Catatan Ibadah ke-1 Minggu 04 Maret 2018
Pagi ini kuberdiri tak jauh dari terminal menunggu bemo hitam yang tak jua lewat. Sekitar 15 menit kemudian tiba-tiba seorang pria berbaju putih dan bermuka masam berdiri di sebelah kananku seraya berkata: "Sopir bemo itu kurang ajar. Masa belum juga lewat padahal biasanya jejer-jejer di sana itu." Hah?!? Bapak ini siapa ya? Kok tiba-tiba muncul dan marah-marah di depanku? Namun, kelihatannya kami senasib nich.
Aku : "Mau kemana pak?"
Bapak : "Mau ke gereja."
Aku : "Biasanya jam setengah delapan baru lewat." (Maksud hati sich jam setengah tujuh tetapi kalau kuingat-ingat lagi jawaban bapak itu, sepertinya aku sempat keseleo lidah... wkwwkw...)
Bapak : "Ya terlambat. Ibadahnya jam tujuh."
Aku : "Gerejanya dimana pak?"
Bapak : "Di SIBEC."
Aku : "Sama. Mungkin hanya terlambat 5 menit saat pujian dimulai."
Bapak : "Ibadah jam delapan?"
Aku : "Jam sembilan. Eh bukan, jam tujuh."
Bapak : "Kalau jam tujuh, ya terlambat. Ojek berapa ya?"
Aku : "Saya kurang tahu pak." (Ah... maunya mengecek tarif di ponsel tetapi melihat wajahnya yang tampak masam aku jadi takut karena ponselku terbilang tidak cepat. Maklum RAM-nya kecil. Kalau dia tidak sabaran lalu menarik ponselku bagaimana donk? Hehehe... begini nich kalau sedang takut, jadinya mikir yang bukan-bukan.)
Bapak : "Apa bisa naik bemo jurusan lain? Bukankah hanya ada satu bemo yang lewat sana?"
Aku : "Iya, hanya satu pak. Bapak di gereja Mawar Sharon?"
Bapak : "Iya."
Aku : (Wah... saudara seimanku kok seperti ini ya? Mau ke gereja kok marah-marah dulu?)"Sama pak. Minggu lalu juga selama ini. Sekitar jam setengah 7 baru lewat sehingga saya sampai di gereja sekitar jam 7 lebih 5 saat pujian sudah dimulai."
Eh, tiba-tiba tanpa pamit dia langsung menyeberang jalanan yang ramai dan mendatangi bemo hijau jurusan lain untuk menanyakan sesuatu. Lalu dia langsung naik bemo itu tanpa melihat ke arahku padahal dia mengetahui bahwa tujuan kami sama. Ya ampun. Ke gereja sich penting tetapi kendalikan emosi tuh sama pentingnya. Kok bisa-bisanya sich dia membuang perkataan sampah di depanku lalu pergi begitu saja. Emangnya aku tong sampah? Pagi-pagi kok dikasih sampah sich.
Was-was dech berurusan dengan orang pemarah sehingga aku juga enggan menyusulnya di bemo hijau. Daripada sebemo dengannya lalu menerima perkataan sampahnya lagi, lebih baik kutunggu bemo hitam. Aku tidak mau menerima sampahnya lagi. Minggu depan saja kucoba bemo hijau itu jika bemo hitam tak terlihat karena siapa tahu bemo hijau tersebut juga bisa membawaku ke SIBEC meskipun rutenya berbeda. Nanti akan kuuji sendiri bemo mana yang lebih cepat: hitam atau hijau.
Daripada marah-marah seperti bapak itu, aku sich menunggu bemo sambil berdoa: "Tuhan, bemonya kok lama ya? Bemonya dimana? Kok tidak datang-datang? Jika sampai setengah tujuh tidak lewat, aku terpaksa naik ojek online (yang tarifnya pasti lebih tinggi daripada tarif bemo)." Namun, bemo hitam pun lewat jam setengah tujuh. Alhasil, aku pun terlambat lagi sekitar 10 menit. Di dalam lift kulihat ada seorang wanita dengan seragam ‘Prayer’. Kelihatannya dia juga terlambat tetapi dia tampak tenang (tidak masam seperti bapak tadi) padahal setahuku jika petugas service management datang terlambat, dia akan dilarang bertugas di ibadah. Oh, mungkin jam tugas ‘prayer’ beda dengan jam tugas service management sehingga dia tetap tenang karena belum terlambat. Mungkin juga dia tenang karena dia rajin berdoa. ^_^
Kumasuki ruang ibadah saat terdengar lagu 'Kau ubah hidupku jadi baru...’ Setelah menemukan tempat duduk, aku pun mencari-cari bapak berbaju putih tadi karena tiba-tiba aku penasaran. Apakah wajahnya langsung menjadi baru setiba di gereja? Apakah wajahnya sudah secerah mentari dan seindah pelangi? Apakah dia turut memuji dan menyembah Tuhan dengan antusias sehingga tak mau datang terlambat sedikit pun? Namun, dia tak terlihat.
Mungkinkah dia ada tugas pelayanan di gereja sehingga panik saat ada kemungkinan terlambat? Namun, kelihatannya bapak ini hanya ingin mengikuti ibadah karena dia berulangkali mengatakan ibadahnya jam tujuh. Lalu kenapa ya dia harus marah-marah hanya karena takut terlambat? Memang sich kita harus disiplin tetapi jika sesuatu terjadi di luar kendali kita, haruskah marah-marah? Fiuh... aku ya tidak mau menjadi tong sampah yang menampung sampahnya. Jika tak sengaja menerima sampah, untuk memasuki gerbang Sampah (hidup suci atau kudus), tong sampah pun harus segera dikosongkan dari segala jenis sampah.
KAU T'LAH UBAH - GMS Live
Verse 1: Kemurahan-Mu tiada terukur.
Dalamnya kasih-Mu menjamah hatiku. Kau t'lah angkat hidupku dan tebus dosaku.
Verse 2: Betapa berharga diriku di
hati-Mu. Tak terbayang Kau mati ganti dosaku. Kau t'lah angkat hidupku dan
tebus dosaku.
Chorus: Kau t'lah ubah hidupku jadi baru. Tiada kata terlukiskan 'tuk
ungkapkan syukurku. Kau t'lah ubah hidupku jadi indah. Kini ku hidup hanya
untuk memuliakan-Mu.
Bridge: T'lah kutemukan kasih, kasih
setia di dalam-Mu Tuhan. Kau t'lah ubahkan s'luruh hidupku. Kini kumau b'ri
yang terbaik bagi-Mu. Ooo..
0 komentar:
Post a Comment