Sunday, July 13, 2025

Lain dari yang Lain

Kamu yang Harus Beri Makan
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 13 Juli 2025

🎵"Cukup sudah kau sakiti aku lagi. Serpihan perih ini akan kubawa mati."🎵 Begitulah senandung D'Masiv dalam lagu 'Sudahi Perih Ini'. Enak aja. Aku tidak mau mati konyol seperti mantan atasanku yang workaholic kelas kakap. Ah, daripada bernyanyi seperti itu, lebih baik kita ubah sedikit lirik lagunya.

🎵 Apa yang harus kulakukan lagi bila kau tak peduli? Karena kami hanya sekumpulan orang yang tak kau anggap.
🎵 Aku t'lah coba untuk memahamimu tapi kau tak peduli. Cukup sudah kau sakiti aku lagi karena nyeri ini relakan aku pergi.
🎵 Aku mencoba mengerjakan segala yang telah aku bisa. Namun, semuanya hanya sia-sia. Percuma.
🎵 Aku t'lah coba untuk memahamimu tapi kau tak peduli. Cukup sudah kau sakiti aku lagi karena nyeri ini relakan aku pergi.
🎵 Oh cukup sudah kau sakiti aku lagi. Karena nyeri ini relakan aku pergi oh. Sampai kapan bisa membuatmu mengerti, membuat kami bermakna di hatimu, di matamu Leader?

Hehehe... seringkali setelah dua tahun bekerja, atasanku selalu saja menambah-nambah pekerjaanku. Sekalipun aku bisa mengerjakan pekerjaan 2-3 orang sekaligus dan tidak pernah menolak pekerjaan, ya bukan berarti semua pekerjaan harus diserahkan kepadaku. Bagaimanapun juga aku masih manusia yang memiliki batasan kapasitas energi dan kekuatan.

Jadi, sejak awal aku sudah memberitahu atasanku bahwa untuk meraih sukses, dibutuhkan super team karena kita bukan superman. Namun, entah mengapa dia tetap saja memilih paket hemat. Ah, kalau banyak hal dibebankan kepadaku, tidak heran nyeri syarafku kambuh tiap dua tahunan. Ini seperti duri dalam daging yang seharusnya Tuhan angkat.

2 Korintus 12:9 (TB) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

Ya, tampaknya trigger finger merupakan salah satu kelemahan yang sering menggangguku untuk melampaui batasanku. Namun, jika kupikirkan kembali, ini merupakan kekuatanku pula karena dengan adanya kelemahan ini, para bos tidak bisa memperbudak diriku... xixixixi...

Ketika nyeri mulai kurasa, seketika aku memiliki kekuatan untuk menolak pekerjaan. "Cukup sudah kau sakiti aku lagi karena nyeri ini relakan aku pergi." Nah, biasanya para atasanku langsung mengizinkan aku resign dengan alasan tidak cocok, baik dengan jam kerja, aturan kerja, ataupun budaya kerja.

Namun, kali ini atasanku lain dari yang lain. Jadi, susah buatku untuk mengajukan resign dengan alasan ketidakcocokan, kecuali menempuh jalur hukum. Meskipun demikian, aku tidak mau ribut-ribut secara legal. Lebih baik ribut-ribut secara kemanusiaan... wkwwkww...

Beberapa pemimpin egois yang di departemen lain menyebut aku dan temanku sebagai ibu-ibu pembangkang atau pemberontak, yang suka ikut campur urusan orang lain, dan suka cari masalah. Padahal, kami hanya memperjuangkan nilai-nilai yang kami yakini.

Lantas, temanku menjawabnya, "Setidaknya kami lebih memiliki kepedulian daripada orang lain." Ya, ini salah satu kelemahan kami, yaitu memiliki kepedulian tingkat dewa. Namun, kelemahan ini juga merupakan kekuatan kami.

Emang Lain dari yang Lain

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.