Salib Itu
Catatan
Ibadah ke-1 Jumat Agung 29 Maret 2024
Jika aku menjadi Simon dari Kirene, aku
akan bertanya, "Siapa orang ini? Andai kutahu begini jadinya, aku tak akan
ke Yerusalem. Ah, sekarang aku terjebak di tempat asing dan harus memikul beban
orang asing ini. Sebagai warga pendatang, aku
tak punya pilihan."
Seringkali salib terasa berat pada saat
pertama kali dipikul. Namun, setelah
otot iman kita terlatih, lama-lama berat salib akan terasa ringan. Ini
seperti atlet yang latihan angkat beban. Pada awalnya 10 kg mungkin terasa
berat bagi atlet, tetapi setelah beberapa kali latihan, 10 kg menjadi ringan. Bebannya
tetap sama 10 kg, tetapi kemampuan menanggung beban 10 kg bisa berubah. Beban pun
bisa ditingkatkan secara bertahap. Bahkan, Paul Anderson (Amerika) bisa mengangkat
beban hingga 6.270 kg.
Kata temanku, "Kelihatannya sekarang
kamu lebih enak daripada yang dulu karena sekarang kamu bisa
tertawa-tawa." Hah! Padahal, salibku sekarang lebih berat daripada yang
dulu, tetapi sekarang otot imanku memang lebih terlatih daripada dulu.
Ayub 6:11-12 (TB) Apakah kekuatanku, sehingga aku sanggup
bertahan, dan apakah masa depanku, sehingga aku harus bersabar? Apakah
kekuatanku seperti kekuatan batu? Apakah tubuhku dari tembaga?
Dulu berat kurasa ketika hanya memikul salib pribadi hingga rasanya ingin mengambil jalan pintas agar bisa segera
kembali ke rumah Bapa. Namun,
akhirnya berhasil lulus setelah berkeluh kesah seperti Ayub... wkwwkw...
Bahkan, ketika harus memikul salib
keluarga, awalnya aku merasa seperti sapi perah yang harus memberikan
segalanya, tetapi tak dapat menikmati apapun. Namun,
akhirnya lulus juga karena dengan iman aku percaya bahwa aku diberi kelebihan
seperti Yusuf si tukang mimpi... xixixi...
Kejadian 48:22 (TB) Dan sekarang aku memberikan kepadamu
sebagai kelebihanmu dari pada saudara-saudaramu, suatu punggung gunung yang
kurebut dengan pedang dan panahku dari tangan orang Amori."
Yusuf diwarisi punggung gunung. Mau tak mau dia harus menjadi tulang punggung bagi keluarga besarnya agar mereka terhindar dari bencana kelaparan. Hal ini merupakan kelebihan yang bisa enak dan tidak enak, tergantung cara pandang kita.
Kejadian 50:20-21
(TB) Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk
kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni
memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan
menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia
menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya.
Yusuf memilih untuk memandangnya secara
positif. Jika Yusuf bisa menang, kenapa kita tidak bisa menang? Hehehe...
terbukti bahwa seiring bertambahnya berkat, bertambah pula tanggung jawabnya.
Hal ini juga berlaku sebaliknya. Seiring bertambahnya tanggung jawab, bertambah
pula berkatnya.
Mau diberkati? Beneran? Yakin? Beneran
yakin? Ya udah, kalau sudah yakin, silahkan memintanya dan niscaya akan
diberi tanggung jawab lebih... xixixi... Namun, sekalipun tidak memintanya,
tetap saja Tuhan berikan. Masa sekarang aku harus memikul salib orang asing
sih? Ini tak pernah terbersit di dalam benakku karena biasanya aku selalu
menghindari orang-orang asing.
Selain itu, mereka tuh kreatif dalam
membuat banyak masalah. Eh, kenapa aku yang harus menyelesaikannya? Kali ini
apa ya rencana Tuhan? Ah, jalani saja dulu karena jika sudah berada di luar
kemampuan, pasti Tuhan akan beri jalan keluar. Namun, jika masih sesuai batas
kemampuan, Tuhan tidak akan memberi jalan keluar dan hanya memberi kelegaan.
Fiuh...
Matius 11:28 (TB) Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu
dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
KUYAKIN dan PERCAYA
Kuberjalan dengan imanku
pada-Mu. Kudengar suara-Mu dan aku percaya. Kuterima janji-Mu dalam hidupku.
Kumelihat dan kunyatakan Kau Tuhan.
Reff: Kuyakin dan percaya Kau sanggup
mengubah malam menjadi siang. Kuyakin dan percaya Kau sanggup mengubah beban
menjadi berkat.
0 komentar:
Post a Comment