Sunday, March 28, 2021

Sewaktu Putus Asa

Kambing Domba
Catatan Ibadah Online Minggu 28 Maret 2021

Selain berdoa, ada cara lain untuk mengetahui isi hati orang, yaitu dengan berbicara dari hati ke hati, tanpa arogansi, dan tanpa asumsi kebenaran pribadi. Entah mengapa sejak kecil aku sering membuat pilihan-pilihan yang terbilang tak lazim, terutama ketika banyak orang berkata: "Jangan berteman dengan dia karena dia begini dan begitu." Masa sich? Tiap kali mendengar hal semacam ini aku tuh selalu merasa tertantang untuk melakukan hal sebaliknya.

Matius 18:12 "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?

Sewaktu kecil ketika kulihat ada teman yang dikucilkan, aku justru tertarik untuk menemaninya. Sekalipun aku berpotensi kehilangan 99 teman demi menemani seorang teman yang tersisih, rasanya aku tak peduli dengan hal itu. Untunglah beberapa temanku juga tidak mempermasalahkan hal itu. Hanya saja mereka memang tidak mau bergabung denganku ketika aku menemani teman yang dikucilkan.

Namun, ketika beranjak dewasa, aku mulai menyadari bahwa tidak semua teman yang dikucilkan tuh bisa kutemani. Ada teman yang dikucilkan karena memang cuma mikirin dirinya sendiri. Oh, rasanya belum sanggup dech berteman lama-lama dengan orang semacam ini. Yach, setidaknya aku sudah pernah mencoba... hahaha...

Pada akhirnya aku pun turut menjaga jarak darinya lalu teman-temanku berkata: "Kamu kan sudah kuberitahu kalau dia tidak akan berubah." Jawabku: "Iya sich tapi awalnya aku ini kasihan sama dia karena dia tidak punya teman. Lha siapa sangka jika dia tuh egois buanget." Lantas temanku berkata: "Orang kayak gitu tuh emang nggak isa dikasihani. Dia tidak perlu teman. Dulu aku juga kasihan sama dia tapi malah dimanfaatin." Rempong...

Nah, dari kejadian-kejadian tersebut akhirnya aku menyimpulkan bahwa tidak semua orang kesepian perlu ditemani. Andai tipe yang pertama dibiarkan tetap menyendiri, mungkin dia bisa mati bunuh diri karena dia begitu sedih dan putus asa. Namun, tipe yang kedua tidak akan bunuh diri sekalipun dikucilkan karena sebenarnya dia tuh tahu persis bagaimana memanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuannya. Parah... Semoga saja kita dijauhkan dari teman-teman tipe kedua ini ya...

Meskipun demikian, aku tetap saja membuat pilihan dengan cara yang sama. Ketika melihat pertikaian antara dua kubu dan aku tak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah, aku tuh cenderung mendukung mereka yang terlihat lebih lemah di mata dunia. Sekalipun yang tampak lebih lemah belum tentu lebih benar, aku sich tidak ambil pusing. Aku tetap yakin bahwa kubu yang lebih lemah harus lebih didukung daripada kubu yang kuat agar tak seorang pun binasa. Bagaimanapun juga mereka yang kuat pasti mampu bertahan dari kerasnya dunia, tetapi yang lemah belum tentu bisa bertahan tanpa adanya dukungan. Betul tidak? Ah, biarlah waktu yang menjawabnya.

KUBERSYUKUR BAPA
Banyak yang Kau perbuat di dalam hidupku. Rancangan indah-Mu terjadi di hidupku. Bapa yang mengerti segala yang kuperlu. Kasih-Mu sempurna nyata dalam hidupku.
Chorus: Kubersyukur Bapa. Kubersyukur Tuhan buat kasih setia-Mu di dalam hidupku. Kubersyukur Tuhan.
Bridge: Tak ada lembah kelam yang tak kulewati tanpa hadir-Mu. Hatiku tak 'kan gentar s’bab kutahu tangan-Mu yang menopangku.

Kaulah Yesus. Kaulah Tuhan. Hanya Kau kupercaya. Kaulah Yesus. Kaulah Tuhan harapan hidupku.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.