Sunday, May 10, 2015

Mengejar yang Utama: Kita Berperang dengan Strategi Tuhan

Catatan Khotbah ibadah ke-1 oleh Gina Dharmawan pada Minggu, 10 Mei 2015
Yeremia 1:10  Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam.
Suatu hari ada dua orang pekerja mendapat tugas memotong kayu. Pemberi kerja melihat bahwa pekerja pertama yang masih muda amat rajin karena dia terus menerus bekerja tanpa henti dan hanya beristirahat untuk makan siang. Sementara itu pekerja kedua sudah tua dan dia terlihat berhenti bekerja sampai empat kali untuk beristirahat sejenak.

Ketika hari mulai petang, mereka berdua meninggalkan pekerjaannya. Lantas pemberi kerja mulai menghitung potongan kayu yang berhasil mereka kumpulkan dan dia terkejut karena potongan kayu pekerja tua cenderung lebih banyak daripada pekerja muda. Lalu, pekerja tua menjelaskan kepadanya bahwa dia berhenti bekerja setiap tiga jam sekali untuk menajamkan kapaknya.

Ya, tahun 2015 ini merupakan tahun yang istimewa. Ini adalah tahun Double Grace (Berkat Ganda) dan Double Sabbat (Perhentian Ganda). Ini bukan berarti kita harus berhenti bekerja tetapi ini berarti kita harus lebih mempertajam kepekaan kita terhadap suara Tuhan. Untuk memperoleh berkat ganda, kita akan mengalami tantangan ganda. Untuk menghadapi tantangan ganda dan tetap menjadi lebih dari pemenang, kita perlu melipatgandakan jam doa kita agar semakin peka terhadap kehendak Tuhan.

Gunakan Cara Pandang yang Benar

Ada dua orang salesman yang bertugas melakukan survei untuk penjualan sandal di Afrika. Salesman pertama melaporkan bahwa orang Afrika tidak memakai sandal sehingga tidak mungkin menjual sandal di sana. Sementara itu salesman kedua melaporkan bahwa orang Afrika tidak memakai sandal sehingga perusahaan punya peluang besar untuk memasarkan sandal di sana. Lihatlah faktanya sama tetapi cara pandangnya berbeda. Sikap kita dalam menghadapi tantangan akan menentukan kemenangan kita. Tetaplah bersyukur di dalam segala keadaan.

Nah, sekarang mana yang kita pilih:
  • Tantangan bertubi-tubi dengan mujizat bertubi-tubi? Atau
  • Tantangan silih berganti dengan mujizat silih berganti?
>> Renungan Penulis: Kuingin mengambil pilihan kedua: silih berganti. Dasar pertimbangannya seperti ini nich tetapi kalian pasti memiliki pertimbangan sendiri.
* Tantangan Bertubi-tubi dengan Mujizat Bertubi-tubi: rasanya seperti berada di dasar laut yang paling dalam tanpa cahaya sedikit pun lalu tiba-tiba disinari dengan cahaya yang terang benderang.
Ketika tantangan datang bertubi-tubi, rasanya hati ini ingin meninggalkan dunia secepatnya karena hati ini ‘kan terus menerus bertanya: “Kapankah kegelapan ini berakhir? Apakah kekuatanku hingga aku sanggup bertahan dan apakah masa depanku hingga aku harus bersabar?”

Tuhanlah kekuatanku
Selain itu, ketika tantangan bertubi-tubi datang menghampiri, rasanya seperti sudah jatuh, tertimpa tangga, tersiram air comberan, dan patah kaki pula hingga sulit berdiri lagi. Seandainya hari ini ada tantangan, besok tantangan, dan besok-besoknya tantangan dan tantangan lalu lewat sesudahnya baru mujizat, mujizat, dan mujizat, rasanya kegelapan itu panjang dan lama.

Kemudian saat mujizat datang bertubi-tubi untuk memulihkan semua yang rusak, rasanya hati ini berulang kali terkejut dan terkejut: “Kok bisa ya? Siapa aku ini hingga sampai mengalami semua ini? Hahaha... Bahayanya bisa dianggap orang gila karena selalu ingin tertawa-tawa saat mengalami mujizat demi mujizat-Nya... hahaha...”

* Tantangan Silih Berganti dengan Mujizat Silih Berganti: rasanya seperti melihat pelangi sehabis hujan karena tidak ada tantangan baru yang harus dihadapi ketika suatu tantangan belum diselesaikan. Masa kadaluarsa tantangan silih berganti terasa lebih singkat daripada masa kadaluarsa tantangan bertubi-tubi karena seandainya hari ini kelabu (ada tantangan), besok sudah terang (ada mujizat), kelabu lagi terang lagi (tantangan lagi, mujizat lagi) karena tantangannya segera teratasi. Dengan demikian, hidup tidak terasa membosankan karena penuh warna.

Bagaimana pendapat kalian? Tentukan pilihanmu mulai dari sekarang... hehehe... Tapi, yakinlah: apapun pilihanmu, hanya kehendak Tuhan yang akan terlaksana. Percayalah bahwa kehendak-Nya selalu baik bagi kita meskipun ada kalanya kita tidak memahami-Nya.

Pastinya tidak akan ada mujizat tanpa ada tantangan karena kita tidak mungkin mengharapkan mujizat bila keadaan kita baik-baik saja. Jika kita mau mujizat bertubi-tubi, kita harus mau menerima tantangan bertubi-tubi. Untuk memperoleh mujizat, kita harus melewati tantangan atau peperangan tetapi yakinlah pada janji-Nya bahwa kita akan menjadi lebih dari pemenang karena Tuhan yang akan berperang bagi kita. Ini artinya kita berperang dengan strategi Tuhan.

Namun, selama ini banyak dari kita cenderung meminta Tuhan berperang dengan strategi kita. Contoh: kita meminta Tuhan melakukan ekspansi bisnis atau kita meminta Tuhan melunasi hutang-hutang kita. Padahal, seharusnya kita meminta agar kehendak Tuhan yang terjadi karena seringkali kehendak kita tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Bila kita ingin ke kiri tetapi Tuhan meminta kita ke kanan, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan menuruti kehendak Tuhan? Memang tidak mudah berjalan di dalam kebenaran tetapi kebenaran akan membuat jalanmu mudah.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.