Saat ini banyak orang
takut terkena virus Corona sehingga timbul kepanikan. Ketika mendapat undangan
rapat di Singapura, pak Sukirno pun sempat bertanya kepada pengundangnya: "Benar
ya semua pasti datang di tengah situasi seperti ini?" Dia pun
diyakinkan sehingga berangkat ke Singapura. Setiba di sana ternyata
pengundangnya malah tidak datang. Rapat pun berlangsung sebentar.

Kemudian pak Sukirno
teringat pesan isteri untuk mensterilkan semua benda. Maka, dia bersihkan dulu
semuanya sebelum duduk. Lalu di tengah perjalanan dia sempat ke toilet. Agar
steril, dia pun menggunakan tissue untuk membuka pintu. Ketika membuang sampah,
tissue-nya macet sehingga dia ambil tissue lagi untuk mendorong tissue. Lalu
ambil tissue lagi untuk membuka pintu dan ambil tissue lagi untuk membuangnya
ke tempat sampah. Jadi, menghabiskan banyak tissue. Ketika sudah kembali ke
tempat duduknya dan memasang sabuk pengaman, pak Sukirno baru ingat kalau dia
belum membersihkan sabuk pengamannya. Mendadak kepala pusing.
Ketika naik taxi, dia pun
mendapat tawaran dari sopirnya: "Mau
pakai AC atau buka jendela atau keduanya?" Baru kali itu dia mendapat
tawaran semacam ini. Karena panas, pak Sukirno minta pakai AC. Setiba di tempat
tujuan dia pun diwajibkan mencuci tangan dengan hand sanitizer sebanyak mungkin. Lalu dia teringat bahwa sopir taxi
wanita tadi sempat batuk ketika melepas maskernya. Kepala pun mendadak pusing.
Ketika naik lift, dia teringat harus menekan tombol dengan buku jari, tetapi
dia sempat lupa sehingga menekan tombol dengan jari. Panik. Mendadak kepala
pusing.
Jadi, sebenarnya kita sedang menghadapi dua
virus, yaitu virus Corona dan virus panik. Bisa-bisa kita malah sakit
karena panik dan bukan karena Corona. Nah, daripada takut akan Corona, lebih
baik takut akan Tuhan.
Amsal 14:26-27 Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya. Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut.

Di Australia ada pembeli
yang berebut tissue hingga menusuk pembeli lainnya. Ketika polisi datang untuk
melerai, polisi pun dipukulnya. Kedengarannya lucu karena tidak ada hubungan
antara tissue dan Corona. Namun, di sana memang ada kelangkaan bahan kebutuhan
pokok.
Di sana anak pak Sukirno
sempat salah membeli spaghetti. Dia membawa pulang spaghetti rasa bayam padahal
dia tidak suka sayuran. Lantas dia kembali ke toko untuk menukar spaghetti itu
dengan yang original. Penjaga toko mengatakan bahwa dia tidak akan mendapatkan
spaghetti lagi jika mengembalikannya ke rak toko karena barang-barang di sana
sudah habis.
Sebenarnya di Amerika
kematian karena flu biasa jauh lebih besar jumlahnya daripada kematian karena
Corona. Di sana puluhan ribu orang telah meninggal karena flu biasa tetapi
tidak ada kepanikan. Jadi, mengapa kita harus panik karena Corona?
0 komentar:
Post a Comment