Sunday, October 13, 2019

Membangun Kepercayaan ~ Pdt. Sukirno Tarjadi

Hargai Kepercayaan
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 13 Okt 2019

2. Say what you do. Katakan apa yang kamu lakukan atau transparan.

3. Do what you say. Lakukan yang kamu katakan atau berintegritas. Ada seorang pendeta di Belanda yang menuai kontroversi karena menerbitkan buku yang menyatakan bahwa dia tidak percaya akan keberadaan Tuhan. Rupanya dia pendeta atheis. Dia pun hendak dipecat tetapi tidak jadi karena ternyata temannya banyak. Banyak pendeta di sana tidak percaya kepada Tuhan, termasuk jemaatnya sehingga tidak masalah jika pendeta itu juga tidak percaya Tuhan. Dia memang transparan karena mengatakan apa yang dilakukan, tetapi dia tidak melakukan apa yang dia katakan. Lalu mengapa dia menjadi pendeta jika tidak percaya kepada Tuhan?

4. Ketika melanggar, segera beritahu pasangan. Ada seorang suami yang memaafkan isterinya karena berselingkuh. Dia mau mengampuni karena isterinya langsung mengakui perbuatannya setelah berbuat salah.

Cara meminta maaf yang salah:
Tidak Cukup Maaf* Menyalahkan orang lain. Saya minta maaf tetapi ini karena salahnya...
* Balik menyerang. Saya minta maaf tetapi kamu juga salah...
* Memberi penjelasan atau pembenaran.
* Mengasihani diri sendiri. Saya minta maaf melakukan ini karena hidup saya susah...
* Minta maaf setengah hati. Saya minta maaf jika ada yang telah saya sakiti hatinya... Di sini dia tidak yakin untuk meminta maaf. Minta maafnya hanya setengah hati.
* Mengecilkan kesalahan.
* Mengakui tapi menyangkal.

5. Jika berbuat salah, segera minta maaf. Dalam perjalanan dari Tiatira ke Sardis ada seseorang yang minta tolong pak Sukirno untuk kembali ke Tiatira karena kamera mahalnya ketinggalan di sana. Akhirnya rombongan pun kembali ke Tiatira. Sesampai di Tiatira orang ini meminta maaf karena ternyata kameranya ada di kursi dan tadi dia tidak mengeceknya.

Akhirnya rombongan kembali lagi ke Sardis dan di sana dia harus berdiri di depan semua anggota rombongan untuk meminta maaf. "Saya meminta maaf karena telah membuat kalian kembali ke Tiatira, tetapi..." Cukup. Jika mau meminta maaf, tidak perlu memberikan alasan lanjutan.

6. Menerima konsekuensi kalau melanggar. Kita tidak bisa meminta orang lain segera mengampuni dan mempercayai kita lagi. Kita harus mau menerima konsekuensi atas perbuatan kita.

7. Bangun ulang kepercayaan. Jika orang yang pernah menyakiti kita menunjukkan tanda-tanda pertobatan, berikanlah kepercayaan lagi.

Beberapa penyebab hancurnya kepercayaan antara lain:
1. Melakukan kebohongan kecil secara terus menerus. Misalnya ditanya: "Sudah makan belum?" Dijawab sudah padahal belum. Pak Sukirno pernah diajak makan lalu ditanya apa dia sudah kenyang. Karena dijawab belum, dia ditawari untuk menambah makanan lagi, tetapi dia tidak mau. Jawabnya: "Kalau nambah lagi, pasti kekenyangan. Kalau tidak nambah lagi, nanti kelaparan. Jadi, cukup segini saja tetapi nanti sebelum khotbah Pro M ajak saya makan lagi."
2. Labil atau tidak konsisten.
3. Sering ingkar janji.
4. Bertindak di luar kesepakatan.
5. Melalaikan tugas atau peran.
6. Tidak tulus. Ada seorang isteri ingin ke Jepang, tetapi tidak mau langsung berterus terang. Dia hanya berkata: "Akhir-akhir ini banyak yang ke Jepang. Tetangga sebelah juga ke Jepang." Namun, saat ditawari ke Jepang, dia menolak. Lalu dia mengatakan bahwa dia ingin punya anak yang akan diberinya nama Hirohito. Kalau dikejutkan, dia akan mengucapkan Tokyo... Tokyo... Ini juga termasuk tidak tulus.
7. Kurang komunikatif.

Ketika kepercayaan Anda hancur:
1. Segera cari konselor untuk mempercepat mengatasi masalah.
2. Jangan tekan kemarahan tetapi juga jangan terbiasa melampiaskan kemarahan.
3. Ampuni kesalahan orang lain. Kita harus mau memaafkan mereka yang bersalah kepada kita dengan segenap hati. Di dalam doa Bapa Kami ada pernyataan 'Ampunilah kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.' Ini mengerikan. Ini sama artinya: 'Ampuni saya seperti saya mengampuni orang lain.' Jika saya mengampuni setengah hati, berarti kita meminta Tuhan mengampuni kita setengah hati. Jika kita mengampuni dengan masih mengungkit-ungkit kesalahan orang lain, berarti kita meminta Tuhan mengungkit-ungkit kesalahan kita.
4. Ampuni diri sendiri. Beberapa orang perlu memaafkan dirinya sendiri karena dia sering berkata kepada dirinya: "Bodoh sekali aku ini telah mempercayainya."
5. Belajar percaya lagi sekalipun susah.

JADI SEPERTI-MU
Bapa Kau setia tak 'kan meninggalkan dan kupercaya Engkau milikku dan ku milik-Mu.
Kerinduanku tinggikan nama-Mu kar'na kutahu Engkau dalamku dan ku dalam-Mu.
Chorus: Ubah hatiku seputih hati-Mu, setulus salib-Mu, kasih-Mu Tuhan. Biar mataku seperti mata-Mu pancarkan kasih-Mu. Kumau jadi seperti-Mu.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.