Sunday, September 20, 2020

Hidup dalam Ketakutan

Banyak Orang Takut
Catatan Ibadah Online 20 Sept 2020

Nah, sebenarnya nyonya itu berdoa kepada siapa? Mungkinkah doanya hanya satu arah? Mungkinkah selama berdoa dia hanya sibuk berbicara dan berbicara terus sehingga Yesus tak punya kesempatan bicara kepadanya? Mungkinkah dia juga berdoa tanpa membaca Alkitab sehingga doanya tidak disertai kuasa? Karena ketakutannya yang berlebihan, orang-orang di sekitarnya pun turut kerepotan. Semua harus dites Covid-19. Alhasil, banyak yang ikut was-was. Bagaimana jika tertular dari perawatnya atau alat tesnya? Wew... virus ketakutan itu bisa menular jika kita tidak dekat dengan Tuhan.

Beberapa dari mereka pun bertanya: "Bagaimana jika sampai dinyatakan positif?" Aku sich hanya menjawab: "Tenang. Hasilnya negatif lha. Pasrahkan hidup kepada Sang Pembuat Nafas kita." Ketika hasil keluar, memang terbukti mereka negatif. Tuhan tidak pernah memberikan roh ketakutan. Dia selalu memberikan kekuatan. Di Alkitab ada 365 kata 'Jangan Takut'. Jika kita lupa, Tuhan pun berbicara lewat suara hati kita: 'Jangan takut, nak. Aku menyertaimu. Bapamu ada di sini.' Namun, jika kita sibuk berbicara sendiri, bagaimana kita bisa mendengarkan suara Tuhan?

Kematian karena Covid-19 seringkali disebabkan oleh sesak nafas. Namun, pak Sukirno pernah berkhotbah bahwa flu biasa juga bisa menyebabkan kematian. Nah, jika flu biasa bisa menyebabkan kematian, mengapa harus takut dengan Covid-19? Beberapa hari sebelum dia berkhotbah aku pun sudah sempat mengalaminya. Sewaktu Corona belum masuk ke Indonesia aku terserang flu berat. Saat itu beberapa orang mulai ketakutan sehingga sudah mewajibkan pemakaian masker, seperti di Cina.

Karena flu biasa itu, aku sempat sesak nafas ketika harus mengenakan masker medis. Kala itu aku hanya berdoa di dalam hati: "Tuhan, apa yang terjadi dengan saluran nafasku? Apa TBCku kambuh lagi? Sepertinya tidak. Jika Engkau masih ingin aku hidup, tolong bantu aku bernafas. Jika tidak, tolong segera jemput aku agar tidak tersiksa seperti ini. Jika tidak dijemput, aku bisa tersesat di jalan." Lalu aku tergerak untuk buru-buru keluar ruangan agar bisa bernafas bebas tanpa masker.

Hehehe... ternyata Tuhan masih ingin aku hidup. Karena Tuhan yang membuat nafasku, mereka yang mau mengambil nafasku, tentu harus berurusan langsung dengan Tuhan. Bagaimanapun juga nafas hidup ini hanya pinjaman dari Tuhan. Jika sudah waktunya, tentu harus dikembalikan. Kita hanya perlu menjaganya sebaik mungkin, tetapi tak perlu menggenggamnya dengan sangat erat. Bagaimanapun juga hidup di dunia ini hanya sementara.

Nah, ketika pak Sukirno berkhotbah, aku baru menyadari bahwa flu biasa juga bisa menyebabkan sesak nafas. Maka, semenjak hari itu aku ekstra waspada terhadap gorengan karena jika terlalu banyak makan gorengan, aku bisa sakit tenggorokan. Jika sudah sakit tenggorokan, tak lama berselang bisa kena flu pula. Jika kena flu, aku bisa sesak nafas, terutama jika harus mengenakan masker pula. Rasanya udara kotor yang sudah dikeluarkan terpaksa harus dihirup lagi. Nyesek dech.

Namun, semenjak Corona menyerbu, mama mulai rajin membuat jamu empon-empon. Berkat minum jamu yang diracik dengan penuh cinta tersebut, aku pun bisa terhindar dari sakit tenggorokan dan flu biasa. Hahaha... Tuhan alihnya menggunakan apa yang ada pada kita.

KU ADA S'BAB ANUGRAH-MU
Ku ada s’bab anugrah-Mu. Ku ada kar'na kasih-Mu. 
Tuhan Yesus ku bert’rima kasih buat kasih rahmat-Mu.
Reff: T’rima kasih Yesus. Yesus t’rima kasih. 
Hanya anugrah-Mu buat hidupku sekarang. 
Ku 'kan memuji-Mu selamanya.

Kekuatan dalam Pelayanan

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.