Orang Asing
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 29 Jan 2023
"Jika Tuhan yang mengangkatmu,
siapa yang dapat menurunkanmu?" tanya hatiku
lagi. Jawabku, "Ahok aja bisa diturunkan, apalagi aku." Lalu dia
menjawab, "Kamu bukan Ahok." Hahaha ... jelas bukan. Ah, siapa sangka
Tuhan menggunakan kemarahanku untuk memberikan berkat-Nya? Andaikata tak ada
yang membuatku marah, tak mungkin aku bertahan dengan permintaanku.
Roma 8:28 Kita
tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
"Di Taiwan tidak boleh ada angka abal-abal
di dalam laporan keuangan. Saya juga tidak suka ada angka abal-abal di
dalam laporan keuangan." Begitulah kata-kata yang selanjutnya terucap oleh
bos itu.
Batinku, "Kok dia mendahuluiku mengatakan hal itu? Padahal, tadi pagi aku hanya membahasnya dengan Tuhan di dalam hati." Namun, selama ini jarang sekali kujumpai pengusaha-pengusaha Indonesia yang berketetapan seperti dia. Selain itu, dia pun senang mendorong semua karyawannya untuk terus belajar tanpa mengenal usia karena setahunya orang Indonesia tuh malas.
Alhasil, ada operator produksi yang bisa
menjadi tangan kanannya. "Semua itu proses," katanya lagi. Betul,
tetapi tidak banyak pengusaha di Indonesia yang memiliki kepedulian untuk
memproses perbaikan taraf hidup sesama bangsanya. Bahkan, ada yang suka
menindas karyawannya.
Kenapa orang Taiwan malah peduli dengan
orang Indonesia? Dulu papaku bekerja di Taiwan. Aku
pun mendapat nama Cina karena pernah dibaptis di vihara Taoisme oleh orang
Taiwan. Di sanalah aku mulai belajar bahasa Mandarin dan sayangnya sudah lupa
tuh.
Meskipun demikian, nama baptisnya tetap
kupakai karena aku tidak punya nama Cina selain itu. Nah, orang Taiwan tuh
selalu menanyakan nama Cina. Setelah meninggalkan vihara, kupikir tidak akan bertemu
orang Taiwan lagi. Eh, ternyata malah bekerja untuk orang Taiwan dan punya rekan
kerja dari Cina pula.
Suatu hari gadis Cina itu ikut pulang
bersamaku karena dia mau belanja di Hoki lalu ke rumah temannya. Nah, di dalam
mobil dia sempat menunjuk-nunjuk kursi sambil berkata, “这个 (zhège)” karena ingin sedikit menidurkan kursinya. Sopir juga tidak memahami
bahasanya. Aku pun ingin memberitahu bahwa tombolnya ada di sebelah kiri kursi,
tetapi aku sudah lupa bahasa mandarinnya kiri.
Alhasil, kami sama-sama memakai bahasa
isyarat ... wkwwk ... Ketika tiba di rumahku, aku pun hanya bisa mengucapkan
sepatah kata, "再见 (zàijiàn)" lalu dia menjawab, "bye
bye". Hahaha ...
Ah, sepertinya aku perlu belajar bahasa Mandarin lagi. Padahal, kupikir aku hanya membutuhkannya jika mau ke Cina dan aku tak ada rencana ke sana. Eh, siapa sangka aku malah dipertemukan dengan mereka di Indonesia. Tuhan ini punya rencana apa sih? Mungkinkah seseorang yang bahasanya masih belepotan diminta menjangkau bangsa-bangsa?
Tadinya kupikir aku bisa menggunakan
penerjemah Google, tetapi siapa sangka sinyalnya hilang. Penerjemah pun tak
bisa menemani kami karena memang sudah di luar jam kerja. Oh, ternyata lebih
baik belajar sendiri daripada bergantung pada aplikasi atau orang lain.
Beberapa hari kemudian bos itu mulai
mengungkit-ungkit gajiku yang ketinggian di depan beberapa karyawan. “Gajimu
lebih tinggi daripada semua gaji karyawan yang ada di ruangan rapat ini. Kamu
juga satu-satunya karyawan yang mendapatkan fasilitas anjem. Maka, kamu jangan
sampai mengecewakan saya.”
Di sana memang tidak ada rahasia gaji. Pada
mulanya aku heran karena di perusahaan orang Indonesia hal tersebut tidak lazim,
tetapi aku mulai terbiasa dengan hal tersebut. Aku pun sempat kesal dengannya.
Namun, aku hanya membatin, “Jika memang
ketinggian, kenapa menerimaku? Ini juga bukan mauku. Aku loh berharap
ditolak. Kenapa bos tidak mencari orang lain yang ada di sekitar pabrik ini?
Ini sih ulah Tuhan hingga dia tak bisa menolak. Tuhanlah yang membuat kemustahilan
menjadi mungkin. Bos juga jangan sampai mengecewakanku karena bisa langsung
kutinggal pergi.”
Kolose 3:24 Kamu
tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu
sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.
“Apa permintaanku terbilang wajar?” tanyaku
kepada seorang teman di Surabaya. Jawabnya, “Tidak wajar ya. Itu gaji apa gaji?”
Dia sudah ke sana ke mari mencari perusahaan yang mau memberinya gaji lebih
rendah lima juta dari permintaanku, tetapi mereka semua mengatakan bahwa itu
ketinggian.
Bahkan, pada mulanya ada yang skeptis dan berkata, "Pastikan itu bukan perusahaan abal-abal." Ini karena kesannya too good to be true. Namun, aku sudah sempat cari info kepada warga sekitar. Mereka memastikan bahwa perusahaan itu sudah lama berdiri. Titi yang mengenalkanku kepadanya juga memastikan bahwa tempat itu bukan abal-abal.
0 komentar:
Post a Comment