Sunday, May 15, 2022

Pohon di Tempat Kering

Pohon Sehat
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 15 Mei 2022

Ketika pak Abel membahas pohon di tepi air, tiba-tiba aku teringat pohon yang bertumbuh sehat di tempat kering nan gersang. Pohon ini pun terkenal dengan buahnya yang manis, yaitu kurma. Untung ya Tuhan tidak hanya menempatkan pohon di tepi aliran air. Tuhan juga menyediakan pohon yang berbuah di tempat kering karena Dia memahami dinamika kehidupan yang tak selamanya mulus. Jalan tol aja bisa macet, apalagi jalan kehidupan... wkwwkw...

Orang Kristen harus berbuah di setiap musimnya, tak peduli dirinya lagi ditempatkan di tepi air atau di gurun. Tadi tuh aku terlambat sekitar 10 menit karena sepertinya aku harus 'bertemu' dengan pengkhotbah kehidupan, tetapi aku teringat pada pria berbaju putih yang dulu itu sehingga aku hanya berkata: "Jangan sampai aku menjadi gerbang sampah seperti dia."

Ketika melihat seorang pria akan masuk ke dalam bemo, tiba-tiba aku was-was karena dia tampak berbeda. Penampilannya yang mengenakan baju bertopi dan gerak geriknya yang seperti berusaha menutupi sesuatu membuatku teringat film 'I Know what You Did Last Summer' yang pernah kutonton bertahun-tahun silam. Seringkali film-film tidak baik memberikan peran antagonis kepada pria seperti itu.

Mazmur 56:4 Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu;

Eh, dia malah memilih duduk di pojokan yang berada tepat di depanku. Dia tampak berusaha menutupi kepala dan wajahnya dengan baju bertopinya. Sementara itu, dia juga membawa topi lain yang diletakkan di kursi. Aku pun bertanya-tanya: "Apa yang ingin dia sembunyikan? Dia ingin bersembunyi dari siapa?"

Lantas dia membuka tasnya dan mengeluarkan lem G. Karena penasaran, aku memperhatikan lemnya karena ingin tahu dia ngapain dengan lem itu. Ternyata dia hanya memandanginya. Mungkin dia ingin melihat isinya masih ada seberapa. Kulihat masih banyak.

Menurut tebakanku, dia akan turun di Joyoboyo jadi aku berharap ada penumpang lain yang menemaniku sampai selama itu. Sekalipun aku ingatkan diriku bahwa roh yang ada di dalam diriku lebih besar daripada roh dunia, tetap saja aku membutuhkan penumpang lain untuk memberi rasa aman.

Hehehe... terkabul deh. Bemonya nyaris penuh sesak. Dia sudah menyimpan lemnya dan kuingatkan dia untuk mengambil topinya karena ada penumpang lain yang akan duduk di sampingnya. Dia pun berterimakasih sambil tersenyum.

Saat itulah aku menyadari bahwa gigi atasnya sudah tidak utuh lagi. Oh... Mungkin dia kurang percaya diri karena giginya itu sehingga terkesan berusaha menutupi wajah dan kepalanya dengan baju bertopi abu-abu.

Nah, semula aku melihat ke jalanan yang ada di belakang bemo karena tak pantas donk jika terus melihat ke arahnya. Namun, tiba-tiba ada anak kecil yang agak merengek. Jadi, aku menoleh ke arah anak kecil itu dan melihatnya.

Tiba-tiba pria tadi berkata ke arahku: "Jangan melihat yang tak perlu dilihat." Seketika aku melihat ke arahnya lalu dia menjelaskan bahwa dia pernah membaca hal itu di HPnya sekitar sebulan lalu. Hal itu ditulis oleh orang medis atau kesehatan dan juga orang yang paham akan hal itu. Lantas aku mendengarkan dia.

Dia berkata: "Jangan melihat hal yang tidak penting. Hal yang sama berlaku untuk telinga. Jangan mendengar hal yang tidak penting. Ini masukan buat kita karena seringkali kita ingin melihat sebuah gambar yang bagus, tetapi tidak penting. Mungkin di belakang kita tiba-tiba ada yang mengatakan bahwa itu cuma gambar dan dia bisa menggambarnya sendiri."

Tetap di Tempat

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.