Sunday, March 28, 2021

Kambing Domba

Upah dari Tuhan
Catatan Ibadah Online Minggu 28 Maret 2021

Di sebuah padang rumput hiduplah sekawanan kambing domba yang dijaga oleh seekor anjing gembala garang. Karena kegarangannya, anjing ini dikenal sebagai Herder. Sebagai pengawas, Herder ini pun selalu subyektif dan pilih kasih. Dia akan bersikap baik kepada kambing domba yang menyenangkan hatinya. Begitu pula sebaliknya. Dia berkata: "Kalau mau dibaiki, kalian tunjukkan kebaikan kalian dulu." Hmm... jelaslah sudah kondisi mental anjing gembala itu. Sekalipun dia dipercaya sebagai kepala kambing domba, terlihat jelas bahwa dia tidak bermental kepala, tetapi bermental ekor. Seorang kepala seharusnya memberi teladan terlebih dahulu agar yang lain bisa mengekor. Bukan sebaliknya toh.

Namun, kalau dia minta yang lain baik duluan agar dia bisa mengikutinya, ini berarti bahwa dia ingin menjadi ekor. Sayangnya, andaikata Gembala Agung benar-benar menempatkannya menjadi ekor, kemungkinan besar dia juga akan marah-marah dan kecewa kepada-Nya. Jadi, maunya apa ya? Ah, biarkanlah dia memikirkannya sendiri.

Suatu hari Herder pun mencoba mengadu domba beberapa domba. Dia berkata kepada domba A dan domba B: "Aku memberikan bonus kepada domba E karena dia bekerja dengan baik. Jika kalian ingin mendapat bonus seperti domba E, kalian juga harus bekerja sebaik domba E." Hahaha... untunglah domba A tidak dipersiapkan sebagai domba aduan sehingga dia tidak terprovokasi dengan perkataan Herder yang subyektif.

Domba A malah berkata kepada domba B: "Herder pikir bahwa dia memiliki semua sumur di dunia padahal dia hanya dipercaya mengelola sebuah sumur. Gembala Agung tuh masih punya banyak sumur. Jika Herder tidak memberi kita bonus karena kita tidak pintar 'mencari muka' seperti domba E, Gembala Agung masih bisa kok memberi bonus lewat sumur-sumur lain."

Tak lama berselang hal itu pun terjadi. Tiba-tiba pemilik sumur-sumur lain memberi bonus kepada domba A. Lewat peristiwa tersebut Gembala Agung seolah-olah berkata: "Ini bonus untukmu karena kamu hamba-Ku. Kamu tidak bekerja untuk Herder, tetapi kamu bekerja untuk-Ku. Jadi, Akulah yang akan memberikan bonusmu. Tak ada yang bisa menghalangi-Ku untuk memberkatimu, termasuk Herder." Namun, mengapa ya Gembala Agung masih memberi kekuasaan kepada Herder sebagaimana dia memberi kekuasaan kepada raja Babel? Ini nich misteri yang masih belum terpecahkan.

Beberapa saat kemudian terjadi masalah di padang lalu Herder menanyakan penyebab masalah tersebut. Karena dia suka mencari siapa yang salah, tentu saja seperti biasanya Kambing Congek menyodorkan kambing hitamnya. Karena hati Herder memang telah dilabuhkan kepada Kambing Congek, tentu saja dia menelan mentah-mentah informasi tersebut.

Sekalipun rerumputan tahu kebenarannya, mereka diam saja karena dari dulu rerumputan selalu dipandang sebelah mata. Rerumputan pun selalu melihat Herder membela Kambing Congek acapkali dia mendapat laporan dari para domba dan kambing lain. Hampir semua penghuni padang pun mengetahui bahwa Kambing Congek selalu mengkambinghitamkan para domba di depan Herder.

Untunglah kali ini si domba yang menjadi kambing hitamnya sudah berada di luar jangkauan Herder karena dia sudah pergi mengikuti anjing gembala lain yang baik dan netral. Alhasil, Herder hanya bisa berkata: "Saya percaya setiap makhluk akan menerima karmanya masing-masing."

Betul betul betul. Rerumputan pun menyetujui hal itu. Sementara kambing hitamnya menuai karma baik dari kebaikan masa lalunya, Herder justru sedang menuai karma buruk dari perbuatan buruknya kepada domba tersebut. Bahkan, ke depannya hal ini bisa semakin parah karena jelas-jelas Herder mempercayai sosok yang salah. Kambing Congek akan selalu mengucapkan hal-hal yang menyenangkan hati Herder dan tidak akan membiarkan Herder mengetahui fakta sebenarnya karena Kambing Congek harus mengamankan harta dan tahtanya. Herder pun hanya bisa berkata: "Kita tidak pernah mengetahui isi hati kambing domba. Sekalipun domba itu pergi dengan tersenyum, belum tentu hatinya juga begitu."

Itu sich karmanya karena dia sering menampilkan sisi seramnya acapkali ada hal-hal yang tak sesuai harapannya sehingga kambing domba pun enggan berbincang dengannya secara jujur dan terbuka. Maka, tidak mengherankan jika beberapa domba terpaksa bermuka baik kepadanya demi menyenangkan hatinya karena tidak semua pihak memiliki keberanian untuk terang-terangan menjadi pihak oposisi. Untuk mengetahui isi hati orang, kita tidak bisa mengandalkan kehebatan atau kekuatan pribadi.

Aku pernah dijadikan kambing hitam gara-gara si Aneh tidak menyukai si Cuek. Karena aku bukan polisi, bukan wartawan, dan bukan detektif, aku tidak mungkin menginterogasi atau mewawancarai atau memata-matai si Aneh sehingga aku pun bertanya kepada Tuhan. Eh, tiba-tiba si Aneh digerakkan Tuhan untuk mendatangiku dan menyampaikan semua isi hatinya. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tidak ada badai, bahkan tidak ada api, eh tiba-tiba si Aneh berkata kepadaku: "Kamu kuberitahu ya: aku ini tidak menyukai si Cuek karena dia begini begitu. Jadi, menurutku dia tuh bla bla bla..." Hahaha... terjawab sudah misterinya karena Tuhan mau membantu si ‘kambing hitam’ dalam mengetahui duduk perkara sebenarnya.

Ayub 12:22 Dia yang menyingkapkan rahasia kegelapan, dan mendatangkan kelam pekat pada terang.

Sewaktu Putus Asa

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.