Saturday, March 12, 2022

Rebutlah!

Dengan sedih seorang wanita berkata: "Tuhan, salah satu berkatku sudah diambil orang." Namun, dia tidak mau terlarut dengan kesedihannya. Dia pun memutuskan untuk membawa korban pujian lalu membaca Alkitab.

Ketika dia akan membaca kitab Yosua, tiba-tiba dia mendengar sebuah suara bapa melompat di hatinya, seperti rhema: "Rebutlah! Tapi, dengan cara Tuhan." Nah, bagaimana jika kamu ada di posisinya? Kujawab: "ya Tuhan", kujawab: "ya Tuhan", kujawab: "ya.. ya.. ya.." Seperti ini?

Alih-alih menjawab begitu, wanita itu berkata: "Tidak mungkin lha. Bagaimana mungkin aku merebutnya? Kabarnya dulu orang Israel merebut tanah Kanaan karena penduduknya amat sangat jahat." Namun, itu Perjanjian Lama.

Ketika dalam kebingungan, wanita itu melihat video saat teduh untuk mendapat pencerahan. Eh, bukannya semakin cerah, dia malah semakin bingung karena dikatakan bahwa "Berkat yang kau sangka hilang ternyata masih ada... Kasih karunia akan mendewasakannya..." Lalu dibacakan pula Yesaya 49 dan ada kata direbut pula.

Yesaya 49:24 Dapatkah direbut kembali jarahan dari pahlawan atau dapatkah lolos tawanan orang gagah?

Lho?!?!?!? Kok gitu? Maksudnya apa ya? Berkat Daud juga pernah diambil musuh di Ziklag lalu Daud merebutnya. Bagaimana mungkin merebutnya? Bagaimana cara merebutnya? Lalu ada ayat lain yang merhema di hatinya.

Rut 3:18 "Duduk sajalah menanti, anakku, sampai engkau mengetahui, bagaimana kesudahan perkara itu; sebab orang itu tidak akan berhenti, sebelum diselesaikannya perkara itu pada hari ini juga."

Tapi, itu seperti belum menjawab pertanyaan karena jawabannya tetap saja harus dinanti. Lagipula itu pun dari Perjanjian Lama juga. Bukankah Perjanjian Baru berbeda? Bukankah di dalam Perjanjian Baru tidak ada perebutan berkat?

Matius 5:38-39 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

Di dalam Perjanjian Lama memang mata ganti mata, gigi ganti gigi. Namun, di dalam Perjanjian Baru ada perintah baru, yaitu mengasihi dan memberkati setiap orang, termasuk orang jahat. Andaikata kita belum rela memberkati orang jahat, bukankah minimal kita tidak merebut berkatnya?

Jika kita merebut berkatnya, apa bedanya kita dengan si jahat? Bukankah suatu niat baik juga harus dilakukan dengan cara yang baik pula? Selain itu, semua hanya pinjaman, semua hanya titipan, seperti kata Ayub: "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil. Terpujilah Tuhan." Jadi, untuk apa menggenggam berkat terlalu erat?

Lagipula apa benar itu suara Tuhan? Sekalipun suara itu sebut-sebut pakai cara Tuhan, kok perintah-Nya seperti tidak sesuai dengan karakter Kasih yang menjadi inti Perjanjian Baru?

Oh, mungkin saja saat itu setan lewat untuk mengganggu pembacaan Alkitab. Karena setan mengetahui bahwa inti kitab Yosua adalah merebut tanah Kanaan sesuai cara Tuhan, dia pun berkata: "Rebutlah! Tapi, pakai cara Tuhan."

Hal seperti itu mungkin pernah kita alami pula ketika sedang membaca buku atau menonton film lalu tiba-tiba ada teman atau saudara lewat. Karena mereka sudah terlebih dahulu membaca buku atau menonton film yang sedang kita lihat, mereka pun iseng menyebutkan inti ceritanya atau beberapa perkataan dalam cerita itu.

"Saya suka.. saya suka.." atau "Betul.. betul.. betul.." (Upin dan Ipin)
"Katakan peta!" (Dora the Explorer)
"Baling-baling bambu" (Doraemon)
"Wingardium Leviosa" (Harry Potter)
Kalau belum pernah membaca atau menonton filmnya, biasanya kita akan langsung berkata: "Apaan sih?"

Namun, ketika mereka mau menjelaskan jalan ceritanya, kita akan segera berkata: "Stop! Stop! Jangan cerita! Aku mau membaca atau menontonnya sendiri." Jadi, tak mungkin lha di masa kini Tuhan berkata: "Rebutlah!" Jika Tuhan berkata: "Kasihi!", ini baru masuk akal deh... hehehe...

Namun, akhirnya wanita itu berdoa: "Jangan Tuhan. Jangan balas dia. Berkatnya jangan direbut. Kasihan dia. Biarkan dia merasakan Kasih lewat berkat itu agar nantinya dia pun bisa mengasihi sesama." Nah, bagaimana karakter Kasih sejati? Dengarkan saja lagu di bawah ini ya...^.^

KASIH ~ Jason
Kasih itu sabar, murah hati, lemah lembut, tak cemburu. Kasih itu memberi sukacita di hati.
Kasih itu mengerti, s`lalu memberi, tiada mencari lemahnya diri. Kasih itu memberi sukacita di hati.
Reff : Begitu banyaknya cerita tentang kasih-Nya yang sempurna. Marilah kita memberi dunia teladan Kristus di dalam kita.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.