mu, senangkan-Mu, hanya itu kerinduanku.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.