Tuesday, April 9, 2019

Mazmur 57:7-8 ~ Ps. Philip Mantofa

Mazmur-mazmur En Gedi
Catatan Ibadah ke-4 Minggu 07 April 2019
Mazmur 57:7 Mereka memasang jaring terhadap langkah-langkahku, ditundukkannya jiwaku, mereka menggali lobang di depanku, tetapi mereka sendiri jatuh ke dalamnya. Sela
Jangan hapuskan setiap kata yang telah dikanonkan di Alkitab, termasuk kata “Sela”. Sela memberikan kesempatan kepada kita untuk mendekat kepada Tuhan. Ketika dalam masalah, mungkin Daud ingat akan pertolongan Tuhan di masa lalunya. Dulu dia pernah mengalahkan Goliat dengan membuat lubang di dahinya. Padahal, seharusnya Goliat telah memakai helm besi yang menutupi dahinya.

Lalu bagaimana mungkin Daud bisa melubangi dahinya tanpa mengenai mata atau hidung atau mulut Goliat? Kemungkinan besar helm Goliat lepas atau miring ketika Goliat berlari karena saat itu dia juga mengenakan baju perang yang beratnya bisa mencapai 14kg dan tombak yang dipegangnya juga berkisar 7kg. Karena pengaruh gravitasi saat berlari, mungkin helmnya lepas atau miring sehingga Daud bisa memanfaatkan momen tersebut untuk menjatuhkan Goliat. Jadi, kekuatan Goliat justru menjadi kelemahannya sendiri.

Bukan Kehendakku
Jadi, kemungkinan besar Daud ingat akan Goliat yang jatuh ke dalam lubangnya sendiri. Mereka siap berpesta untuk mengumpulkan jenasah orang-orang Israel, tetapi mereka malah dikalahkan oleh Daud. Dengan mengingat semua pertolongan Tuhan di masa lalu, Daud pun bisa memiliki keyakinan bahwa jika dulunya dia ditolong, sekarang dan nanti dia pun akan tetap ditolong.

Maka, tak masalah jika kita kembali ke masa lalu untuk mengingat mujizat atau pertolongan atau kebaikan Tuhan kepada kita. Namun, jangan terjebak pada kesuksesan masa lalu. En Gedi bukan hanya lembah kekelaman, tetapi juga bisa kesuksesan. Di En Gedi Daud bukan hanya bersembunyi dari Saul, tetapi dia pun beroleh kesempatan untuk membunuh Saul karena suatu hari tiba-tiba Saul masuk ke dalam gua persembunyiannya untuk buang hajat. Meskipun demikian, Daud tidak mau memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membunuh Saul karena dia melihat Saul sebagai orang pertama yang diurapi oleh Tuhan. Daud pun berdebar-debar ketika berhasil memotong punca jubah Saul.

Jadi, sekalipun air susu dibalas dengan air tuba alias kebaikannya kepada Saul dibalas dengan upaya pembunuhan, dia tidak mau membalas atau menjamah orang yang telah diurapi oleh Tuhan. Orang sabar akan senantiasa berdoa dan selalu yakin bahwa dirinya akan menang belakangan sehingga mereka tidak serta merta beranggapan bahwa setiap kesempatan yang terlihat menguntungkan pasti berasal dari Tuhan. Daud pun menunggu musuh-musuhnya jatuh sendiri ke dalam lubang yang mereka buat.

Belajar Legawa
Maka dari itu, kita pun harus bersabar seperti Daud di tengah-tengah masalah yang kita hadapi. Mungkin masalah kita tidak langsung terselesaikan setelah berdoa, tetapi sikap hati kita pasti berubah. Mungkin hutang kita tetap ada sekalipun kita telah berdoa, tetapi hati kita akan diubahkan sehingga mampu menghadapi permasalahan tersebut. Tuhan berkata: "Diam dan nantikanlah Tuhan."

Pernahkah kita merasa seperti di atas awan? Kita harus ingat bahwa di atas awan masih ada awan dan selalu ada yang lebih tinggi daripada kita, yakni Tuhan. Ada seseorang yang memamerkan masa lalunya perihal pelayanan dan pemakaian Tuhan atas dirinya di masa lalu, tetapi ketika ditanya masa kininya, dia langsung diam seribu bahasa. Jangan seperti ini. Jika kita terlalu membanggakan kesuksesan masa lalu kita, tetapi tidak lagi berbuah di masa kini, ini artinya kita telah menjadi tiang garam. Padahal, kita harus menjadi terang dan garam, bukan tiang garam.
Mazmur 57:8 Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur.
Dua Level Kesiapan Hati, yaitu:
1. Siap bersyukur. Kita harus senantiasa mengingat kasih dan kebaikan Tuhan di dalam hidup kita. Orang yang tidak siap bersyukur pasti tidak siap bertempur.
2. Siap bertempur.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.