Visi Tuhan
Catatan Ibadah Online Minggu 16 Jan 2021
Josua Iwan Wahyudi: "Pemimpin cerdas emosi menemukan APA masalahnya, bukan SIAPA yang bisa disalahkan?"
Nah, Tuhan mengabulkan harapan mereka padahal biasanya kapten kapal tidak pernah membaca status WA ABK A. Lantas ABK A memberi tahu mereka: "Dia melihat postinganku lho. Bagaimana jika dia tidak bertobat, tetapi justru kebakaran jenggot seperti saat membaca status ABK I?" Hahaha... kita lihat saja nanti.
Keesokan harinya kapten kapal mulai mengajak para ABK untuk rapat alias membuka meja pengadilan. Yach, begitulah keadaannya. Acapkali rapat, kapten kapal senantiasa memiliki kecenderungan untuk menghakimi beberapa ABK atas berbagai kesalahan yang terjadi. Jika tidak ada kesalahan besar, kesalahan kecil pun dibahas besar-besaran. ABK A langsung dimarahi atas kesalahan tertentu padahal deskripsi pekerjaan juga tidak jelas.
Dhar Mann: "You can't change someone who doesn't see anything wrong with their actions." (Kamu tidak bisa mengubah seseorang yang tidak dapat melihat ada yang salah dengan tindakannya.)
Kemudian keempat ABK disidang secara tertutup. Tak lupa kapten kapal bertanya: "Siapa yang salah?" Beberapa ABK terpaksa menahan tawa saat pertanyaan favoritnya terucap. Lantas ABK A mencoba menjelaskan tetapi rupanya kapten kapal cepat berbicara dan lambat mendengar: "Kamu ini kalau salah, jangan mbulet (berbelit-belit)." Maka, semua ABK diam saja.
Lantas kapten kapal merasa di atas angin dan mulai menudingkan satu jarinya kepada 4 ABK. Masing-masing ABK mendapatkan 1 tudingan jari. Sementara itu, dia mendapatkan 4 tudingan dikali 4 sehingga pada saat hampir bersamaan dia telah menuding dirinya sebanyak 16 kali... wkwwkw... Lalu dia berkata: "Aku bukannya menuduh kalian salah semua dan aku yang paling benar, tetapi sudah jelas kalau kalian semua salah."
Martha I. Finney dalam buku Engagement menuliskan: “Karyawan terburuk di dalam tim Anda bisa jadi adalah Anda sendiri.”
I've had my share of sand kicked in my face but I've come through and we mean to go on and on and on and on. (Pasir telah ditendang ke mukaku tetapi aku berhasil melewatinya dan kami bermaksud untuk terus dan terus dan terus.)
ABK E: "Kok bisa ya dia menuduh ABK A mbulet padahal dia tidak pernah begitu?"
ABK C: "Tadi aku mengaku bersalah saja biar urusannya cepat kelar karena pekerjaanku sudah menumpuk."
ABK A: "Mungkin dia kira kita tidak ada pekerjaan hingga harus mendengar omelannya terus. Tadi dia mengatakan agar kita membayangkan kalau posisinya dibalik. Jika posisinya benar-benar dibalik, kita sich tidak akan mencari siapa yang salah karena kita akan mencari solusinya."
ABK B dan C: "Betul. Jika posisinya dibalik, kita akan cari solusinya biar tak terulang lagi. Kita tidak mau seperti dia."
ABK A: "Hahaha... tadi kapten kapal menuduh ABK B melindungi kita padahal ABK B juga tidak mengatakan apapun kepada kita dan sebenarnya kita bertiga sama-sama melindungi ABK O... wkwwkw..."
1 Korintus 13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Beberapa ABK dan mantan ABK yang mendengar kisah ini pun tertawa ngakak. "Ini karena kapten kapal selalu mengedepankan emosi daripada logika," seloroh salah satu mantan ABK... wkwwkw... ABK A berkata: "Dia kira dia tahu padahal dia masih saja tempe... tempe gosong (karena mudah hangus terbakar amarah)." Orang yang merasa sudah banyak tahu tentulah tak perlu lagi diberi tahu. Cukuplah kita dan Tuhan yang tahu. Eh, malaikat juga tahu kami yang jadi juaranya...^.^ Hahaha... ternyata inilah yang dimaksudkan lebih dari pemenang.
We are the champions, my friends And we'll keep on fighting till the end. (Kita adalah juara, temanku dan kita akan tetap berjuang hingga akhir.)
0 komentar:
Post a Comment