Mengendalikan Emosi
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 12 Maret 2023
Beberapa hari lalu di tengah perjalanan yang
gelap seorang bapak berkata, "Dulu aku ini bajingan. Aku mantan
anggota geng bajingan di kawasan xxx." Tanyaku, "Masa sih? Kok tidak
kelihatan ya? Apa Bapak pernah malak orang?" Ini gara-gara aku tiba-tiba
teringat kalau dulu pernah dipalak cece asrama.
Lalu perlahan-lahan dia menjawab,
"Membunuh orang tidak pernah. Malak orang juga tidak pernah. Tapi, aku
mencuri." Aku hanya membatin, “Aku punya Tuhan. Dia besertaku.” Kemudian
kuceritakan tentang Andy Noya yang dulunya juga pernah bergabung dengan geng
semacam itu di Surabaya. Dia pun mencuri, seperti mencuri pisang.
Bapak itu membenarkan dan mengetahui keberadaan geng yang ada di sana. Lantas aku bertanya, "Apa yang membuat Bapak bertobat?" Ini karena aku lebih tertarik dengan motivasi di balik tindakannya. Ternyata dia bertobat karena ibunya terkena kanker otak. Dokter di Karang Menjangan mengatakan bahwa hidup ibunya tinggal 73 hari lagi jika dia tidak dibawa ke Malaysia.
Lantas dia dipertemukan dengan orang asing
yang bersedia membiayai seluruh pengobatan ibunya hingga ke Malaysia. Tiba-tiba
semua sudah disiapkan dan dia bisa langsung membawa ibunya ke sana. Padahal,
biayanya sampai sekitar satu miliar rupiah di tahun 1990an. Orang itu
menggunakan uang warisan dari ayahnya untuk menolong ibunya.
Orang itu sendiri tidak pernah menggunakan
uang tersebut untuk kepentingan pribadinya. Jadi, dulu penolongnya juga belum
punya usaha apapun. Sejak saat itu dia mengabdikan seluruh hidupnya kepada si
penolong. Kemudian orang asing itu mulai merintis usaha dan mempekerjakan dia. Hingga
kini orang asing itu melarang dia mengganti biaya pengobatan ibunya.
Maka, sekalipun ada tawaran kerja lain
dengan gaji lebih tinggi, dia tidak akan meninggalkan penolongnya itu. Ini
karena penolongnya hadir pada titik terendah dalam hidupnya. Saat itu
semua harta sudah dijual untuk biaya pengobatan ibunya. Mereka sampai tinggal
bersama di sebuah kamar kos. Dia sudah jatuh, sejatuh-jatuhnya.
Nah, orang asing itu hadir di dalam
hidupnya. Berkat bantuan orang itu, ibunya masih bisa hidup hingga kini. Dia
pun bisa meninggalkan gengnya setelah berbicara baik-baik kepada ketuanya. Untunglah
dia tidak sampai dihajar oleh gengnya, seperti Andy Noya. Katanya,
"Sejahat-jahatnya orang, mereka masih punya sisi baik."
Amsal 18:24 (TB) Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.
"Di dalam keluarga besarku aku ini paling pendiam, tetapi paling bajingan," katanya lagi. Hmm ... air tenang memang menghanyutkan, tetapi sesama air tenang bisa memahami. "Saudara-saudara tidak ada yang membantu Pak?" tanyaku pula.
Kejadian 48:22
(TB) Dan sekarang aku memberikan kepadamu sebagai kelebihanmu dari pada
saudara-saudaramu, suatu punggung gunung yang kurebut dengan pedang dan panahku
dari tangan orang Amori."
Yusuf mendapat kelebihan beban, tetapi
seiring dengan beban yang diterimanya, dia juga beroleh berkat melimpah.
Aku pun pernah berkata kepada seseorang, "Jika
tak ada masalah, kita tidak akan pernah mengetahui isi hati orang-orang
terdekat kita yang sebenarnya." Lalu dia menjawab, "Karena itu
carilah masalah ... hahaha ..." Tentu saja tidak perlu begitu karena masalah
adalah sosok tak tahu malu. Sekalipun kita tidak mencarinya, masalah pasti
datang menghampiri.
Nah, ketika aku dihampiri masalah besar,
aku pun tertawa dan berkata dalam hati, "Ya Tuhan, kok bisa-bisanya Kau
izinkan aku mengalami masalah ini? Apa masalahnya tidak kurang besar? Hahaha
... Memang sih Engkau besar dan selalu lebih besar daripada semua masalah,
tetapi apa Kau lupa kalau aku ini kecil?"
Amit-amit deh. Jangan sampai tubuhku
membesar seiring besarnya masalahku. Namun, ada loh orang yang tubuhnya makin
besar seiring masalahnya. Ini karena dia selalu banyak makan tiap kali stres
karena masalahnya itu. Pada akhirnya mereka pun mendapatkan masalah baru dengan
berat badannya.
0 komentar:
Post a Comment