Selanjutnya, sikap Software
terhadap Hardware tersebut membuatku teringat kepada mantan atasanku yang juga
tak kalah tega terhadapku ketika aku sedang sakit. Sekitar tahun 2010 aku baru
saja selesai menjalani operasi pengangkatan lipoma (benjolan lemak) di dahi.
Ini memang operasi kecil karena
biusnya lokal dan setelah operasi boleh langsung pulang. Eh, setiba di rumah
tiba-tiba atasan mengirimkan pesan singkat: "gimana
operasinya?" Dengan jujur kukatakan kepadanya bahwa operasi telah
selesai, aku sudah di rumah, aku baik-baik saja, dan bekas operasi masih
sedikit cekot-cekot. Lalu dia bertanya: "apa kamu masih bisa berpikir?"
dan tentu saja aku masih bisa karena yang dioperasi hanya dahiku dan bukan
otakku.
Maka, dia memintaku datang ke
kantor dan dia akan menjemputku jika aku tak datang karena rumahku tak jauh dari
kantor. Alamak... kalau tahu begini, aku katakan saja bahwa kepalaku pusing
agar tak diminta masuk kerja di siang bolong. Aku masih perlu istirahat donk.
Namun, aku tak bisa berbohong sehingga kukatakan kepadanya bahwa aku akan
datang sendiri dan tak perlu dijemput karena kalau sampai dijemput olehnya,
bisa-bisa tetangga kanan kiri mengira dia cowokku... wkwwk...
Setiba di kantor kulihat
atasanku tersenyum lebar, seperti senyuman yang ditampilkan Software ketika
melihat kedatangan Hardware di kala ada Printer bermasalah. Lalu dia memintaku
segera bekerja karena tugas menumpuk. Dia beralasan bahwa dia bisa ikutan sakit
jika aku tidak datang. Sementara itu beberapa teman tertawa sekaligus prihatin
karena aku mirip pejuang kemerdekaan
yang memakai ikat kepala... hahaha... Daripada stres, aku ikut tertawa
saja... hahaha... Maka, aku pun berjuang menghadapi tugas-tugas rutin tersebut.
Ciayo!
"You can if you think you can."
Ada kalanya aku pun harus tetap
bekerja ketika terserang gejala tipes sehingga aku harus bekerja dengan memakai
jaket dan membawa obat-obatan. Ouw... kok bisa ya ada atasan setega itu? Namun,
dia pun mendapat tuntutan yang sama dari atasan-atasannya dan para pimpinan pun
dituntut seperti itu oleh bosnya. Pada awal bulan seringkali kami harus bekerja
pada hari Minggu atau hari libur sehingga tak mungkin beristirahat pada hari
ke-7.
Para pimpinan pun pernah rapat
hampir 24 jam, yaitu dari pk.08.00 WIB hingga pk.06.30 WIB keesokan harinya dan
pk.08.00 WIB tetap harus masuk kerja seperti biasanya. Meskipun demikian, pada
hari itu mantan atasanku izin datang terlambat untuk mengurus STNK. Namun, aku
yakin dia datang terlambat karena tidur sejenak sebab manusia normal tak akan
sanggup bekerja tanpa tidur malam. Oleh sebab itu, para karyawan senantiasa
dinasehati agar berusaha menjadi manusia yang di atas rata-rata. Ah, seharusnya
bos menggunakan jasa robot saja lha. Tuhan
saja beristirahat pada hari ke-7, masa manusia dituntut bekerja melebihi Tuhan?
Karena tuntutan yang amat keras
hingga akhirnya kondisi fisikku tak mampu memenuhi tuntutan tersebut, aku pun
memutuskan pergi dari sana. Namun, sebelum pergi aku menyiapkan auturesponder
untuk mencurahkan sedikit jeritan hatiku terhadap mantan atasanku dengan
mencantumkan gubahan refrain lagu Krisdayanti ~ I'm Sorry, GoodBye:
"Maafkan ku harus pergi,
ku tak suka dengan ini. Aku tak kuat
seperti bawahannya yg lain.
Terima kasih oh Tuhan, tunjukkan siapa dia.
Maaf kita pisah. So, thank you so much.
I’m sorry, goodbye."
Hahaha... Dengan adanya
autoresponder tersebut, setiap orang yang mengirimkan email kepadaku, akan
menerima jawaban dari emailku secara otomatis sekalipun aku sudah tak lagi di
sana. Autoresponder sengaja baru kupasang menjelang menit-menit kepergianku
karena aku yakin akan ada beberapa orang yang tetap mengirimkan email kepadaku
karena mereka lupa aku sudah resign.
1 Timotius 6:1 Semua orang yang menanggung beban perbudakan hendaknya menganggap tuan mereka layak mendapat segala penghormatan, agar nama Allah dan ajaran kita jangan dihujat orang.
Yach... Untunglah itu email
internal sehingga tak mungkin ada pihak eksternal yang mengirimkan email ke
alamat tersebut. IT juga pasti menghapus emailku beberapa hari kemudian agar
tidak memenuhi server... wkwwk... Jangan ditiru lho ya... Itu salah satu
'kegilaanku' sebelum bertobat. Sekarang sich aku sudah memiliki media lain
untuk menyindir orang-orang yang berpotensi membuatku 'gila'. :p
DIA SELALU ADA
Satu persatu kubuka lembar hidupku
terbayang betapa berdosanya aku. Aku mencoba melawan ini sendiri Tetapi tak
sanggup ku terjatuh lagi. Ternyata aku s’lalu melupakan Dia ada mengulurkan
tangan.
Reff: Dia s’lalu ada dengan cinta-Nya,
menembus hatiku, menyelamatkanku. Dia s’lalu bisa menunjukkan cara agar
kupercaya Dia s’lalu ada.
Sebenarnya sich mantan atasanku
itu baik, adil, murah hati, dan ramah tetapi dia emang pekerja keras dan kurang
peka sehingga maklum saja jika dia lupa bahwa kondisi fisik tiap orang tak sama
seperti dia. Selain itu, kalau kita sedang marah terhadap seseorang, pasti kita
melihat buruknya doank. Padahal, setiap orang punya kelebihan dan kekurangan.
Iya toh? Namun, akhirnya dia pun hengkang jua dari perusahaan itu beberapa
tahun kemudian. Ya... maklum lha bosnya emang jauh lebih parah daripada dia.
Tuntutan-tuntutan tugas yang ada di sana memang Ter.La.Lu.
0 komentar:
Post a Comment