Sunday, December 15, 2019

Merasa Kesal

Membangun Relasi
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 8 Des 2019

Pada 19 November waktu setempat aku meminta bantuan seorang teman untuk membuatkanku 3 surat. Dia pun telah setuju membantuku. Eh, seminggu berjalan suratnya belum selesai. Minggu berikutnya belum selesai pula. Nah, minggu berikutnya aku mulai bertanya: "Kapan suratnya kamu buat?" Dia pun menjawab: "Minggu depan ya setelah aku kembali dari luar pulau." Oke, rasanya aku masih bisa bersabar sampai hari itu.

Rabu dia telah ada di Surabaya dan aku kembali bertanya kepadanya: "Kapan suratnya kamu selesaikan?" Jawabnya: "Sekarang sedang kukerjakan." Namun, sampai malam berganti pagi surat yang kuminta belum nongol jua. Maka, keesokan harinya aku kembali meneleponnya dan meninggalkan pesan WA untuk menanyakan 3 surat yang kuminta. Namun, telepon tidak diangkat dan WA tidak dibalas. Jam 9 malam dia baru balas: "Maaf, seharian ini aku tidak pegang HP."
Aah... sebel dech. Kelihatannya suratku belum diselesaikan. Karena kesal, aku pun tidak membalas pesannya. Padahal, biasanya kalau sedang tidak kesal, aku akan berkata: "Tak apa, besok tolong selesaikan ya..."

Mengadukan PerkarakuOh Tuhan, mengapa dia selalu mudah berjanji, tetapi susah menepati? Menghilang pula saat dicari dengan alasan sibuk sekali. Tak seperti biasanya pula dia tidak memegang HP. Apa aku dibohongi lagi karena dia masih sibuk membantu yang lain? Masa diPHP alias diberi harapan palsu? Mengapa pula aku tetap percaya kepadanya? Sebenarnya dia memang sangat sibuk atau hanya salah menetapkan prioritas? Apa aku harus mengajari dia cara membuat to-do-list? Huff... Nggak dech... bisa-bisa dia sibuk merancang to-do-list hingga malah tak sempat mengerjakan apapun.

Duh, sekarang aku harus bagaimana? Mengapa Kau pertemukan aku dengan dia? Dia itu sungguh menyebalkan. Seringkali dia yang berjanji, dia pula yang mengingkari. Dulu dia janji datang menemuiku, tetapi kemudian mengatakan maaf tidak bisa datang. Wew... Bagaimana membuat dia menepati janjinya? Tidak bisakah dia menepati janjinya sebelum kutagih? Ditagih pun belum tentu langsung ditepati. Janjinya minggu ini dan minggu ini hanya tersisa Jumat dan Sabtu. Apa dia bisa dipercaya? Kesal aku.

Eh, tiba-tiba aku teringat kata-kata pak Rubin Adi ketika dia kesal pada isterinya: "Mungkin tanpa sadar saya pun pernah membuatnya kesal." Huff... Iya.. ya... Oke dech, besok aku tidak akan menagih janjinya. Aku diamkan saja dia karena aku mau melihat apakah dia bisa menepati janji tanpa ditagih. Ntar Sabtu baru kutagih jika besok dia belum jua menepati janjinya. Jika dia belum bisa menepati janji, berarti dia belum dewasa.

Nah, keesokan harinya sekitar jam 8 pagi kulihat email darinya dan isinya adalah 3 surat yang kuminta. Wow... sudah selesai. Kapan dia mengerjakannya? Bukankah jam 9 malam dia baru membalas pesanku? Wuih.. sekitar jam 2 pagi dia mengirimkan email ini. Gilee... ini kan bukan surat cinta. Tak perlu dikirim pagi-pagi buta. Jika seperti ini, aku jadi tak enak sama dia. Dia tidak perlu menyelesaikannya sepagi ini. Selesai siang atau sore tak masalah sich.

Menepati JanjiTak lama berselang dia mengirimkan pesan WA lagi untuk memberitahu bahwa dia telah mengirimkan permintaanku. Kemudian aku meneleponnya dan bertanya: "Kamu tidak kurang tidur?" Jawabnya: "Tidak sich, sudah biasa, tidak tahu kenapa tiba-tiba aku terbangun jam segitu." Hah? Dia terbangun sedini itu? Berarti sebelumnya dia sudah tidur padahal semalam entah mengapa aku susah tidur. Aku justru baru tidur sekitar jam setengah satu pagi. Itu pun setelah berkeluh kesah kepada Bapa Surgawi perihal dirinya.

Hehehe... Maaf ya... Mungkin kekesalanku semalam telah membuatmu dibangunkan dengan cara ilahi... xixixixi... Dengan demikian, dia terkesan cukup dewasa sekalipun usianya masih sangat muda ... hahaha... Lantas iseng-iseng aku menanyakan keberadaannya. Eh, ternyata dia sudah pergi lagi ke tempat lain. Oh, pantas saja dia dibangunkan sedini itu. Jika tidak, kemungkinan besar hari ini dan besok janjinya tidak ditepati lagi karena dia sangat sibuk. Benarlah kata pak Hengky So, terkadang untuk menepati janji dibutuhkan pengorbanan.

^.^...Terima kasih Tuhan. Engkau menyediakan semua yang kuperlu. Terima kasih Kau buat dia menepati janjinya sehingga kekesalanku terobati... xixixi...

KUPERCAYA JANJI-MU
Sungguh besar setia-Mu Kau nyatakan bagiku. Kau Bapa yang s'lalu mengerti isi hatiku. Kemuliaan-Mu Kau janjikan. Aku tetap percaya.
Kupercaya janji-Mu ajaib, terukir dalam kehidupanku. Kuberserah di dalam kekuatan-Mu. Hanya Kau segalanya bagiku.
Tak akan ku takut. Tak akan ku gentar. Kaulah Imanku. Kaulah Tuhanku. Tak akan kuragukan kebaikan-Mu di hidupku.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.