Sunday, March 8, 2020

Serangan Panik ~ Pdt. Sukirno Tarjadi

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 08 Maret 2020

Saat ini banyak orang takut terkena virus Corona sehingga timbul kepanikan. Ketika mendapat undangan rapat di Singapura, pak Sukirno pun sempat bertanya kepada pengundangnya: "Benar ya semua pasti datang di tengah situasi seperti ini?" Dia pun diyakinkan sehingga berangkat ke Singapura. Setiba di sana ternyata pengundangnya malah tidak datang. Rapat pun berlangsung sebentar.

In ControlKetika pak Sukirno di pesawat dan anak yang duduk di sampingnya batuk-batuk, kepalanya mulai pusing. Di Australia ada sekolah yang ditutup karena ada dua anak Indonesia yang batuk... uhuk... uhuk. Padahal, belum tentu mereka terkena Corona. Namun, anak di sampingnya itu terlihat pucat dan batuknya sudah 7-8 kali sehingga sudah dipastikan sakit. Sekarang zamannya batuk pun dihitung. Mamanya tumpang tangan mendoakan anak itu dalam nama Yesus dan juga berbahasa Roh. Maka, pak Sukirno turut mendoakan anak itu, bukan untuk mengusirnya. Lalu dia pindah ke tempat duduk lain, bukan karena takut, tetapi agar anak itu bisa leluasa beristirahat.

Kemudian pak Sukirno teringat pesan isteri untuk mensterilkan semua benda. Maka, dia bersihkan dulu semuanya sebelum duduk. Lalu di tengah perjalanan dia sempat ke toilet. Agar steril, dia pun menggunakan tissue untuk membuka pintu. Ketika membuang sampah, tissue-nya macet sehingga dia ambil tissue lagi untuk mendorong tissue. Lalu ambil tissue lagi untuk membuka pintu dan ambil tissue lagi untuk membuangnya ke tempat sampah. Jadi, menghabiskan banyak tissue. Ketika sudah kembali ke tempat duduknya dan memasang sabuk pengaman, pak Sukirno baru ingat kalau dia belum membersihkan sabuk pengamannya. Mendadak kepala pusing.

Ketika naik taxi, dia pun mendapat tawaran dari sopirnya: "Mau pakai AC atau buka jendela atau keduanya?" Baru kali itu dia mendapat tawaran semacam ini. Karena panas, pak Sukirno minta pakai AC. Setiba di tempat tujuan dia pun diwajibkan mencuci tangan dengan hand sanitizer sebanyak mungkin. Lalu dia teringat bahwa sopir taxi wanita tadi sempat batuk ketika melepas maskernya. Kepala pun mendadak pusing. Ketika naik lift, dia teringat harus menekan tombol dengan buku jari, tetapi dia sempat lupa sehingga menekan tombol dengan jari. Panik. Mendadak kepala pusing.

Jadi, sebenarnya kita sedang menghadapi dua virus, yaitu virus Corona dan virus panik. Bisa-bisa kita malah sakit karena panik dan bukan karena Corona. Nah, daripada takut akan Corona, lebih baik takut akan Tuhan.
Amsal 14:26-27 Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya. Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut.
Hadapi GoncanganDengan takut akan Tuhan, kita akan beroleh perlindungan dan terhindar dari jerat maut. Jerat berarti sesuatu yang sengaja dipasang untuk mencelakakan kita. Nanti di rumah bacalah Mazmur 91 dan Mazmur 27: ada pemisahan antara orang benar dan orang fasik.

Di Australia ada pembeli yang berebut tissue hingga menusuk pembeli lainnya. Ketika polisi datang untuk melerai, polisi pun dipukulnya. Kedengarannya lucu karena tidak ada hubungan antara tissue dan Corona. Namun, di sana memang ada kelangkaan bahan kebutuhan pokok.

Di sana anak pak Sukirno sempat salah membeli spaghetti. Dia membawa pulang spaghetti rasa bayam padahal dia tidak suka sayuran. Lantas dia kembali ke toko untuk menukar spaghetti itu dengan yang original. Penjaga toko mengatakan bahwa dia tidak akan mendapatkan spaghetti lagi jika mengembalikannya ke rak toko karena barang-barang di sana sudah habis.

Sebenarnya di Amerika kematian karena flu biasa jauh lebih besar jumlahnya daripada kematian karena Corona. Di sana puluhan ribu orang telah meninggal karena flu biasa tetapi tidak ada kepanikan. Jadi, mengapa kita harus panik karena Corona?

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.