Catatan Ibadah Online
Minggu 05 Apr 2020
Markus 4:35-41 Angin ribut diredakan. Ketika badai datang,
kita bisa belajar kepada Yesus. Dua hal yang perlu kita pelajari adalah:
1. Tetap Percaya Tuhan
di Tengah Badai.
Markus 4:37-38 Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam.
Pak Lukas pernah naik perahu yang kapasitasnya 5000-6000 orang.
Ketika melewati Selat Bali, perahu itu diterpa ombak hingga kemiringannya bisa
mencapai 90°. Maka, dia harus berpegangan erat-erat agar tidak jatuh dari
tempat tidurnya di kamar kelas dua. Namun, perahu yang ditumpangi Yesus
bukanlah perahu sebesar perahu tersebut. Yesus naik perahu nelayan yang kecil.
Ini berarti ketika badai datang, air bisa masuk ke dalam perahu. Anehnya Yesus
malah tidur di buritan. Buritan adalah bagian belakang perahu. Zaman dulu
buritan merupakan tempatnya juru mudi.
Ketika badai datang, Yunus juga tidur di perahu. Namun, ini
berbeda. Yunus tidur karena merasa bersalah telah melarikan diri dari panggilan
Tuhan. Lalu bagaimana mungkin Yesus bisa tidur di tengah badai? Dulu ketika
masih kecil, guru sekolah minggunya mengatakan bahwa Yesus tidur karena tidak
ada yang mengajaknya berbicara. Kita tidak perlu menyalahkan tafsiran semacam
ini.
Namun, sesungguhnya
Yesus tidur karena Dia percaya kepada Bapa-Nya. Kisah ini pun ditulis dalam
kitab Matius dan Lukas. Ketika badai datang dalam kehidupan ini, kita pun harus
percaya kepada Bapa. Dia tetap memegang kendali.
2. Peduli kepada
Orang Lain di Tengah Badai.
Markus 4:38b Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
Yesus tidur bukan karena tidak peduli. Ini seperti puisi
yang ditulis oleh Ps. George Herbert berikut ini: "Ketika angin dan gelombang menyergap lunas kapalku, Ia
melindungi, Ia memegang roda kemudi, meskipun kapal tampak hampir terbalik.
Badai adalah kemenangan-Nya. Meskipun Ia memejamkan mata, namun bukan
hati-Nya."
Jadi, sekalipun Yesus tidur, hatinya tidak tidur. Dia tetap
peduli dengan kita. Ini terlihat dari doa-Nya di taman Getsemani. Dia peduli
dengan dosa-dosa kita. Lewat badai yang
terjadi Tuhan ingin menumbuhkan karakter kita agar semakin serupa dengan-Nya.
Kematian fisik tidak terlalu mengerikan jika dibandingkan dengan kematian
kekal. Ini sebabnya Tuhan mau menyelamatkan kita dari kematian kekal.
Akhir-akhir ini ada orang yang egois sehingga mengambil
keuntungan di tengah-tengah situasi semacam ini. Namun, kita diminta tidak
egois dan menunjukkan kepedulian kepada orang lain yang ada di sekitar kita.
Semoga kehadiran Corona membuat kita semakin bertumbuh dalam pengenalan akan
Tuhan hingga semakin banyak orang yang memuliakan Tuhan.
Markus 4:39-40 Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
Yesus sanggup meredakan badai hanya dengan dua patah kata
atau satu kalimat. Jadi, kita tidak perlu takut. Percaya saja. Kita selalu
mengatakan bahwa Tuhan luar biasa, Tuhan pemelihara hidup kita, Tuhan pelindung
kita, dan tak sehelai rambut kita akan jatuh tanpa seizin-Nya. Maka, mengapa
kita takut?
LINGKUPIKU
Lingkupiku... dengan sayap-Mu. Naungiku... dalam kuasa-Mu.
Reff: Di saat badai bergelora ku akan terbang bersama-Mu. Bapa, Kau raja atas s'mesta, ku tenang s'bab Kau Allahku.
Lingkupiku... dengan sayap-Mu. Naungiku... dalam kuasa-Mu.
Reff: Di saat badai bergelora ku akan terbang bersama-Mu. Bapa, Kau raja atas s'mesta, ku tenang s'bab Kau Allahku.
Ps. Caleb Natanielliem: "Tuhan melindungimu dengan kepak sayap-Nya seperti induk ayam melindungi anaknya ..."
Mazmur 46:11 "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"
0 komentar:
Post a Comment