"Tolong bantu saya memetik apel di pohon itu," ujar seorang tuan tanah kepada seorang petani. Petani pun berniat membantunya, tetapi tiba-tiba asisten tuan tanah mengambil buruh pemetik apel yang biasa membantu petani.
Seketika petani marah dan berkata kepada mereka, "Jika buruh diambil, saya tidak akan memetik apel." Asisten tuan tanah segera bertanya, "Kamu mengancam saya? Saya harus memindahkannya ke peternakan karena diminta oleh peternak untuk membantunya ambil telor ayam."
Jawab petani, "Ya. Jika ingin dibantu, seharusnya Anda memberikan dukungan, bukan mempersulit. Pelajari dulu situasinya sebelum menyetujui permintaan peternak. Jika ingin mempersulit saya, lebih baik kerjakan sendiri. Jika hasil pemetikan apel berkurang atau ada apel yang hilang karena busuk atau diambil pejalan kaki, saya juga tidak akan membantu Anda menyelesaikan masalah itu."
Tuan tanah hanya diam saja karena dia hanya ingin mengikuti semua permintaan asistennya. Sementara itu, asisten tuan tanah ingin mendukung peternak yang malas dan pura-pura sibuk.
Ah, karena amat kesal dengan orang-orang jahat itu, rasanya petani ingin menangis. Sayangnya, tak ada air mata yang bisa dikeluarkan. Meskipun demikian, tetesan air mata yang deras tiba-tiba meluncur turun dari kumpulan awan gemawan. Andaikata petani menangis, tangisannya tak akan bisa sekeras deru hujan tersebut.
Tampaknya awan di langit turut merasakan kepedihan hati petani terhadap orang-orang jahat itu. Seketika petani merasa lega karena menyadari bahwa dia masih punya pendukung, yaitu pemilik alam semesta yang menciptakan hujan dari awan gemawan tersebut.
Maka, tak lama berselang asisten tuan tanah berkata, "Kamu tidak perlu meminta saya belajar karena saya sudah lama di sini dan saya sudah mengetahui semuanya. Saya akan mengembalikan buruh Anda, tetapi ini saya lakukan bukan karena takut dengan ancamanmu. Saya melakukan ini karena peternak mengatakan bahwa dia bersedia mengembalikan orangnya agar kita tidak ribut."Ehmm... jika membaca kisah fiksi di atas, mungkin kita akan teringat pada kisah perbudakan bangsa Israel di Mesir.
Keluaran 5:18 (TB) Jadi sekarang, pergilah, bekerja! Jerami tidak akan diberikan lagi kepadamu, tetapi jumlah batu bata yang sama harus kamu serahkan."
Orang Mesir meminta bangsa Israel membuat batu bata, tetapi tidak memberikan dukungan atau bantuan jerami kepada mereka. Pekerjaan bangsa Israel ditambah dengan tugas mengumpulkan jerami, tetapi hasil kerjanya tidak boleh menurun. Inilah perbudakan.
Untunglah Tuhan melihat dan mendengar seruan bangsa Israel yang tertindas. Lalu Dia membebaskan mereka dengan bantuan Musa. Tuhan memilih Musa karena melihat dia punya keinginan kuat untuk membebaskan bangsanya dari penjajahan.
Keluaran 6:11 (TB) Tetapi Musa berkata di hadapan TUHAN: "Orang Israel sendiri tidak mendengarkan aku, bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku, aku seorang yang tidak petah lidahnya!"
Begitulah Tuhan bekerja. Dia tidak memilih penguasa atau pembicara yang hebat, tetapi dia justru memilih seseorang yang tidak cakap bicara dan telah kehilangan status sebagai putra angkat raja Mesir.
Tuhan tidak mencari orang yang mampu, tetapi Dia mencari orang yang mau dan akan memampukannya. Tuhan akan bekerja melalui orang-orang yang mau peduli dengan hal-hal yang Dia pedulikan.
KUBERSYUKUR BAPA
Verse 1: Banyak yang Kau perbuat di dalam hidupku. Rancangan indah-Mu terjadi di hidupku.
Verse 2: Bapa yang mengerti...^.^ segala yang kuperlu. Kasih-Mu sempurna nyata dalam hidupku.
Chorus: Kubersyukur Bapa. Kubersyukur Tuhan buat kasih setia-Mu di dalam hidupku. Kubersyukur Tuhan.
Bridge: Tak ada lembah kelam yang tak kulewati tanpa hadir-Mu. Hatiku tak 'kan gentar s’bab kutahu tangan-Mu yang menopangku.
Kaulah Yesus. Kaulah Tuhan. Hanya Kau kupercaya. Kaulah Yesus. Kaulah Tuhan harapan hidupku.
0 komentar:
Post a Comment