Sunday, May 21, 2023

Memberi Tanpa Kenal Waktu

Murah Hati
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 21 Mei 2023

"Hah! Serius?", tanya Ran secara spontan ketika Sabtu minggu lalu sekitar jam 2 siang Aon berkata, "Nanti rapat jam setengah 3 dengan Mr. Smart." Ternyata dia benar-benar serius.

Sebelum rapat dimulai, Ran bertanya lagi kepada Aon, "Apa dia tidak mengetahui jam pulang?" Aon hanya tersenyum saat menanggapi pertanyaan retoris tersebut. Pada saat hampir bersamaan Mr. Smart hadir, tetapi dia pasti tidak memahami perkataan Ran.

Lalu Mr. Smart memulai pembicaraannya. Mula-mula dia menyampaikan masalahnya. Obi pun diminta untuk menerjemahkan perkataannya. Namun, sesaat kemudian dia sudah asyik berbicara berdua dengan Meimei. Ran hanya bergantian memperhatikan ekspresi Mr. Smart dan Meimei untuk memahami isi pembicaraan mereka.

Sesekali Ran melihat Obi yang duduk di samping kirinya membuat catatan. Dari catatannya dan beberapa patah kata yang dipahaminya, Ran yakin bahwa pembicaraannya memang tidak berkaitan dengannya. Itu sebabnya Obi tidak lagi diberi kesempatan untuk menerjemahkan.

Maka, pikiran Ran mulai berkelana, "Kenapa Mr. Smart mirip mantan bosku yang suka memintaku ikut rapat sekalipun topik pembicaraannya tidak berkaitan denganku? Tapi ..., dulu aku masih paham detail pembicaraannya. Kali ini aku hanya paham beberapa patah kata. Rasanya seperti berada di planet asing dan mendengarkan pembicaraan dua alien. Untuk apa aku masih di sini?"

BANGKITKAN AKU
Verse 1: Aku melangkah jalani hidup ini bersama dengan waktu yang terus melaju. Untuk apakah aku ada di sini Tuhan kalau bukan untuk melayani-Mu?
Verse 2: Inilah aku di hadapan-Mu Tuhan Bersama dengan segala yang kumiliki. Pakailah aku Tuhan sebagai alat-Mu Menyelamatkan jiwa yang terhilang.
Chorus: Bangkitkan aku, Bangkitkan aku. Jadikan aku hamba-Mu yang setia. Bangkitkan aku, Bangkitkan aku. Jadikan aku hamba-Mu yang berkenan.

Beberapa saat kemudian Obi sudah berhenti membuat catatan di bukunya. Dia mulai menulis di ponselnya, "Ini mau pacaran. Apa dia tidak tahu ini hari apa?" Ran mulai tersenyum membaca pertanyaan retoris itu. Tulisan itu pun menyadarkannya bahwa dia tidak berada di planet asing.

Ran memandang Mr. Smart dan mulai membacanya, "Dia pasti tidak ada rencana untuk pacaran. Dia pasti tidak mengenal kata 'malam minggu'. Karena tidak ada acara, kitalah yang diharapkan untuk menemaninya, minimal mendengarkan dia. Mungkin aku bertampang sebagai pendengar yang baik. Emang sih aku lebih suka mendengarkan daripada berbicara. Tapi, kalau tidak memahami perkataannya, apa gunanya aku memberi telinga?"

Tiba-tiba Mr. Smart meminta maaf kepada Ran dan memintanya menunggu sebentar karena pembicaraannya tidak berkaitan dengan Ran, tetapi Ran masih harus mendengarkannya. Ran hanya mengangguk sembari tersenyum. Pikirnya, “Wah, ternyata Mr. Smart cukup peka. Rupanya selain berfokus kepada Meimei, sudut matanya juga tetap membaca hal-hal lain.”

Kemudian Ran melihat Obi menulis lagi, "Pacarannya kapan kalau seperti ini?" Ran kembali tersenyum dan berbisik, "Nanti malam lha." Pikir Ran, "Mana ada siang minggu atau sore minggu? Adanya ya malam minggu." Aon yang tampak bosan juga tampak tak mengerti melihat Ran tersenyum dan berbisik saat menjawab Obi. Maka, dia membuka ponselnya sendiri.

Mr. Smart seharusnya lebih tidak paham lagi. Namun, tiba-tiba dia menghentikan pembicaraannya dan mengizinkan Ran pergi bersama Mr. Bright karena pembicaraannya sudah tidak berkaitan dengan mereka berdua. "Akhirnya," teriak Ran dalam hati.

Namun, Obi berteriak cukup keras dengan bercanda, "Jangan tinggalin aku" lalu ikut keluar ruangan sebentar. Hahaha ... antara rasa lega dan kasihan, tentu saja Ran tetap ninggalin titi itu. Untunglah titi itu masih sempat bermalam minggu. Hehehe ... benar-benar malam.

Eh, Sabtu kemarin titi itu malah bisa pulang duluan. Giliran Ran yang terjebak bersama Aon hingga petang menghadapi pertanyaan-pertanyaan Mr. Bright dan dua jiejie. Ran pun membatin, "Andaikata uang bisa menyelesaikan masalah, aku tak perlu repot-repot begini."

Kalau mesin cuci rusak dan punya uang, kita hanya perlu memanggil teknisi yang akan membereskan masalah itu. Namun, bagaimana jika kita adalah teknisinya? Tentu saja uang tidak bisa menyelesaikan masalah.

Mau tak mau kita harus memberikan waktu, tenaga, dan pikiran kita. "Oh Tuhan, aku butuh waktu untuk bernapas. Mengapa masalah datang silih berganti? Setelah masalah Mitsuhiko kelar, kok masih ada masalah lain? Biarkan aku istirahat sebentar." Ucap Ran dalam hati.

"Emangnya selama ini kamu tidak bernapas? Kamu juga masih bisa beristirahat. Kalau masalah itu adalah masalahmu, masihkah kamu menghitung-hitung waktumu? Anggap saja masalah mereka sebagai masalahmu."

Ran pun langsung menimpali suara hatinya, "Ini bukan soal waktu saja. Aku lelah. Jam istirahatku jadi berkurang. Roh Kudus sih tidak punya tubuh sehingga tidak bisa lelah, tetapi aku masih punya tubuh."

"Istirahat bukan hanya soal kuantitas, tetapi kualitas. Emangnya kamu bisa tidur nyenyak jika mengabaikan masalah orang lain?" tanya-Nya pula. Ehm, ya ya, ya ... rasanya capek, tetapi puas juga ketika melihat masalah-masalah itu kelar.

Karena setiap orang punya masalah dan kita tidak mungkin sanggup membantu semuanya, lebih baik memberikan kail daripada ikan. Namun, tetap saja hal ini terasa berat di awal karena mengajarkan cara menggunakan kail tentu saja tak semudah mengajarkan cara makan ikan, terlebih lagi jika harus menyiapkan kolamnya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.