Sunday, May 29, 2022

Lelah Bekerja

Keluarga Lemah vs. Teguh (3)
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 29 Mei 2022

KASIH
Kasih pasti lemah lembut. Kasih pasti memaafkan. Kasih pasti murah hati. Kasih-Mu kasih-Mu Tuhan.
Ajarilah kami ini saling mengasihi. Ajarilah kami ini saling mengampuni. Ajarilah kami ini kasih-Mu ya Tuhan. Kasih-Mu kudus tiada batasnya.

Hmmmm... lagunya mengantarku kembali ke masa-masa di asrama. Di sana tiap Sabtu sore suster selalu memutar lagu tersebut menjelang makan malam atau setelah menyantap snack sore yang berupa es dawet atau rujak manis. Kala itu ada ratusan anak menghabiskan waktu dengan caranya masing-masing. Ada yang mengerjakan PR di tangga, ada yang menonton film di televisi, ada yang bermain, ada yang berbincang sambil ngemil, dan lain-lain.

Nah, itulah masa-masa awal belajar kasih dan rasanya seumur hidup tidak akan lulus. Ya, pelajaran kasih pasti diulang-ulang terus karena pelajarannya memang seumur hidup, terlebih lagi jika kita sering dipertemukan dengan orang yang berbeda-beda. Ini sebabnya kita perlu belajar Mengelola Kasih.

Kasih merupakan seni yang abstrak, tidak ada benar dan salah. Namun, mengasihi orang yang berbeda seringkali menyusahkan diri. Maka, tidak heran jika ada yang berkata: "lebih baik single forever seperti Batman forever daripada salah menikah." wkwkww... Kenapa tidak single forever seperti Yesus saja ya...?

Pada umumnya, sesama pria bisa saling memahami dan sesama wanita juga bisa saling memahami. Jadi, sesama anak asrama putri masih bisa meminimalkan konflik dengan sesama teman di asrama karena semuanya putri.

Namun, ketika tiba di sekolah dan bertemu lawan jenis, anak asrama putri biasa ribut dengan anak asrama putra karena prestasi kami selalu dibanding-bandingkan oleh beberapa guru dan tentu saja kami sama-sama tidak terima sekalipun kami menerima kesetaraan gender. Alhasil, beberapa anak asrama putra selalu mencari kekurangan anak asrama putri dan begitupun sebaliknya.

Ya, ketika masih anak-anak, mungkin kita belajar terlihat baik dengan membuat anak lain terlihat buruk. Namun, ketika beranjak dewasa, seharusnya kita menyadari bahwa kita bisa menjadi baik tanpa menjatuhkan yang lain. Kita hanya perlu berusaha menjadi lebih baik dari diri kita kemarin.

Sayangnya, beberapa orang tak pernah dewasa. Ada bos yang suka menunjukkan kebodohan orang lain agar dirinya terlihat pintar. Beberapa hari lalu seorang wanita dari perusahaan lain memberitahuku bahwa ada pria yang mau mengundurkan diri. Tak lama berselang bosnya ke sana untuk menemuinya.

Mungkin dia mau negosiasi gaji atau fasilitas, tetapi tampaknya dia gagal karena sepulang dari sana si bos malah menceritakan kekurangan karyawan tersebut hingga memberi kesan bahwa karyawan itu dikeluarkan olehnya dan bukan keluar atas kemauannya sendiri. Padahal, sudah sewajarnya jika karyawan itu resign karena tujuan hidupnya tidak tercapai.

Sebenarnya pria itu kembali ke Indonesia setelah sekian tahun kerja di luar negeri karena dia ingin mencari jodoh di Indonesia. Lha apesnya dia ketemu bos yang gila kerja dan kurang empati. Ketika hari libur atau di luar jam kerja, karyawan itu harus tetap mengurus pekerjaan. Nah, bagaimana dia bisa jalan-jalan cari jodoh kalau sebagian besar waktunya dihabiskan di tempat kerja?

Wanita tadi juga menjelaskan bahwa dia pernah mengalami hal itu. Tiap hari dia bekerja sampai mudah emosi. Ketika dia menemukan bos baru yang bisa berempati, ortunya pun berkata kepadanya: "Sekarang kamu bisa punya waktu untuk ngobrol dengan kami padahal dulu kamu mudah marah kalau kami ajak bicara."

Wanita itu pun berkata: "Sekarang bosku baik, tidak suka marah, tidak suka menghina, dan menghargai waktu pribadiku di luar jam kerja sehingga aku bisa punya pacar. Dulu aku harus selalu bekerja, termasuk pada hari libur sehingga tidak ada waktu untuk pacaran." Nah, tahun depan wanita itu pun siap melangsungkan pernikahannya. Jadi, tidak salah donk jika pria tadi resign seperti wanita ini.

Kita tidak bisa menyenangkan setiap orang karena manusia serba terbatas. Selama hidup sebagai manusia, Yesus juga tidak menyembuhkan setiap orang. Ada yang tidak disembuhkan oleh Yesus tetapi disembuhkan oleh Petrus. Tuhan telah menentukan setiap orang memiliki bagiannya sendiri. Masing-masing ada tahapan atau prosesnya.

Kelolalah kasih dengan bijak. Ada saatnya berkata ya dan ada saatnya berkata tidak. Ketika kita mengiyakan yang satu, kita bisa mengecewakan yang lain. Jadi, prioritaskan yang paling dekat dengan kita. Kasih dimulai dari dalam ke luar.

KASIH
Kasih itu sabar, murah hati, lemah lembut, tak cemburu. Kasih itu memberi sukacita di hati.
Kasih itu mengerti, s`lalu memberi, tiada mencari lemahnya diri. Kasih itu memberi sukacita di hati.
Reff: Begitu banyaknya cerita tentang kasih-Nya yang sempurna. Marilah kita memberi dunia teladan Kristus di dalam kita.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.