Yeremia 1:10 Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam.
Suatu hari
ada dua orang pekerja mendapat tugas memotong kayu. Pemberi kerja melihat bahwa
pekerja pertama yang masih muda amat rajin karena dia terus menerus bekerja
tanpa henti dan hanya beristirahat untuk makan siang. Sementara itu pekerja
kedua sudah tua dan dia terlihat berhenti bekerja sampai empat kali untuk
beristirahat sejenak.
Ketika hari
mulai petang, mereka berdua meninggalkan pekerjaannya. Lantas pemberi kerja
mulai menghitung potongan kayu yang berhasil mereka kumpulkan dan dia terkejut
karena potongan kayu pekerja tua cenderung lebih banyak daripada pekerja muda. Lalu,
pekerja tua menjelaskan kepadanya bahwa dia berhenti bekerja setiap tiga jam
sekali untuk menajamkan kapaknya.
Ya, tahun 2015 ini
merupakan tahun yang istimewa. Ini adalah tahun Double Grace (Berkat Ganda) dan Double
Sabbat (Perhentian Ganda). Ini bukan berarti kita harus berhenti bekerja
tetapi ini berarti kita harus lebih
mempertajam kepekaan kita terhadap suara Tuhan. Untuk memperoleh berkat
ganda, kita akan mengalami tantangan ganda. Untuk menghadapi tantangan ganda
dan tetap menjadi lebih dari pemenang, kita perlu melipatgandakan jam doa kita
agar semakin peka terhadap kehendak Tuhan.
Gunakan Cara Pandang yang Benar
Ada dua
orang salesman yang bertugas melakukan survei untuk penjualan sandal di Afrika.
Salesman pertama melaporkan bahwa orang Afrika tidak memakai sandal sehingga tidak
mungkin menjual sandal di sana. Sementara itu salesman kedua melaporkan bahwa
orang Afrika tidak memakai sandal sehingga perusahaan punya peluang besar untuk
memasarkan sandal di sana. Lihatlah faktanya sama tetapi cara pandangnya berbeda. Sikap kita dalam menghadapi
tantangan akan menentukan kemenangan kita. Tetaplah bersyukur di dalam segala
keadaan.
Nah, sekarang mana yang kita
pilih:
- Tantangan bertubi-tubi dengan mujizat bertubi-tubi? Atau
- Tantangan silih berganti dengan mujizat silih berganti?
>> Renungan Penulis: Kuingin mengambil pilihan kedua: silih berganti. Dasar
pertimbangannya seperti ini nich tetapi kalian pasti memiliki pertimbangan
sendiri.
* Tantangan Bertubi-tubi dengan
Mujizat Bertubi-tubi: rasanya seperti berada di dasar laut yang paling dalam tanpa cahaya sedikit
pun lalu tiba-tiba disinari dengan cahaya yang terang benderang.
Ketika
tantangan datang bertubi-tubi, rasanya hati ini ingin meninggalkan dunia
secepatnya karena hati ini ‘kan terus menerus bertanya: “Kapankah kegelapan ini berakhir? Apakah kekuatanku hingga aku sanggup bertahan dan apakah masa depanku hingga aku harus bersabar?”
Selain itu,
ketika tantangan bertubi-tubi datang menghampiri, rasanya seperti sudah jatuh,
tertimpa tangga, tersiram air comberan, dan patah kaki pula hingga sulit
berdiri lagi. Seandainya hari ini ada tantangan, besok tantangan, dan
besok-besoknya tantangan dan tantangan lalu lewat sesudahnya baru mujizat,
mujizat, dan mujizat, rasanya kegelapan itu panjang dan lama.
Kemudian
saat mujizat datang bertubi-tubi untuk memulihkan semua yang rusak, rasanya
hati ini berulang kali terkejut dan terkejut: “Kok bisa ya? Siapa aku ini hingga sampai mengalami semua ini? Hahaha...
Bahayanya bisa dianggap orang gila karena selalu ingin tertawa-tawa saat
mengalami mujizat demi mujizat-Nya... hahaha...”
* Tantangan Silih Berganti dengan
Mujizat Silih Berganti: rasanya seperti melihat pelangi sehabis hujan karena tidak ada tantangan
baru yang harus dihadapi ketika suatu tantangan belum diselesaikan. Masa
kadaluarsa tantangan silih berganti terasa lebih singkat daripada masa kadaluarsa
tantangan bertubi-tubi karena seandainya hari ini kelabu (ada tantangan), besok
sudah terang (ada mujizat), kelabu lagi terang lagi (tantangan lagi, mujizat
lagi) karena tantangannya segera teratasi. Dengan demikian, hidup tidak terasa
membosankan karena penuh warna.
Bagaimana
pendapat kalian? Tentukan pilihanmu mulai dari sekarang... hehehe... Tapi,
yakinlah: apapun pilihanmu, hanya kehendak Tuhan yang akan terlaksana. Percayalah bahwa kehendak-Nya selalu baik
bagi kita meskipun ada kalanya kita tidak memahami-Nya.
Pastinya tidak akan ada
mujizat tanpa ada tantangan karena kita tidak mungkin mengharapkan mujizat bila
keadaan kita baik-baik saja. Jika kita mau mujizat bertubi-tubi, kita harus mau
menerima tantangan bertubi-tubi. Untuk memperoleh mujizat, kita harus melewati
tantangan atau peperangan tetapi yakinlah pada janji-Nya bahwa kita akan
menjadi lebih dari pemenang karena Tuhan yang akan berperang bagi kita. Ini
artinya kita berperang dengan strategi Tuhan.
Namun, selama ini banyak
dari kita cenderung meminta Tuhan berperang dengan strategi kita. Contoh: kita
meminta Tuhan melakukan ekspansi bisnis atau kita meminta Tuhan melunasi
hutang-hutang kita. Padahal, seharusnya kita meminta agar kehendak Tuhan yang
terjadi karena seringkali kehendak kita tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Bila kita ingin ke kiri tetapi Tuhan meminta kita ke kanan, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan menuruti kehendak Tuhan? Memang tidak mudah berjalan di dalam kebenaran tetapi kebenaran akan
membuat jalanmu mudah.
0 komentar:
Post a Comment