Sunday, February 26, 2023

Bersaksi dan Memberkati

Apa Jadinya Jika Tangan Tak Berfungsi?
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 26 Februari 2022

Genta bercerita pula bahwa dia dari keluarga broken home. Pada mulanya dia tidak mau cerita ketika ditanya, "Kenapa bukan mamamu yang merawat papamu?" Namun, setelah saling menertawakan kegagalan masa lalu, dia pun menceritakannya. Ternyata kisahnya mirip kisah sepupu Ran. Papa Cina dan mama Jawa. Orang tua papanya masih kolot dan menentang pernikahan mereka.

Kedua sepupu Ran dibawa pergi oleh mamanya dan dijauhkan dari keluarga papanya karena takut anaknya diajari makan babi. Ini mengakibatkan papanya seperti single lagi. Sementara itu, Genta dan adiknya terpisah. Adiknya merawat papanya yang lumpuh karena sakit ginjal hingga papanya meninggal. Sementara itu, Genta harus bekerja keras di luar pulau demi membiayai mereka.

Ini bukan pertama kalinya Ran mendengar kisah pernikahan ampyang yang berakhir perpisahan. Sebelumnya Ran juga memiliki teman lain yang senasib dengan mereka. Kue ampyang itu enak, tetapi pernikahan ampyang tidak seenak kuenya. Kasihan anak-anaknya.

Genta menjawab, "Ya, seperti itu. Aku ini di tengah-tengah. Kadang dijawa-jawakan, kadang dicina-cinakan." Sambungnya lagi, "Memang hidup tak bisa selalu berjalan sesuai keinginan. Itu sebabnya aku mengatakan bahwa kita pasti mengawalinya karena dipaksa lalu terpaksa, dan akhirnya terbiasa."

Katanya pula, "Biasanya orang berpikir bahwa anak broken home pasti rusak, tetapi kubuktikan aku tidak seperti itu." Jawab Ran, "Iya, ada cerita tentang dua anak kembar yang ayahnya suka mabuk. Anak pertama memutuskan untuk seperti ayahnya. Karena ayahnya pemabuk, dia ikutan jadi pemabuk. Namun, anak kedua berbeda. Dia tidak mau menjadi seperti ayahnya. Dia mau lebih baik daripada ayahnya.”

Genta setuju bahwa semua bergantung kepada diri sendiri dalam menyikapi suatu masalah. Kalau sikapnya negatif, pasti bisa menghancurkan hidupnya. “Saat stres, aku hanya merokok dan aku tidak menyesal karena rokok selalu menemaniku." Ujar Genta lagi.

Wah, dengar kata rokok, tentu saja Ran Molari langsung terpancing untuk bersaksi tentang penderitaannya saat harus mondar-mandir ke dokter paru-paru karena TBC kelenjar. Sebenarnya dari awal Ran tahu kalau Genta merokok. Sopirnya juga merokok. Ini sebabnya Ran tetap memakai masker biar aman dari bau neraka itu.

Namun, Ran juga tidak bisa tiba-tiba membahas bau itu jika tidak ada yang memulainya. Nah, kebetulan Genta membahas alasannya merokok. Maka, Ran langsung menimpali, "Rokok tuh sumber penyakit. Baca aja tulisan di kotaknya."

Eh, sambil tertawa dia mengatakan bahwa dia tidak pernah mau membaca kotak rokoknya dan mau mengaktifkan asuransinya lagi. Ran hanya bisa tertawa pula karena teringat koko papanya yang pernah dia belikan magnet anti rokok untuk ditempel di telinganya.

Namun, adik papa berkata kepadanya, "Magnet yang kamu belikan itu diberikan kepadaku olehnya. Dia bilang takut tidak bisa merokok jika memakai magnet itu. Padahal, tujuannya memang membuat dia berhenti merokok tapi dia tidak mau. Susah diomongi."

Maka, Ran hanya menyarankan Genta untuk mengalihkan rokoknya pada hal lain, seperti permen tanpa gula atau lagu rohani. Genta menjawab, “Sudah kualihkan ke makanan dan berhasil membuat tubuhku besar … hahaha …” Ran ikut tertawa dan juga memintanya untuk memikirkan masa tuanya. “Nanti kalau sakit, kasihan mereka yang harus merawatmu.” Timpal Ran.

Jika perokok ada kepedulian kuat terhadap orang lain, mungkin mereka bisa berhenti merokok. Namun, tentu saja kepedulian tidak bisa ditumbuhkan dalam semalam. Sementara itu, pak sopir cenderung hanya mendengarkan perbincangan kedua atasannya. Mungkin dia juga tidak pernah menyangka ada cerita-cerita semacam itu sebagai bagian dari perjalanan hidup para atasannya. Mungkin saja dia bisa terinspirasi untuk mengubah nasibnya pula.

SETIAP HARI KULIHAT KASIH-MU
Setiap hari kulihat kasih-Mu. Setiap hari kulihat kuasa-Mu. Setiap hari kulihat mujizat terjadi dalam hidupku.
Yesus, Yesus kucinta Kau lebih dari segala yang ada. Hanya Yesus, Yesus. Kau segalanya bagiku.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.