Sunday, March 7, 2021

Teladan dalam Memberi

Budak Uang
Catatan Ibadah Online Minggu 07 Maret 2021

Q: "Hai kawan, kamu kok terlihat lebih galau setelah menikah?"
A: "Pernikahan tuh memang selalu ada masalahnya. Tapi, kalau tidak menikah, ntar tua kamu ikut siapa?"
Q: "Ikut Tuhan lha... masa ikut kamu?"
A&Q: "Hahaha..."
Q: "Lagipula punya pasangan tuh bukan jaminan hari tua. Aku lihat orang yang kesepian dan selalu kekurangan di hari tua sekalipun dia punya banyak anak, banyak cucu, dan banyak cicit. Sebaliknya, ada yang tidak kesepian dan tidak kekurangan sekalipun tidak menikah sampai tua."

A: "Pernikahan tuh memang beda-beda masalahnya karena penyatuan dua keluarga. Ini masalahku dengan mertua. Mereka tuh terus menerus meminta uang kepada suamiku."
Q: "Bagus toh. Itu berarti suamimu murah hati dan berbakti kepada orang tua."

1 Timotius 5:8 Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.

A: "Tidak bisa begitu juga. Dia sudah menikah denganku. Seharusnya dia juga memikirkan aku. Lagipula dia punya banyak saudara. Mengapa saudara-saudaranya yang lain tidak turut membantu? Mengapa semua kebutuhan mertua dibebankan ke suamiku?"
Q: "Kisahmu ini mirip sepasang pasutri yang kukenal. Si suami juga selalu memberi orang tuanya karena saudara-saudara lainnya yang banyak itu tak pernah mau memberi. Saudara-saudaranya selalu merasa kekurangan hingga tak pernah memberi orang tua. Isterinya pun mirip denganmu. Dia tidak suka jika suaminya terus menerus memberi ortunya. Jadi, suami terpaksa memberi secara diam-diam tanpa sepengetahuan isterinya. Nah, kalau kamu terus menerus melarang suamimu memberi ortu, bisa-bisa dia pun memberi secara diam-diam, tanpa setahu dirimu."
A: "Nggak bisa begitu juga. Suami itu harus terbuka kepada isterinya."

Q: "Masalahnya isteri orang itu super pelit. Jangankan memberi orang lain, memberi dirinya sendiri aja tak bisa. Dia sampai lebih suka mengumpulkan tali-tali bekas di pasar daripada membeli sendiri. Dia juga pernah tertangkap basah mencuri pakaian di supermarket hingga suami harus membayar baju itu plus dendanya agar dia tidak ditahan polisi."

Q: "Suami sampai berkata kepada isterinya bahwa uang mereka tidak akan habis sekalipun dihambur-hamburkan. Namun, tetap saja si isteri tidak mau menggunakan uangnya selain untuk bisnis. Maka, untuk menyenangkan isterinya, keponakan pun sampai diminta mentraktir dia dan isterinya dengan uang pasutri itu sendiri karena si isteri tidak akan rela makan enak di restoran jika mengetahui bahwa uang yang dibuat membayar tagihan restoran tersebut adalah hasil keringatnya sendiri."

A: "Ya, itu sich emang terlalu berlebihan. Aku tidak sampai seperti itu ya. Aku cuma ingin saudara-saudara suamiku ikut bertanggung jawab terhadap orang tuanya sehingga tidak 100% meminta pada suamiku."

Q: "Oh, itu membutuhkan waktu lama. Dulu adik-adikku juga egois begitu. Dulu aku sendiri yang selalu memberi orang tuaku. Ketika papaku sakit, aku sendiri yang mengeluarkan uang dan aku sendiri yang gantian menjaganya di rumah sakit dengan mama. Hal yang sama terjadi ketika mamaku sakit. Namun, aku tetap memberi dan memberi hingga akhirnya mereka sadar bertahun-tahun kemudian."
A: "Tidak bisa begitu. Itu harus ditegur."
Q: "Ya, itu pasti. Dulu aku pernah menegur mereka sehingga sempat ribut pula dengan mereka. Tuhan pun turut menegur mereka melalui beberapa peristiwa yang tidak enak. Lambat laun mereka pun tersadar. Namun, ini membutuhkan waktu lama. Prosesnya tidak instan."

Matius 10:34 "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.

Hehehe... selamat menikmati prosesnya karena orang Kristen bukanlah manusia instan, melainkan manusia intan yang akan berkilau setelah melewati serangkaian proses pengasahan.

Amsal 27:17 Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.

Mimpi Memberi

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.