Apa Jadinya Jika Tangan Tak Berfungsi?
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 26 Februari
2022
Genta bercerita pula bahwa dia dari
keluarga broken home. Pada mulanya dia tidak mau cerita ketika ditanya,
"Kenapa bukan mamamu yang merawat papamu?" Namun, setelah saling
menertawakan kegagalan masa lalu, dia pun menceritakannya. Ternyata kisahnya
mirip kisah sepupu Ran. Papa Cina dan mama Jawa. Orang tua papanya masih
kolot dan menentang pernikahan mereka.
Kedua sepupu Ran dibawa pergi oleh mamanya
dan dijauhkan dari keluarga papanya karena takut anaknya diajari makan babi. Ini
mengakibatkan papanya seperti single lagi. Sementara itu, Genta dan adiknya
terpisah. Adiknya merawat papanya yang lumpuh karena sakit ginjal hingga
papanya meninggal. Sementara itu, Genta harus bekerja keras di luar pulau demi
membiayai mereka.
Ini bukan pertama kalinya Ran mendengar
kisah pernikahan ampyang yang berakhir perpisahan. Sebelumnya Ran juga memiliki
teman lain yang senasib dengan mereka. Kue ampyang itu enak, tetapi
pernikahan ampyang tidak seenak kuenya. Kasihan anak-anaknya.
Genta menjawab, "Ya, seperti itu. Aku
ini di tengah-tengah. Kadang dijawa-jawakan, kadang dicina-cinakan." Sambungnya
lagi, "Memang hidup tak bisa selalu berjalan sesuai keinginan. Itu
sebabnya aku mengatakan bahwa kita pasti mengawalinya karena dipaksa lalu
terpaksa, dan akhirnya terbiasa."
Katanya pula, "Biasanya orang berpikir
bahwa anak broken home pasti rusak, tetapi kubuktikan aku tidak seperti
itu." Jawab Ran, "Iya, ada cerita tentang dua anak kembar yang
ayahnya suka mabuk. Anak pertama memutuskan untuk seperti ayahnya. Karena
ayahnya pemabuk, dia ikutan jadi pemabuk. Namun, anak kedua berbeda. Dia tidak
mau menjadi seperti ayahnya. Dia mau lebih baik daripada ayahnya.”
Genta setuju bahwa semua bergantung kepada diri sendiri dalam menyikapi suatu masalah. Kalau sikapnya negatif, pasti bisa menghancurkan hidupnya. “Saat stres, aku hanya merokok dan aku tidak menyesal karena rokok selalu menemaniku." Ujar Genta lagi.
Wah, dengar kata rokok, tentu saja Ran
Molari langsung terpancing untuk bersaksi tentang
penderitaannya saat harus mondar-mandir ke dokter paru-paru karena TBC
kelenjar. Sebenarnya dari awal Ran tahu kalau Genta merokok. Sopirnya juga
merokok. Ini sebabnya Ran tetap memakai masker biar aman dari bau neraka itu.
Namun, Ran juga tidak bisa tiba-tiba
membahas bau itu jika tidak ada yang memulainya. Nah, kebetulan Genta membahas
alasannya merokok. Maka, Ran langsung menimpali, "Rokok tuh sumber penyakit. Baca aja tulisan di kotaknya."
Eh, sambil tertawa dia mengatakan bahwa dia
tidak pernah mau membaca kotak rokoknya dan mau mengaktifkan asuransinya lagi. Ran
hanya bisa tertawa pula karena teringat koko papanya yang pernah dia belikan
magnet anti rokok untuk ditempel di telinganya.
Namun, adik papa berkata kepadanya,
"Magnet yang kamu belikan itu diberikan kepadaku olehnya. Dia bilang takut
tidak bisa merokok jika memakai magnet itu. Padahal, tujuannya memang membuat
dia berhenti merokok tapi dia tidak mau. Susah diomongi."
Maka, Ran hanya menyarankan Genta untuk
mengalihkan rokoknya pada hal lain, seperti permen tanpa gula atau lagu rohani.
Genta menjawab, “Sudah kualihkan ke makanan dan berhasil membuat tubuhku besar …
hahaha …” Ran ikut tertawa dan juga memintanya untuk memikirkan masa tuanya. “Nanti
kalau sakit, kasihan mereka yang harus merawatmu.” Timpal Ran.
Jika perokok ada kepedulian kuat
terhadap orang lain, mungkin mereka bisa berhenti merokok. Namun, tentu saja kepedulian tidak bisa ditumbuhkan dalam semalam. Sementara
itu, pak sopir cenderung hanya mendengarkan perbincangan kedua atasannya. Mungkin
dia juga tidak pernah menyangka ada cerita-cerita semacam itu sebagai bagian
dari perjalanan hidup para atasannya. Mungkin saja dia bisa terinspirasi untuk
mengubah nasibnya pula.
SETIAP HARI KULIHAT KASIH-MU
Setiap hari kulihat kasih-Mu.
Setiap hari kulihat kuasa-Mu. Setiap hari kulihat mujizat terjadi dalam
hidupku.
Yesus, Yesus kucinta Kau lebih dari segala yang ada. Hanya Yesus, Yesus.
Kau segalanya bagiku.
0 komentar:
Post a Comment