Melarutkan Kesedihan
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 28 Mei 2023
Kejadian 6:5-6 (TB) Ketika
dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala
kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah
TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.
Nah, pada zaman baheula Sang Pencipta Alam
Semesta beserta segala isinya juga pernah larut dalam kesedihan karena
kejahatan manusia ciptaan-Nya. Kesedihan-Nya yang teramat dalam membuat Dia
memusnahkan semua manusia dari muka bumi lewat hujan 40 hari 40 malam hingga
ada bencana air bah.
Andaikata Tuhan menciptakan robot, mungkin
Dia tidak akan merasa pilu hati karena robot pasti bisa bersikap sesuai
mau-Nya. Namun, mengapa Dia tetap memilih untuk menciptakan manusia yang
memiliki kehendak bebas?
Kejadian 8:21 (TB) Ketika
TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya:
"Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang
ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan
membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan.
Hanya karena masih ada satu manusia yang
memperkenan hati-Nya, Tuhan siap mengambil risiko dikecewakan lagi oleh
manusia. Sekalipun Tuhan Maha Tahu hingga mengetahui bahwa manusia-manusia lain
tidak akan sebaik Nuh, Dia belum kehilangan harapan terhadap manusia.
Oleh karena itu, Dia segera mencari solusi
untuk meminimalisir kekecewaan-Nya terhadap manusia yang memang rentan dengan
kelemahan. Dia pun memberikan putra tunggal-Nya, yaitu Yesus dan kemudian
memberikan Roh Kudus kepada manusia.
Jadi, kita pun tidak bisa sekadar mengharapkan perubahan hati orang lain. Kita juga harus memberikan hal-hal yang bisa mendukung perubahannya, yaitu minimal berdoa untuknya.
Karena Tuhan juga memiliki emosi, Dia tidak
pernah terkejut dengan emosi manusia. Setiap saat
dan setiap waktu kita pun bisa mencurahkan emosi kita kepada-Nya. Beberapa
minggu lalu aku kesal terhadap Mr. Ckckck yang membuatku menunggu lama saat
menjemputnya. Eh, beberapa hari lalu gantian dia yang harus menemani sopir mengantarku pulang
terlebih dulu. Hehehe … impas deh. Ini namanya pembelaan Tuhan.
Kalau sebelumnya dia duduk di sebelah sopir
dan aku berada di belakangnya, kali ini aku yang duduk di samping sopir dan dia
yang berada di belakangku. Jadi, kami bertukar posisi seolah-olah kami harus
belajar berempati dengan menempatkan diri pada posisi orang lain.
Kalau sebelumnya dia menanyakan
kebangsaanku, kali ini dia mencoba menanyakan hal lain, tetapi aku tidak paham
pertanyaannya sehingga dia bertanya hal lain, “Zhōngwén?” Hehehe …
karena bahasa mandarinku masih sangat terbatas, aku hanya melambai-lambaikan
tangan kepadanya.
Lantas dia mulai menelepon beberapa orang
dan berbicara dalam bahasanya. Diam-diam aku merekam suaranya dan mengirimkan
kepada salah satu temanku, “Kamu paham perkataannya?” Temanku yang bisa
berbahasa mandarin juga tidak memahaminya. “Oh, dia pasti menggunakan bahasa daerahnya,
seperti aku menggunakan Bahasa Indonesia campur Bahasa Jawa saat berbicara
dengan sopir. Jadi, sekalipun sama-sama menguping, kami sama-sama tidak paham.
Hahaha …”
BEKERJALAH YA ROH KUDUS (GMS Live)
Verse 1: Roh Kudus hadir di sini. Pribadi yang menawan dan suci. Kurindu
mendekat mengerti hati-Mu, Berjalan dalam kehendak-Mu.
Verse 2: Roh Kudus manis dan lembut, Penolong yang sejati dan suci. Kurindu
mendekat, mengerti hati-Mu, Berjalan dalam kuasa-Mu.
Chorus: Bekerjalah ya Roh Kudus. Bertahtalah lebih lagi. Urapan-Mu,
lawatan-Mu, Kaulah yang kuperlu. Kau terutama di hidupku.
0 komentar:
Post a Comment