Sunday, September 20, 2020

Kekuatan dalam Pelayanan

Hidup dalam Ketakutan
Catatan Ibadah Online 20 Sept 2020

Suatu hari ada seorang pasien ke dokter karena berharap bisa segera sembuh sehingga dapat berjalan lagi. Namun, dokter yang memeriksanya tampak amat ketakutan. “Jangan melihat ke arah saya. Jangan mendekat.” Jadi, pasien dilarang menghadap ke arahnya dan harus menjaga jarak minimal satu meter darinya. Jadi, dokter itu memeriksa pasien dari jarak jauh. Pasien di sini, dokter di sana. Hal ini membuat pasien tidak nyaman dan tidak yakin akan kesembuhannya. Maka, dia beralih ke dokter spesialis penyakit dalam lainnya.

Dokter kedua yang ditemuinya begitu menyejukkan hati. Dia tidak takut berdekatan dengan pasien. Sekalipun tidak mengenal Yesus, dia mau menjamah pasien, seperti Yesus yang tidak pernah takut bersentuhan dengan pasien. Padahal, dia pun sudah lansia. Dia juga tetap memberikan diagnosa dengan santai dan menghibur, seperti sebelum pandemi. Pasien pun mulai pulih setelah ditangani olehnya. Meskipun masih belum bisa berjalan, tubuhnya mulai tampak segar. Beberapa saat kemudian pasien diminta menjalani serangkaian tes.

Sayangnya, hasil tes tak pernah bisa ditunjukkan ke dokter tersebut karena pada saat kontrol pasien diberitahu oleh perawat bahwa dokternya sedang karantina mandiri. Sekitar seminggu kemudian dokter itu dikebumikan. Rupanya dokter tersebut juga menangani pasien Covid-19. Dia pernah berkata: "Dokter yang menolak pasien merupakan dokter yang telah melanggar sumpah jabatannya." Ini sebabnya dia tidak mau menolak pasien. Bahkan, dia juga tidak suka menakut-nakuti pasien. Dia justru suka menghibur dan menenangkan pasiennya.

Mazmur 15:1, 4 ... TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? ... yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi;

Menurut Wikipedia, sepenggal sumpah dokter berbunyi demikian: "Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan." Luar biasa. Demi memegang sumpahnya, dia rela meresikokan nyawanya sendiri. Pantas saja banyak pasien puas dengan pelayanannya. Dia pun berpulang dengan meninggalkan nama yang harum di mata pasiennya. Untunglah pasiennya yang lumpuh tadi juga tidak sampai tertular virus di tempat prakteknya. Dokter itu benar-benar telah mengutamakan kesehatan penderita. Dia beroleh kekuatan dalam melayani pasien karena dia tidak berfokus kepada dirinya sendiri. Ah, andai saja semua dokter bisa seperti dia.

Pengkhotbah 7:1 Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.

HIDUP INI adalah KESEMPATAN
Hidup ini adalah kesempatan. Hidup ini untuk melayani Tuhan. 
Jangan sia-siakan apa yang Tuhan beri. Hidup ini harus jadi berkat.
Reff : Oh Tuhan pakailah hidupku selagi aku masih kuat. 
Bila saatnya nanti ku tak berdaya lagi, hidup ini sudah jadi berkat.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.