Catatan
Ibadah ke-4 Minggu 07 April 2019
Mazmur 57:7 Mereka memasang jaring terhadap langkah-langkahku, ditundukkannya jiwaku, mereka menggali lobang di depanku, tetapi mereka sendiri jatuh ke dalamnya. Sela
Jangan hapuskan setiap kata yang telah dikanonkan di Alkitab, termasuk
kata “Sela”. Sela memberikan kesempatan kepada kita untuk mendekat kepada
Tuhan. Ketika dalam masalah, mungkin Daud ingat akan pertolongan Tuhan di masa
lalunya. Dulu dia pernah mengalahkan Goliat dengan membuat lubang di dahinya.
Padahal, seharusnya Goliat telah memakai helm besi yang menutupi dahinya.
Lalu bagaimana mungkin Daud bisa melubangi dahinya tanpa mengenai mata
atau hidung atau mulut Goliat? Kemungkinan besar helm Goliat lepas atau miring
ketika Goliat berlari karena saat itu dia juga mengenakan baju perang yang
beratnya bisa mencapai 14kg dan tombak yang dipegangnya juga berkisar 7kg.
Karena pengaruh gravitasi saat berlari, mungkin helmnya lepas atau miring
sehingga Daud bisa memanfaatkan momen tersebut untuk menjatuhkan Goliat. Jadi, kekuatan
Goliat justru menjadi kelemahannya sendiri.
Jadi, kemungkinan besar Daud ingat akan Goliat yang jatuh ke dalam
lubangnya sendiri. Mereka siap berpesta untuk mengumpulkan jenasah orang-orang
Israel, tetapi mereka malah dikalahkan oleh Daud. Dengan mengingat semua
pertolongan Tuhan di masa lalu, Daud pun bisa memiliki keyakinan bahwa jika
dulunya dia ditolong, sekarang dan nanti dia pun akan tetap ditolong.
Maka, tak masalah jika kita kembali ke masa lalu untuk mengingat mujizat
atau pertolongan atau kebaikan Tuhan kepada kita. Namun, jangan terjebak pada
kesuksesan masa lalu. En Gedi bukan hanya lembah kekelaman, tetapi juga bisa
kesuksesan. Di En Gedi Daud bukan hanya bersembunyi dari Saul, tetapi dia pun
beroleh kesempatan untuk membunuh Saul karena suatu hari tiba-tiba Saul masuk
ke dalam gua persembunyiannya untuk buang hajat. Meskipun demikian, Daud
tidak mau memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membunuh Saul karena dia
melihat Saul sebagai orang pertama yang diurapi oleh Tuhan. Daud pun
berdebar-debar ketika berhasil memotong punca jubah Saul.
Jadi, sekalipun air susu dibalas dengan air tuba alias kebaikannya kepada
Saul dibalas dengan upaya pembunuhan, dia tidak mau membalas atau menjamah
orang yang telah diurapi oleh Tuhan. Orang sabar akan senantiasa berdoa dan
selalu yakin bahwa dirinya akan menang belakangan sehingga mereka tidak serta
merta beranggapan bahwa setiap kesempatan yang terlihat menguntungkan pasti
berasal dari Tuhan. Daud pun menunggu musuh-musuhnya jatuh sendiri ke dalam
lubang yang mereka buat.
Maka dari itu, kita pun harus bersabar seperti Daud di tengah-tengah
masalah yang kita hadapi. Mungkin masalah kita tidak langsung terselesaikan
setelah berdoa, tetapi sikap hati kita pasti berubah. Mungkin hutang kita tetap
ada sekalipun kita telah berdoa, tetapi hati kita akan diubahkan sehingga mampu
menghadapi permasalahan tersebut. Tuhan berkata: "Diam dan nantikanlah Tuhan."
Pernahkah kita merasa seperti di atas awan? Kita harus ingat bahwa di
atas awan masih ada awan dan selalu ada yang lebih tinggi daripada kita, yakni
Tuhan. Ada seseorang yang memamerkan masa lalunya perihal pelayanan dan
pemakaian Tuhan atas dirinya di masa lalu, tetapi ketika ditanya masa kininya,
dia langsung diam seribu bahasa. Jangan seperti ini. Jika kita terlalu
membanggakan kesuksesan masa lalu kita, tetapi tidak lagi berbuah di masa kini,
ini artinya kita telah menjadi tiang garam. Padahal, kita harus menjadi terang
dan garam, bukan tiang garam.
Mazmur 57:8 Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur.
Dua Level Kesiapan Hati, yaitu:
1. Siap bersyukur. Kita harus senantiasa mengingat kasih dan kebaikan Tuhan di dalam hidup kita. Orang yang tidak siap bersyukur pasti tidak siap bertempur.
2. Siap bertempur.
1. Siap bersyukur. Kita harus senantiasa mengingat kasih dan kebaikan Tuhan di dalam hidup kita. Orang yang tidak siap bersyukur pasti tidak siap bertempur.
2. Siap bertempur.
0 komentar:
Post a Comment