Sunday, May 15, 2022

Tetap di Tempat

Pohon di Tempat Kering
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 15 Mei 2022

Ceritanya pun berlanjut: "Mungkin kita di dalam rumah lalu dengar suara ledakan, seperti mercon atau ledakan pesawat, kita langsung kaget dan pegang dada. Maunya tidak dengar, tetapi sudah dengar. Jadi, itu seperti masukan buat kita ya... Hal-hal penting itu seperti melihat jam yang biasa diletakkan di ruang tamu atau kalau nanya jam ke orang lain di jalan karena kita tidak memakai jam."

Lalu dia bertanya aku akan pergi bekerja atau kuliah dan kujawab tidak keduanya. Lalu dia bertanya lagi: "Kerjaku dimana? Aku tinggal dengan siapa? Mau kemana?" Hehehe... karena aku introvert dan masih was-was terhadap orang asing, ya kujawab singkat bahwa aku kerja di Trosobo dan tinggal dengan ortu dan saudara lalu aku mau pergi ke rumah teman. Namun, tidak kujelaskan bahwa teman yang kumaksud adalah Yesus dan rumah-Nya disebut gereja...^.^

Nah, agar dia tidak bertanya lebih lanjut, aku segera bertanya tentangnya: "Bapak mau turun dimana? Tinggal dengan siapa?" Ternyata benar lho. Dia turun tak jauh dari terminal Joyoboyo karena rumahnya di dekat terminal. Lalu dia bercerita tentang saudara-saudaranya beserta perumahan pilihan mereka dan pekerjaannya sebagai pelukis di Royal.

Tanyaku: "Belajar melukis dimana?" Dia pun menjelaskan bahwa dia biasa dipanggil Edu dan dia diajari pak David secara otodidak. Pak David sempat kursus atau sekolah melukis dan memang ada bakat. Kataku: "Dia juga pasti suka melukis. Kalau tidak suka, tak mungkin dia bertahan karena pasti ada yang komplain lukisannya. Kalau dia tidak suka melukis, pasti berhenti ketika dikomplain."

Dia pun menyetujui hal itu karena sebelumnya dia pun memberitahuku bahwa order yang diterima pak David tak selalu mencapai target. Dia juga menjelaskan bahwa aku bisa menemui pak David di pusat seni Royal Plaza lantai 3. Orangnya mudah dikenali karena dia bertubuh tinggi besar, campuran Jawa dan Cina. Di sana juga ada pelukis lain bernama pak Yasik. Pak Edu juga mengaguminya karena pak Yasik bisa melukis hutan yang terlihat amat hidup.

Bahkan, pak Edu juga menjelaskan mahalnya harga satu tube cat untuk memenuhi permintaan pemesan lukisan. Hehehe... dia bercerita panjang lebar sehingga pelan-pelan rasa was-wasku sirna. Ketika para penumpang lain sudah turun dan hanya menyisakan kami berdua, selama sekitar 5 menit aku tetap mendengarkan ceritanya.

Ketika dia turun, topinya pun nyaris tertinggal. Aku pun segera memanggilnya dan menyerahkan topi itu kepadanya. Ah... aku harus angkat topi kepadanya. Isi kepalanya mencerminkan bahwa dia seperti orang terpelajar. Sekalipun tampak kurang percaya diri karena giginya, ternyata dia ekstrovert lho.

Jangan menilai buku dari sampulnya. Jika sudah terlanjur menilai sampulnya, coba baca isinya pula. Mungkin saja ada keajaiban di dalamnya. ~

Tadinya aku sudah berencana pindah tempat duduk menjauh darinya kalau penumpang lain sudah turun semua, tetapi akhirnya aku tetap di tempat untuk mendengarkan ceritanya dari awal sampai akhir… hehehe...

MENANG ~ GMS Live
Kuhidup bukan karena melihat. Namun karena iman kepada-Mu Tuhan yang setia, yang selalu menjaga.
Pre-Chorus: Kau berkata: "Jangan takut, Percaya saja."
Chorus: Tak akan kugentar dan bimbang s'bab Kau yang selalu menopang. Dalam badai imanku 'kan teguh percaya. Dalam segala kesesakan Kau yang akan s'lalu menolong, Memegangku dengan Tangan kanan-Mu yang beriku menang.
Bridge: (beriku menang) Kau yang jadikanku lebih dari pemenang. Kau yang jadikanku lebih dari pemenang. Kau yang jadikanku lebih dari pemenang.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.