Catatan Ibadah Paskah Online Minggu 12 Apr 2020
Di tengah badai kulihat beberapa respon manusia. Meskipun
ada yang egois, ada pula yang peduli. Biasanya orang yang sibuk memikirkan
dirinya sendiri cenderung susah bersukacita di tengah situasi ini karena mereka
selalu saja berfokus kepada hal-hal negatif. Semua yang ada di pikirannya hanya
aku, aku, dan aku. (All about me)
Beberapa waktu lalu terdengar berita bahwa di New York
banyak orang terkena Covid-19. Salah satu saudara yang bekerja sebagai perawat
di sana pun harus diisolasi. Ketika orang egois mendengar cerita semacam ini,
dia langsung berkata: "Mengapa dia
tidak resign? Ini tindakan bodoh. Dia itu sedang hamil dan bisa membahayakan
janinnya pula. Dokter di tempat kerjaku saja langsung resign karena Covid-19 itu penyakit berbahaya."
SENTUH HATIKU
Betapa kumencintai segala yang t’lah terjadi. Tak pernah sendiri jalani hidup ini, selalu menyertai. Betapa kumenyadari di dalam hidupku ini Kau s’lalu memberi rancangan terbaik oleh karena kasih.
Reff: Bapa, sentuh hatiku, ubah hidupku menjadi yang baru. Bagai emas yang murni Kau membentuk bejana hatiku. Bapa, ajarku mengerti sebuah kasih yang selalu memberi bagai air mengalir yang tiada pernah berhenti.
Betapa kumencintai segala yang t’lah terjadi. Tak pernah sendiri jalani hidup ini, selalu menyertai. Betapa kumenyadari di dalam hidupku ini Kau s’lalu memberi rancangan terbaik oleh karena kasih.
Reff: Bapa, sentuh hatiku, ubah hidupku menjadi yang baru. Bagai emas yang murni Kau membentuk bejana hatiku. Bapa, ajarku mengerti sebuah kasih yang selalu memberi bagai air mengalir yang tiada pernah berhenti.
Sementara itu beberapa waktu lalu ada lansia yang sakit.
Setelah beberapa kali dibawa mondar-mandir ke rumah sakit dan tidak sembuh jua,
salah satu kerabatnya meminta bantuan tetangga yang berprofesi sebagai dokter
untuk datang mengobati pasien di rumahnya. Namun, dokter ini meminta maaf
karena dia sudah tidak praktek.
Lantas dia meminta bantuan seorang mantri yang juga tak jauh
dari rumahnya. Sekalipun dengan peralatan seadanya, tanpa sarung tangan, tanpa
masker, dengan senang hati dia mau mengobati lansia itu. Dengan tersenyum manis
dia menyapa pasien dan memberinya perhatian yang tulus. Dia pun memasangkan
kateter dan memberinya obat.
Sekalipun dua anak lansia tersebut turut berkonsultasi dan
meminta obat darinya, dia menetapkan tarif yang terjangkau. Wow... Dia seperti
dokter keluarga. Jika ketiganya berobat di rumah sakit, tarifnya bisa lebih
dari 3 kali lipatnya. Selain itu, di rumah sakit harus antri pula. Ini tidak
perlu antri. Hari gini masih ada dech
orang baik yang mau memikirkan kepentingan orang lain.
Serupa dengan mantri itu, ada pula seorang asisten rumah
tangga yang berhati perawat. Wow... Dia benar-benar penuh kasih yang tulus
ketika merawat lansia yang sakit. Suaminya pun tidak keberatan mondar-mandir
menemani dia menunaikan kewajibannya. Suaminya pun turut menghibur lansia
tersebut selama dia masih diliburkan dari pekerjaannya, seperti kasih seorang
anak kepada ibunya sendiri.
Bahkan, dalam beberapa hal perhatian sepasang sejoli itu
tampak lebih baik daripada perhatian anak-anak kandung lansia itu. Maka, si
lansia segera pulih. Nafsu makannya kembali dan wajahnya kembali berseri-seri.
Semakin lama dia pun semakin sehat. Jika tahu seperti ini, pasti dari awal
mereka langsung minta bantuan mantri dan asisten rumah tangga itu daripada
mondar-mandir ke rumah sakit tanpa hasil yang baik...^.^
Amsal 15:13 Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.
Bisa bertemu dengan orang-orang baik seperti mereka
merupakan suatu keberuntungan. Rasanya seperti bertemu dengan malaikat. Mereka
tuh tidak takut tertular penyakit karena mereka sangat mempedulikan keselamatan
orang lain dan mempercayakan hidup mereka ke dalam tangan Tuhan semata.
Dari kisah tersebut terlihat jelas betapa kontrasnya
kebahagiaan orang egois dan orang yang peduli. Orang egois cenderung bermuka
masam sekalipun kehidupannya terlihat baik. Sebaliknya, orang yang peduli
kepada orang lain cenderung berwajah cerah seakan-akan hidup mereka begitu
sempurna padahal mereka juga punya masalah. Mengapa bisa begitu ya?
Ada yang berkata: "Orang egois itu seperti orang yang
terus menerus memakan sesuatu, tetapi tidak bisa buang kotoran. Alhasil, dia
seperti saluran got yang buntu." Bisa juga ya perumpamaannya. Di
dalam saluran got yang buntu, seringkali tidak ada kehidupan. Airnya berbau
busuk dan menjadi sarang penyakit. Sebaliknya, jika kita melihat air sungai
mengalir dengan lancar, kita bisa melihat ada kehidupan di dalamnya. Sebuah
kehidupan yang cerah penuh harapan...^.^
LIMPAHKAN KASIH-MU
Sungai mengalir tiada henti-hentinya memberi hidup di sekitarnya. Tuhan melimpahkan rahmat-Nya bagi yang percaya kepada-Nya. Bunga-bunga tiada akan mekar mewangi jika tanpa disegarkan air. Hidup akan menjadi hampa jika tanpa cinta kasih Tuhan. Ya Tuhan Allah limpahkan kasih sayang-Mu bagaikan air sungai abadi agar segarlah hidup kami, tiada akan layu selamanya.
Sungai mengalir tiada henti-hentinya memberi hidup di sekitarnya. Tuhan melimpahkan rahmat-Nya bagi yang percaya kepada-Nya. Bunga-bunga tiada akan mekar mewangi jika tanpa disegarkan air. Hidup akan menjadi hampa jika tanpa cinta kasih Tuhan. Ya Tuhan Allah limpahkan kasih sayang-Mu bagaikan air sungai abadi agar segarlah hidup kami, tiada akan layu selamanya.
0 komentar:
Post a Comment