Sunday, June 20, 2021

The Nobles ~ Ps. Arman Harijanto

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 20 Juni 2021

Yesaya 32:1-2 Sesungguhnya, seorang raja akan memerintah menurut kebenaran, dan pemimpin-pemimpin akan memimpin menurut keadilan, dan mereka masing-masing akan seperti tempat perteduhan terhadap angin dan tempat perlindungan terhadap angin ribut, seperti aliran-aliran air di tempat kering, seperti naungan batu yang besar, di tanah yang tandus.

Seharusnya seorang pemimpin berfungsi sebagai payung yang memberikan rasa aman. Ayah juga seorang pemimpin dalam keluarga. Sayangnya, hasil survei menunjukkan bahwa kebanyakan ayah di Indonesia cenderung kuat dalam ketegasan dan kurang dalam kelemahlembutan. Maka, mereka cenderung tidak mau memberikan apresiasi atas keberhasilan anaknya. Kalau mereka bersalah, dijatuhkan pula.

Yesaya 32:8 Tetapi orang yang berbudi luhur merancang hal-hal yang luhur, dan ia selalu bertindak demikian.

Yesaya 32:1-8 THE NOBLE But the noble make noble plan, and by noble deeds they stand (verse 8 NIV)

Keep in Mind what makes you a great leader: heart, head, hand. Agar dapat menjadi pemimpin yang hebat, perhatikan pikiranmu. Hal-hal yang ada di pikiranmu terkait dengan hati, kepala, dan tangan. Dengan kata lain, pikiranmu terkait motivasi, motif, dan motion (gerakan). Jika hati belum beres atau masih ada lubang di hati karena kepahitan, kita tidak akan pernah bisa menjadi pemimpin yang hebat. Lubang atau luka hati itu akan menggerogoti kepemimpinan kita.

1 Samuel 18:8 Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: "Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itu pun jatuh kepadanya."

Saul marah ketika mendengar rakyat memuji-muji Daud. Lantas dia berpikir bahwa kedudukan raja akan jatuh kepada Daud. Sekalipun memang ditentukan demikian, tetapi Daud tidak berupaya merebut kedudukannya. Ini hanya pikiran salah yang menjerumuskan Saul ke dalam asumsi yang salah.

Kegagalan Saul sebagai pemimpin tidak disebabkan oleh Daud. Kegagalannya sebagai pemimpin disebabkan oleh pikirannya yang salah. Dia lebih peduli perkataan orang daripada perkataan Tuhan sehingga dia tidak menumpas habis orang Amalek. Dia lebih memilih popularitas. Lantas dia mencari alasan untuk membenarkan perbuatannya dengan mempersembahkan korban padahal mendengarkan Tuhan lebih baik daripada memberi korban. Seorang pemimpin harus terus belajar. Hal ini baru bisa dilakukan jika mau mendengarkan. Maka, untuk menjadi pemimpin yang baik, kita harus banyak mendengarkan. Samuel pun marah kepada Saul karena tidak mau mendengarkan.

Kejadian 4:5 tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.

Emotional Problem: jealous, disappoinment --> anger --> murder. Inilah rentetan emosi yang membuat Saul berupaya membunuh Daud. Emosi yang sama juga dirasakan Kain. Dalam bahasa aslinya kata 'sangat panas' di dalam ayat tersebut sama persis dengan kata 'marah' yang dirasakan Saul. Semua bermula dari rasa iri hati atau kekecewaan yang memicu kemarahan. Lantas timbullah keinginan untuk membunuh.

Persembahan Kain tidak diindahkan oleh Tuhan karena dia tidak memberikan sepenuh hati. Sebaliknya, persembahan Habel diterima. Hal ini memicu amarahnya. Lalu Tuhan memperingatkan dia: "Dosa sedang mencakar pintumu". Sin is crouching at your door. (NIV) Tentu saja yang dimaksudkan adalah pintu hati.

Kejadian 4:7 Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."

Problem emosi akan selalu menggerogoti kepemimpinanmu. Kegagalan mengelola emosi akan membuatmu gagal menjadi pemimpin. Konsekuensinya adalah: tidak memiliki rasa aman, seperti seorang napi yang kabur dari penjara.

Kejadian 4:12 Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi."

Roma 7:15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.