Catatan
Ibadah ke-1 Minggu 30 Des 2018
Ah, daripada menjadi konsultan pajak, lebih baik aku menjadi konsultannya
para jomblo saja agar jumlah Jomblo Ngenes semakin berkurang. Kemarin tuh
bertemu Jomblo Ngenes dari gereja lain yang curhat perihal isteri dan anaknya
yang tidak pernah mempedulikan dia. Mereka datang dan pergi sesuka hati mereka
sehingga dia merasa sendirian di rumah. “M’reka datang dan pergi sesuka hatinya. Kejamnya m’reka,
teganya m’reka padaku...”
Lho! Jomblo kok punya anak isteri? Iya.. kebanyakan orang mengatakan
bahwa jomblo itu nasib. Jadi, jomblo itu bukan status. Paham ya? Nah,
ceritanya Jomblo Ngenes tuh menikah dengan Jomblo Pikun. Pasti tahu ya
resikonya. Jomblo Pikun tuh lupa akan tujuan pernikahan serta lupa pula
pentingnya kasih dan pengampunan di dalam keluarga.
Entah masalahnya apa tetapi sudah puluhan tahun lamanya mereka tidak akur
meskipun masih seatap. Jomblo Pikun mungkin tidak merasa kesepian karena masih
didukung anak dan menantunya tetapi Jomblo ngenes merasa sangat kesepian. Dia
mengatakan bahwa di dalam keluarganya sudah tidak ada kasih untuknya.
Katanya dulu dia ikut ke gereja dan dia sudah diberitahu untuk tidak
menerima roti dan anggur saat perjamuan kudus karena dia belum dibaptis. Namun,
Jomblo Ngenes tetap saja mengambilnya karena dia merasa tak enak jika tidak
mengambilnya. Maunya makan sehidangan gitu lho meskipun status
keselamatan belum sama karena anak dan isterinya sudah dibaptis. Alhasil,
Jomblo Ngenes dimarahi anaknya. Hal ini membuatnya kesal sehingga dia tidak mau
ke gereja lagi. Dia berkata: "Kalau
di gereja tidak boleh makan roti dan anggur, lebih baik tidak ke gereja dan
makan sendiri di rumah saja."
Wah, masa perjamuan kudus menjadi akar pertengkaran? Tak mungkin lha.
Pasti ada masalah lainnya. Mungkin anaknya menyimpan kepahitan terhadapnya
karena perilakunya kepada Jomblo Pikun di masa lalu atau faktor-faktor masa
kini yang tidak sesuai harapan dan keinginan anaknya. Namun, Jomblo Ngenes
berdalih: "Percuma anak dan
isteriku ke gereja tiap Minggu tetapi tidak mau mengampuni." Wah,
gimana ya? Mungkin ada kesalahan masa lalunya yang terakumulasi di hati anak dan
isterinya. Nah, jika seseorang menyimpan kepahitan, biasanya sich susah
mendengar firman Tuhan. Akar pahitnya harus dicabut dulu tuh.
Selain itu, orang yang rajin datang ke gereja juga tidak otomatis
berubah. Jika gereja bisa secara instan mengubah hati manusia, sudah dari dulu
kupaksa orang-orang menyebalkan untuk pergi ke gereja. Biarkan mereka mengomel
dan marah-marah asalkan setiba di gereja mereka bisa langsung bertobat...
hahaha... (mimpi di siang bolong)
**: "Perubahan itu perlu proses
sehingga kita perlu sabar menunggu perubahan orang lain. Jika tidak bisa sabar,
ya ujian kesabarannya akan diulang-ulang terus sampai lulus."
JN: "Mungkin tunggu aku mati,
mereka baru berubah."
**: "Daripada menunggu
mereka berubah, mengapa tidak berubah terlebih dulu? Jika ingin berdamai, harus
ada salah satu pihak yang mau mengupayakan perubahan."
Sayangnya, Jomblo Ngenes tetap tidak mau mengubah diri terlebih dulu dan
terus berharap anak, isterinya berubah dulu dengan dalih mereka sudah ke gereja
tiap Minggu. Wuih, jika sama-sama tidak mau berubah dan sama-sama menuntut
perubahan orang lain terlebih dahulu, ya mana bisa bahagia?
Amsal 22:6 Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.
Ketika diminta Jomblo Kembang alias seorang janda untuk mendidik cucunya
dari kecil agar tidak menjadi seperti anaknya, Jomblo Ngenes malah menjawab: "Tiap Minggu cucuku sudah diajak ke
gereja kok." Lho, mana bisa? Dalam seminggu kita biasanya di gereja
hanya sekitar 1-2 jam tetapi di luar gereja bisa sekitar 166 jam seminggu. Nah,
jika semua yang disampaikan pendeta di gereja tidak dipraktekkan jemaat,
pendeta ya tidak akan tahu, kecuali jemaatnya tinggal seatap dengan pendetanya
atau diinfo oleh sumber-sumber lain. Mendidik anak tuh tanggung jawab utamanya
orang tua.
Amsal 29:17 Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.
Banyak orang sering berkata: “Jomblo
itu nasib. Ini sudah menjadi nasibku.” Padahal, nasib itu bisa diubah jika
kita mau mengambil keputusan untuk mengubahnya dengan berserah kepada Tuhan.
TERANGI
DUNIA ~ GMS Live
Woo, o, o, wo, o, ow (x6). Bangkit kumau bangkit bagi-Mu. Bersinar dan
memuliakan-Mu. Maju kumau maju bagi-Mu. Berjalan dengan kuat imanku.
Pre Chorus: Kumau hidup jadi terang-Mu. Terangi dunia di
sek'lilingku.
Chorus: Bangkit dan bersinar bagi-Mu. Serukan
nama-Mu atas kemenanganku. Maju dan tinggikan Nama-Mu. Saksikan kemenangan.
Nyatakan Kaulah Tuhan di hidupku. Woo, o, o, wo, o,
ow (x3)
0 komentar:
Post a Comment