Catatan
Ibadah ke-1 Minggu 8 Des 2019
Pada 19 November waktu setempat aku meminta bantuan seorang teman untuk
membuatkanku 3 surat. Dia pun telah setuju membantuku. Eh, seminggu berjalan
suratnya belum selesai. Minggu berikutnya belum selesai pula. Nah, minggu
berikutnya aku mulai bertanya: "Kapan
suratnya kamu buat?" Dia pun menjawab: "Minggu depan ya setelah aku kembali dari luar pulau."
Oke, rasanya aku masih bisa bersabar sampai hari itu.
Rabu dia telah ada di Surabaya dan aku kembali bertanya kepadanya: "Kapan suratnya kamu selesaikan?"
Jawabnya: "Sekarang sedang
kukerjakan." Namun, sampai malam berganti pagi surat yang kuminta
belum nongol jua. Maka, keesokan harinya aku kembali meneleponnya dan
meninggalkan pesan WA untuk menanyakan 3 surat yang kuminta. Namun, telepon
tidak diangkat dan WA tidak dibalas. Jam 9 malam dia baru balas: "Maaf, seharian ini aku tidak pegang
HP."
Aah... sebel dech. Kelihatannya suratku belum diselesaikan. Karena kesal,
aku pun tidak membalas pesannya. Padahal, biasanya kalau sedang tidak kesal,
aku akan berkata: "Tak apa, besok
tolong selesaikan ya..."
Oh Tuhan, mengapa dia selalu mudah berjanji, tetapi susah menepati?
Menghilang pula saat dicari dengan alasan sibuk sekali. Tak seperti biasanya
pula dia tidak memegang HP. Apa aku dibohongi lagi karena dia masih sibuk
membantu yang lain? Masa diPHP alias diberi harapan palsu? Mengapa pula aku
tetap percaya kepadanya? Sebenarnya dia memang sangat sibuk atau hanya salah
menetapkan prioritas? Apa aku harus mengajari dia cara membuat to-do-list? Huff... Nggak dech...
bisa-bisa dia sibuk merancang to-do-list
hingga malah tak sempat mengerjakan apapun.
Duh, sekarang aku harus bagaimana? Mengapa Kau pertemukan aku dengan dia?
Dia itu sungguh menyebalkan. Seringkali dia yang berjanji, dia pula yang
mengingkari. Dulu dia janji datang menemuiku, tetapi kemudian mengatakan maaf
tidak bisa datang. Wew... Bagaimana membuat dia menepati janjinya? Tidak
bisakah dia menepati janjinya sebelum kutagih? Ditagih pun belum tentu
langsung ditepati. Janjinya minggu ini dan minggu ini hanya tersisa Jumat dan
Sabtu. Apa dia bisa dipercaya? Kesal aku.
Eh, tiba-tiba aku teringat kata-kata pak Rubin Adi ketika dia kesal pada
isterinya: "Mungkin tanpa sadar
saya pun pernah membuatnya kesal." Huff... Iya.. ya... Oke dech,
besok aku tidak akan menagih janjinya. Aku diamkan saja dia karena aku mau
melihat apakah dia bisa menepati janji tanpa ditagih. Ntar Sabtu baru kutagih
jika besok dia belum jua menepati janjinya. Jika dia belum bisa menepati janji,
berarti dia belum dewasa.
Nah, keesokan harinya sekitar jam 8 pagi kulihat email darinya dan isinya
adalah 3 surat yang kuminta. Wow... sudah selesai. Kapan dia mengerjakannya?
Bukankah jam 9 malam dia baru membalas pesanku? Wuih.. sekitar jam 2 pagi dia
mengirimkan email ini. Gilee... ini kan bukan surat cinta. Tak perlu dikirim
pagi-pagi buta. Jika seperti ini, aku jadi tak enak sama dia. Dia tidak perlu
menyelesaikannya sepagi ini. Selesai siang atau sore tak masalah sich.
Tak lama berselang dia mengirimkan pesan WA lagi untuk memberitahu bahwa
dia telah mengirimkan permintaanku. Kemudian aku meneleponnya dan bertanya: "Kamu tidak kurang tidur?"
Jawabnya: "Tidak sich, sudah biasa, tidak
tahu kenapa tiba-tiba aku terbangun jam segitu." Hah? Dia
terbangun sedini itu? Berarti sebelumnya dia sudah tidur padahal semalam entah
mengapa aku susah tidur. Aku justru baru tidur sekitar jam setengah satu pagi.
Itu pun setelah berkeluh kesah kepada Bapa Surgawi perihal dirinya.
Hehehe... Maaf ya... Mungkin kekesalanku semalam telah membuatmu
dibangunkan dengan cara ilahi... xixixixi... Dengan demikian, dia terkesan
cukup dewasa sekalipun usianya masih sangat muda ... hahaha... Lantas
iseng-iseng aku menanyakan keberadaannya. Eh, ternyata dia sudah pergi lagi ke
tempat lain. Oh, pantas saja dia dibangunkan sedini itu. Jika tidak,
kemungkinan besar hari ini dan besok janjinya tidak ditepati lagi karena dia
sangat sibuk. Benarlah kata pak Hengky So, terkadang untuk menepati janji dibutuhkan pengorbanan.
^.^...Terima kasih Tuhan. Engkau menyediakan semua yang kuperlu. Terima
kasih Kau buat dia menepati janjinya sehingga kekesalanku terobati... xixixi...
KUPERCAYA
JANJI-MU
Sungguh besar setia-Mu Kau nyatakan bagiku. Kau Bapa yang s'lalu mengerti isi hatiku. Kemuliaan-Mu Kau janjikan. Aku tetap percaya.
Kupercaya janji-Mu ajaib, terukir dalam kehidupanku. Kuberserah di dalam kekuatan-Mu. Hanya Kau segalanya bagiku.
Tak akan ku takut. Tak akan ku gentar. Kaulah Imanku. Kaulah Tuhanku. Tak akan kuragukan kebaikan-Mu di hidupku.
Sungguh besar setia-Mu Kau nyatakan bagiku. Kau Bapa yang s'lalu mengerti isi hatiku. Kemuliaan-Mu Kau janjikan. Aku tetap percaya.
Kupercaya janji-Mu ajaib, terukir dalam kehidupanku. Kuberserah di dalam kekuatan-Mu. Hanya Kau segalanya bagiku.
Tak akan ku takut. Tak akan ku gentar. Kaulah Imanku. Kaulah Tuhanku. Tak akan kuragukan kebaikan-Mu di hidupku.
0 komentar:
Post a Comment