Mengatasi Rasa Takut
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 11 Okt 2024
"Tuhan, berikan aku keberanian seperti
Debora, iman seperti Daniel, dan kesetiaan seperti Ruth." Dulu pernah
kubaca doa semacam ini dan aku segera mengingatnya ketika seseorang berkata,
"Carikan orang yang berani seperti dia (sambil menunjukku) karena dia
lebih berani daripada laki-laki."
Lalu kuberitahu rahasia keberanianku
kepadanya. Namun, sekalipun banyak orang mengetahui rahasia keberanianku,
ternyata tidak ada yang bisa mengikutinya. Keberanian tuh perlu iman dan kasih.
Roma 10:17 (TB) Jadi,
iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Karena banyak orang lebih suka mendengarkan
berita-berita kriminal daripada firman Tuhan, otomatis mereka lebih
mendengarkan cara-cara dunia daripada cara-cara Tuhan. Ketika pertama kali
keluar dari asrama Katolik di Probolinggo dan pergi ke pusat kota Surabaya, aku
pun terkejut seperti Sidharta Gautama yang pertama kali meninggalkan
kerajaannya.
1 Petrus 3:13 (TB) Dan
siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik?
Ketika meninggalkan asrama, aku mempercayai
hal itu. Kupikir jika aku jujur kepada orang lain, mereka juga akan jujur
kepadaku. Jika aku baik kepada orang lain, mereka juga akan baik kepadaku.
Namun, faktanya tidak demikian.
1 Petrus 3:14 (TB) Tetapi
sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia.
Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.
Ternyata di luar asrama ada banyak kejahatan. Jika bukan karena penyertaan Tuhan, mungkin aku sudah binasa. Ketika menerima tumpangan dari orang asing, aku nyaris diculik. Ketika jalan sendirian demi menepati janji, aku juga berpotensi ditawar orang. Ih ngeri deh. Namun, ketika Tuhan mengizinkan hal menakutkan terjadi dalam hidupku, Dia melakukan hal itu untuk kebaikanku.
1 Yohanes 4:18-19
(TB) Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan
ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak
sempurna di dalam kasih. Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi
kita.
Jika kita tidak pernah mengalami kasih Tuhan, tentu kita juga tidak bisa melepaskan diri dari rasa takut. Sebenarnya
Tuhan mengasihi setiap orang tanpa terkecuali sehingga tidak sulit untuk
mengalami kasih-Nya.
Namun, permasalahannya kebanyakan orang
cenderung berfokus kepada hal-hal yang terlihat. Selain itu, banyak orang
berpikir bahwa bukti kasih Tuhan adalah hidup yang bebas masalah padahal bukan
demikian. Kadang kala Tuhan izinkan masalah untuk mendewasakan kita.
Beberapa hari lalu aku pun bersaksi tentang
Covid kepada seorang sopir, "Saat itu banyak orang mati karena takut.
Ketika diisolasi dan dikucilkan, hal ini hanya membuat mereka stres dan cepat
mati." Dia pun setuju. Ini sebabnya saat itu dia tetap mengantar para
pasien Covid ke rumah sakit. Dia juga tetap mengirim makanan kepada tetangga
yang diisolasi karena Covid. Kami pun sama-sama menjadi saksi hidup dari Covid.
Dulu ketika dia pertama kali diminta
menjadi sopirku, bos bertanya, "Bagaimana sopirnya? Kalau ada masalah
dengan sopirmu, beritahu saya." Aku pun mengatakan bahwa tidak ada
masalah. Ah, aku heran dengan perkataannya. Justru ketika aku ada masalah
dengan sopir-sopir terdahulu, dia tidak pernah menanyakannya.






0 komentar:
Post a Comment