Merespon Janji Tuhan
Catatan
Ibadah ke-1 Minggu 4 Nov 2023
"Itu artinya kamu mau diminta untuk
menggantikan dia," jawab seorang bapak. Jawabku, "Ah, yang benar saja
Pak. Sekarang aja aku sudah mabuk. Aku tidak berminat untuk menggantikan
dia."
Sebelum itu bapak lain juga berkata,
"Sekalian jadi kepala aja Bu.
Aku dukung." Jawabku, "Emoh ...
aku seng mumet." (Tidak ... aku yang pusing.)
Saat itu aku hanya tertawa dan berharap ini
bukanlah pesan profetik untukku. Namun, kenapa hari demi hari makin banyak yang
mengatakan hal itu.
"Tuhan, aku tidak mau. Banyak orang menginginkan hal-hal besar,
tetapi aku tidak termasuk di antara mereka. Jadi, kenapa tidak
memberikannya kepada salah satu dari mereka? Kenapa mau tak mau aku harus
mau?"
Aku merasa kehabisan energi. Jika harus
melakukan hal-hal besar, tentulah energiku harus diperbesar. Namun, Tuhan malah
memintaku berolahraga. Waduh ... dulu tersiksa dengan pelajaran olah raga. Nah,
rasanya senang tak terkira ketika lulus SMA karena tak perlu lagi berolahraga.
Ealah ... malah disodorin tugas-tugas besar yang menyita banyak
waktu dan tenaga. Aku betul-betul merasa berbeban berat hingga rasanya esmosi alias ingin marah kepada orang
besar itu. Kenapa dia memilihku yang masih imut ini? Amit-amit deh. Kenapa dia
tidak memilih salah satu dari mereka yang ingin besar?
Hehehe ... di gereja tadi pak Abel malah
berkata, "Jika kamu merasa telah
bekerja keras, Tuhan pun juga bekerja. Tuhan masih bekerja sampai
sekarang." Oh, jawaban ini sedikit menghibur, tetapi kurang meneduhkan
hati ya ... Kukira bisa bermanja-manja kepada-Nya, tetapi Tuhan malah
mendukungnya. Ya udahlah, kuanggap ini sebagai sebuah kehormatan … wkwwkw…
Tapi, Tuhan itu toh tak terbatas. Aku ini
terbatas. Jadi, tidak seharusnya diberi pekerjaan yang tiada batas. Betul apa
betul? Maka, beberapa waktu lalu aku berkata kepada orang besar itu,
"Maaf, bulan ini aku tidak bisa mengerjakan permintaanmu yang satu itu
karena aku tidak sempat mengerjakannya. Aku harus memprioritaskan pekerjaan ini
dan itu."
Aku pun berkata kepada yang lainnya,
"Maaf, laporanku akan terlambat karena aku harus mengerjakan ini dan
itu." Ah, ini semua karena asistennya yang suka mempersulit segalanya
hingga aku berkata kepada orang besar itu, "Aku khawatir kamu melihat trouble maker sebagai problem solver."
Hehehe ... dia langsung meminta zoom meeting. Mungkin dia khawatir aku
tidak mau mengerjakan permintaannya karena kesal kepada asistennya yang terus
menerus mempersulitku. Padahal, aku memang sudah kehabisan waktu dan tenaga.
0 komentar:
Post a Comment