Sunday, September 4, 2022

Penyembah Tanpa Suara

Penyembah yang Benar
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 04 Sept 2022

Jika penyembahan hanya berkaitan dengan nyanyian, orang yang sakit batuk pilek atau radang tenggorokan juga tidak akan bisa menyembah. Namun, karena penyembahan bukan hanya soal nyanyian, sekalipun tenggorokan sedang tak enak, tentu saja tak ada halangan bagi kita untuk tetap menyembah dalam hati atau beribadah dalam sunyi... xixixi...

Sekitar 2 minggu lalu beberapa kerabatku yang tak serumah denganku terserang covid. Tak lama berselang seorang teman membawa virus influensa. Karena pola makan yang salah, aku dan temanku pun tertular olehnya. Keadaan pun semakin memburuk. Temanku sampai mimisan.

Awalnya capsaicin membuat perutku melilit dan bagian dalam tubuhku terasa panas. Namun beberapa hari kemudian tenggorokan mulai gatal hingga batuk tak terhindarkan. Nah, seperti kita ketahui: di masa kini suara batuk terdengar lebih mengerikan daripada suara Tuhan. Suara Tuhan tidak dihiraukan, tetapi suara batuk langsung menjadi pusat perhatian.

Alhasil, ada bapak yang berkata: "Kamu ini medeni (menakutkan, red.)" Lalu dia berkoar-koar di depan banyak orang: "Rully covid. Rully covid." Kudiamkan saja dia. Hasil tes pun menunjukkan bahwa aku dan teman-temanku tidak covid. Gejala yang kami rasakan juga sudah jelas bukan covid. Eh, beberapa hari kemudian aku diberitahu temanku bahwa anak bapak itu terkena covid. Seorang teman langsung berkata: "Karmanya instan."

Ah, andai saja memang ada karma instan, pasti kejahatan tidak sampai merajalela. Namun, kulihat tidak semua orang langsung ditegur ketika melakukan kesalahan. Ada pula yang ditegur tetapi tetap tidak sadar. Bahkan, ada pula yang berkata: "Kamu jangan terlalu lurus. Sini tak ajari belok-belok." Ada pula yang berkata bahwa aku terlalu menyilaukan. Eh, emangnya aku matahari??!??

Padahal, kalau soal lurus, anak pendeta bisa lebih lurus daripada aku. Seorang teman bercerita tentang dosen yang sekaligus pendetanya. Dia bercerita bahwa anak pendeta itu pernah minta dibelikan buku Harry Potter ketika masih kuliah. Permintaannya baru dikabulkan setelah dia membaca 10 buku lain terlebih dahulu dan anak itu menurutinya.

Nah, andaikata aku ada di posisinya, tak mungkin aku senurut itu. Kemungkinan besar aku akan memakai cara kreatif, yaitu meminjam buku Harry Potter milik teman. Lalu aku akan membacanya di area perpustakaan yang jarang dilalui orang serta terlambat pulang dengan alasan kerja kelompok padahal membaca buku... wkwwk...

Jadi, aku tak peduli komentar temanku tuh pujian atau sindiran atau hinaan atau apalah. Kadang kala kita pun harus berhati-hati dengan ‘teman baik’. Mereka bisa tiba-tiba berbaik hati membantu kita serta memberi kita berbagai kemudahan. Lalu secara perlahan-lahan mulai menggiring kita ke jalan yang salah setelah kita merasa berhutang budi kepada mereka.

Sekalipun sudah berhati-hati, ada kalanya kita bisa tergelincir. Ketika sadar, eh kita sudah salah jalan. Ketika mau kembali ke jalan yang benar, mungkin kita tidak siap dengan konsekuensinya. Untuk mengatasi hal ini, kita bisa berdoa: "Tuhan, tolong hentikan aku" atau "Tuhan, beri aku kekuatan untuk keluar dari jalan ini". Seringkali doa semacam itu mendatangkan interupsi ilahi yang akhirnya memampukan kita mengambil langkah iman sekalipun tak ada dukungan dari orang-orang di sekitar kita.

Nah, tiba-tiba aja di semua jalan yang kita lewati langsung bermunculan firman dan lagu yang akan menguatkan langkah kita. Jadi, ngapain takut dengan konsekuensinya jika Tuhan menyertai dan menjanjikan kemenangan? Kita butuh keberanian, Tuhan sediakan. Kita butuh kekuatan, Tuhan sediakan. Kita butuh apa aja, Tuhan sudah sediakan. Kita hanya perlu memintanya, seperti anak yang minta kepada Bapanya.

Filipi 4:19 Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.

Selanjutnya, agar tak merasa berhutang budi kepada 'teman baik', kita pun perlu menyadari bahwa ‘teman baik’ hanyalah alat di tangan Tuhan dan bukan Tuhan itu sendiri...^.^ Dengan demikian, 'teman baik' tersebut tidak akan memanfaatkan kita untuk melakukan hal baik bagi mereka yang sebenarnya malah merugikan orang lain. Lantas seorang teman berkata: “Enak kamu ini nggak sungkanan. Aku ini orang Jawa jadi suka tidak enakan kalau mau menolak.” Kataku padanya: “Hei, itu hanya alasan. Aku juga lahir di Jawa. Jadi, aku juga orang Jawa. Kalau mau, kamu juga pasti bisa nolak.”

~ Kalau ada kemauan, pasti ada jalan. Kalau ada alasan, pasti kurang kemauan. ~

Hmm... iblis tuh licik ya. Jika dia gagal menjatuhkan kita dengan cara kasar atau jahat, dia akan gunakan cara halus dengan membawa kebaikan. Namun, kebaikan yang ditawarkannya justru bisa berujung petaka di masa depan. Maka, kita pun harus memiliki keberanian untuk menolak hal-hal baik demi memperoleh yang terbaik.

WAKTU yang TERBAIK – GMS Live
Saat ku tak mampu berharap, kekhawatiran menghimpit jiwaku. Kekuatanku datang dari-Mu, Memampukanku kembali berharap.
Ajarku mengenal hati-Mu dan percaya jalan-Mulah yang terbaik. Di kelemahan kuasa-Mu sempurna. Kau Allah yang tak akan tinggalkan.
Kupercaya Engkau bekerja buat kebaikanku. Walau belum kumelihat namun kuasa-Mu sempurna. Kupercaya pasti Tuhan bukakan jalanku. Di waktu-Mu yang terbaik sturut kehendak-Mu.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.