From Glory to Glory to Glory
Catatan
Ibadah ke-1 Minggu 01 Oktober 2023
“Di tempatku ada Encek yang mbencekno.
Masa sudah diajak rapat, tetapi malah lapor belum diajak rapat? Dua kali pula.”
Curhat Lui kepada seorang teman. Dia menjawab, “Atasanku ya mbencekno.
Dia bilang rotinya selalu aman padahal ada hilang satu, tetapi aku malah dimarahi
dan dianggap membesar-besarkan masalah.”
Hehehe … dimana-mana selalu ada orang-orang
yang mbencekno. Namun, mereka juga berpandangan sama, yaitu bahwa kita mbencekno.
Encek itu berkata kepada penerjemah bahwa Lui hanya berpura-pura tidak paham
bahasanya. Lui langsung membantahnya dengan bantuan penerjemah itu karena dia memang
tidak paham.
Kali pertama encek itu melapor bahwa dia belum diajak rapat, Lui menjawab, “Aku tidak paham …” Jelas-jelas dia duduk di sebelah Lui pada saat rapat. Kok bisa bilang belum diajak rapat oleh Lui dan seorang temannya? Gj (geje) toh.
Lalu Mr. Smart langsung mengutus orang untuk
membantu Lui. Utusannya sempat mengadakan rapat bersama dengan encek itu. Eh,
setelah si utusan kembali ke Taiwan, encek itu membuat laporan lagi bahwa dia
belum diajak rapat. Mbencekno puol. Maunya apa sih?
Lui benar-benar tidak paham. Apa dia memang pelupa atau hanya pura-pura lupa? Ah, dia tuh masih sebangsa dan setanah air dengan para nenek moyangku, tetapi benar-benar tidak bisa kupahami. Lantas Mr. Smart akan datang sendiri setelah menarik kembali utusannya.
Dulu saat pecah perang dunia nenek moyang Lui telah
menempuh perjalanan panjang untuk datang dan menetap di Indonesia. Mereka pun
beranak cucu cicit di Indonesia. Lui pun hampir memercayai bahwa nenek
moyangnya seorang pelaut.
NENEK MOYANGKU ~ Ibu Sud
Nenek moyangku seorang pelaut gemar mengarung luas samudra. Menerjang ombak,
tiada takut. Menempuh badai, sudah biasa.
Angin bertiup, layar terkembang. Ombak berdebur di tepi pantai. Pemuda b'rani,
bangkit sekarang. Ke laut, kita beramai-ramai.
Nah, gara-gara encek mbencekno itu, Lui bertanya-tanya, “Kok ada ya orang macam begitu? Orang mana sih?” Eh, dia masih sebangsa dan setanah air dengan nenek moyang Lui karena sebenarnya nenek moyang Lui bukan pelaut. Meskipun demikian, mereka juga telah terbiasa menerjang ombak dan menempuh badai. Jadi, menghadapi orang mbencekno tuh sudah biasa.
Ada pula orang yang mbencekno karena pintar memutar balik kata dengan tujuan cari muka
doank. Orang ini pun terlihat iri kepada Lui. Jika Lui pulang cepat, dia
bertanya, “Jam berapa ini? Kok terburu-buru pulang?” Jawab Lui, “Aku kerja di
rumah.” Dia langsung menimpali, “Gayanya saja.”
“Masa aku harus lapor kepadamu dan kasih
rekaman video?” tanya Lui pula dan dia langsung membenarkan. Namun, Lui tak mau
melakukannya. Dia hanya tersenyum dalam hati sambil berkata, “Salahmu sendiri. Dulu kuberi laporan
malah tidak disampaikan hingga sering ada masalah karenamu. Sekarang aku sudah
mendapat akses untuk melapor secara langsung tanpa melalui dirimu. Jadi,
sekarang kamu tidak perlu laporanku.”
Maka, dia berkata pula, “Kerja itu
loyalitas 24 jam.” Jawab Lui, “Tuhan aja
beristirahat. Masa manusia malah tidak beristirahat?” Ketika diminta bekerja
sama dengannya, orang itu pun hanya bicara dan tidak mau ikut mengerjakan.
Lui curhat kepada seseorang dan orang itu
hanya bertanya, “Sejak kapan sih dia pernah mau mengerjakan?” Ya udah, daripada
ribut, akhirnya Lui kerjakan sendiri. Mbencekno.
Kerjasama dengannya sama artinya dengan kerja sendiri. Gumam Lui, “Cukuplah
Tuhan yang tahu. Aku bekerja untuk Tuhan, bukan untuknya, dan bukan pula untuk
cari muka di depan manusia.”
KEKUATAN HATIKU
Kuasa-Mu nyata di dalam
kelemahanku. Kekuatan-Mu menopang seluruh hidupku. Darimana datang
pertolonganku? Hanya Yesus pertolonganku.
Engkaulah sumber kekuatan hatiku, tempat persembunyianku. Engkau penolong
di saat susahku, tempat perlindunganku. Kau menara dan perisai di hidupku.
0 komentar:
Post a Comment