Sunday, August 30, 2020

Ini Hanya Proses

Bersabar dalam Kesulitan
Catatan Ibadah Online Minggu 30 Agustus 2020

"Aku percaya padamu," kata Senor, tetapi dengan kesal Senorita menjawab: "Kamu ini ...". Hening sejenak karena Senor menunggu Senorita melanjutkan ucapannya, tetapi kekesalan yang membuncah di dadanya membuat Senorita tak melanjutkan perkataannya. Senor pun tidak menanyakan kelanjutannya. Maka, setelah menghela nafas Senorita baru melanjutkan perkataannya: "Ya udah... terima kasih."

Namun, kala itu Senorita benar-benar kesal kepada Senor. Dia pun protes panjang lebar kepada Bapanya yang di surga:
"Bapa tidak usah janji-janji lagi. Tidak perlu membuatku berharap. Katanya mau memberiku penolong. Senor tuh bukan penolong, tetapi seperti amplas yang mengajarku untuk sabar. Ketika aku butuh bantuannya, dia malah bilang bahwa dia percaya padaku. Hmm... pintar sekali dia bicara. Kata-katanya sich bagus sehingga tidak mungkin aku marah di depannya. Aku percaya padamu. Siapa yang tidak mau dipercaya?"
Amsal 25:11 Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.
"Masalahnya waktunya tidak tepat Bapa. Saat itu aku membutuhkan bantuannya. Aku tengah menjelaskan padanya bahwa aku ada pesanan dan akan kubuat seperti ini dan itu. Eh, dia malah jawab seperti itu. Iya ya... aku percaya padamu. Duh... seharusnya dia melihatnya atau memeriksanya dulu, tetapi sepertinya dia tidak punya waktu."

"Dulu mantan atasanku di pabrik amplas juga bicara begitu. Ketika semua berjalan baik, dia mengaku ikut ambil bagian di dalamnya. Eh, ketika ada masalah, dia langsung berkata: "Aku tidak mengecek pekerjaanmu karena aku percaya padamu. Biasanya kamu tidak pernah salah. Siapa sangka kali ini kesalahanmu fatal." Aku percaya padamu. Gombal. Aku percaya padamu = silahkan kerja sendiri, cek sendiri, nilai sendiri. Kalau benar atau bagus, aku turut ambil bagian di dalamnya. Kalau salah atau jelek, silahkan tanggung sendiri."

Great Things"Maka dari itu, lebih baik Bapa tidak usah menjanjikan penolong untukku. Mana ada penolong? Justru dia masih perlu ditolong untuk berhenti merokok. Bikin bete. Lebih baik beri aku kemampuan untuk mengerjakannya sendiri. Justru kerja sendiri bisa lebih cepat daripada kerja sama dengan penolong yang sibuknya melebihi Superman. Lain kali kalau ada pesanan lagi, akan kukerjakan sendiri tanpa meminta bantuan Senor itu."

Lantas beberapa minggu kemudian seorang cewek yunior menemui Senorita sambil membawa cowok yang lebih yunior daripadanya. Dulu Senorita pernah mengajak cewek yunior itu berkenalan ketika seniornya tidak memperkenalkan dirinya. Kini sambil menunjuk cowok yunior yang dibawanya Senorita hanya bertanya: "Ini temanmu?" Dengan segera cewek yunior merespon: "Iya, kenalkan dia."

Karena lupa akan keberadaan Covid-19, Senorita mengulurkan tangan ke arahnya. Mulanya cowok yunior hanya mengatupkan kedua tangan sambil menyebutkan namanya: "Alvin". Saat itulah Senorita mulai ingat dengan Covid-19. Namun, karena sudah terlanjur mengulurkan tangan dan ingat pesan Gunung Batu Keluputan, dia pun tetap menunggu respon Alvin. Tak lama berselang Alvin pun menjabat tangannya. Hehehe... entah apa yang dia pikirkan, tetapi dia lulus uji nyali.

Sebelumnya aku pun pernah diuji ketika naik mikrolet yang besar. Kita biasa menyebutnya bison. Karena bison lebih tinggi daripada bemo biasa, ada seorang ibu yang kesulitan menaikinya. Lantas ibu ini mengulurkan tangan kepadaku seraya berkata: "Tolong".

Saat itu aku teringat perihal seorang asisten rumah tangga (ART) yang sempat mengajakku dan beberapa ibu lain untuk berjabat tangan. Kala itu salah seorang ibu menjawab: "Kita tidak berjabat tangan karena ada Covid-19." Namun, aku tetap menjabat tangan ART karena dia tampak sehat.

Meskipun ibu yang mau naik bison juga tampak sehat, aku pun sempat berpikir untuk menjawab seperti ibu yang sempat enggan menjabat tangan ART. Namun, tiba-tiba aku segera teringat dengan kisah Gunung Batu Keluputan. Jadi, aku segera menjabat tangan ibu itu dan menariknya naik ke dalam bison. Lantas ibu itu sangat berterima kasih kepadaku. Hehehe... senang bisa membantu. Aku percaya masih ada Gunung Batu Keluputan.

Okay... kembali ke perkenalan dengan Alvin tadi. Senorita sempat ingin bertanya kepadanya: "Dimana Chipmunk?" tetapi tidak jadi karena tiba-tiba dia teringat kisah kartu nama Alvin. "Namanya Alvin?", tanyanya sekali lagi. Baik Alvin maupun cewek yunior tadi membenarkan. Lantas Senorita segera pergi sambil mengenang kembali masa kecilnya.

DALAM ANUGRAH-MU
Bait 1: Lebih dalam kumengenal-Mu, satu hal kutahu Kau tak lepaskanku. Kasih-Mu mengejar langkahku. Masa laluku tunduk dalam anug’rah-Mu.
Reff: Kupercaya kuasa-Mu jadikan s’galanya baru. Kutinggalkan semua kehidupan yang lama. Kupercaya kehendak-Mu yang memurnikan hatiku, menjadikanku baru sesuai dengan kehendak-Mu.
Bait 2: Lebih dari yang kuhadapi, satu hal kutahu janji-Mu teruji. Pulihkan hancurnya hatiku dan membawaku hidup dalam anug’rah-Mu.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.