Sunday, December 23, 2018

Diam-diam Terima Yesus

Catatan Ibadah Natal ke-2 Minggu 23 Des 2018

Di sebuah toko terlihat seorang pembeli sedang menawar harga tas. Pembeli telah menyampaikan bahwa dia lebih menyukai tas A daripada tas B tetapi harganya tidak sesuai budget. Lalu terdengar bahwa penjual menurunkan harga tas B hingga 50% tetapi pembeli tetap belum ada niat untuk membelinya sehingga dia berkata: “Nanti dulu. Nanti dulu. Saya coba cari yang lain dulu karena belum cocok.” Maka, terdengarlah si penjual berkata: "Tadi menawar. Sekarang sudah dikasih setengah harga, tetapi tidak mau beli. Wanita itu ya sukanya putar-putar mengecek harga terlebih dahulu lalu tidak jadi membeli dan akhirnya dapat tas yang lebih jelek."

Hahaha... Kok bisa ya penjualnya mengatakan hal semacam itu? Jelas-jelas pembeli lebih suka kepada tas A daripada tas B dan yang ditawar tas A, tetapi yang diturunkan harganya justru tas B. Selain itu, masa dia lupa kalau dirinya sendiri juga wanita? Lantas dengan raut muka kesal, penjual itu mengamati pembeli yang pergi dari tokonya untuk membeli tas di toko lain. Di toko lain penjualnya memang terlihat ramah dan tetap tersenyum lebar ketika pembeli menawar harga. Jadinya, mereka deal dan terjadilah transaksi yang menguntungkan kedua belah pihak.

Hehehe... Jika kita menawarkan jalan keselamatan kepada orang lain, mereka juga tidak mau dipaksa menerima tawaran kita. Sekalipun kita tawarkan secara gratis atau cuma-cuma, mereka ya tetap tidak mau jika dipandang belum sesuai dengan keinginannya atau belum siap dengan budget resikonya. Jadi, jika mereka mau putar-putar dulu untuk menemukan jalan keselamatan yang lain, percuma aja kita kesal kepada orang tersebut. Semakin kita kesal kepadanya, semakin menjauhlah orang itu. Betul tidak?
Yohanes 6: 43-45 Jawab Yesus kepada mereka: "Jangan kamu bersungut-sungut. Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku.
Selain itu, mungkin memang benar bahwa banyak orang yang diam-diam mengagumi Yesus tetapi sebagian besar di antaranya benar-benar takut mengakui Yesus secara terang-terangan. Tampaknya kekaguman tidak selalu seiring sejalan dengan kepercayaan.

Ada orang yang pernah diam-diam mengaku kepadaku bahwa dia Kristen tetapi seisi rumahnya tidak mengetahui hal ini karena dia takut dimarahi atau dikucilkan atau dibilang kafir jika sampai ketahuan. Jadi, dia menerima Yesus dan dibaptis dalam nama Yesus secara diam-diam.

Ada pula orang yang mau menerima Yesus tetapi tidak mau ke gereja tiap Minggu dan hanya ke gereja saat Natal saja. Orang ini juga belum mau dibaptis karena takut ketahuan pasangannya yang mungkin mengamuk hebat jika mengetahui dia masuk Kristen. Untuk mengikut Yesus, tampaknya dia belum siap menghadapi resiko semacam itu. Jadi, tiap kali ditawari baptis, jawabannya: “Tidak. Nanti dulu. Nanti dulu. Belum siap.”

Jadi, sekalipun mereka mendengar bahwa Yesus adalah Raja di atas segala raja dan pemilik kehidupan ini, mereka belum bisa menyingkirkan ketakutan-ketakutannya. Sementara itu ada orang yang rajin ke gereja tiap minggu untuk mendengar tentang Yesus tetapi juga belum mau dibaptis. Orang semacam ini kelihatannya juga belum terlalu yakin dengan kepercayaannya dan masih membutuhkan waktu untuk mengenal Yesus secara mendalam.

Jadi, untuk mengakui Yesus secara terang-terangan, kelihatannya harus menyingkirkan roh ketakutan terlebih dahulu. Namun, ketakutan hanya bisa diusir dengan iman atau keyakinan yang teguh kepada Tuhan. Untuk bisa beriman, tentu saja dibutuhkan pengenalan akan Tuhan secara mendalam. Untuk bisa mengenal-Nya, tentulah dibutuhkan waktu untuk berbincang-bincang dengan-Nya. Nah, jika belum ada niat yang kuat untuk mengenal Tuhan, bagaimana bisa meluangkan waktu untuk-Nya? Jika tidak mau meluangkan waktu untuk-Nya, bagaimana bisa mengenal-Nya dengan baik? Ah... kembali lagi ke Yohanes 6: 43-45.
Namun, terkadang kita juga lupa bahwa dulunya kita seperti kebanyakan wanita atau calon mempelai Kristus yang cenderung berkata: “Nanti dulu. Nanti dulu.” karena masih mencoba menemukan jalan lain yang sesuai dengan selera dan budget resiko kita. Bahkan, saat itu kita rela memperoleh jalan yang lebih jelek asalkan sesuai budget resiko yang telah kita tetapkan. Iya apa ya? Hehehe... Jadi, kita pun mesti ekstra sabar dalam menghadapi penolakan mereka.

JANJI-MU (GMS Live)
Lebih dari para penjaga mengharap fajar pagi, segenap asaku dan relung hati berharap pada-Mu. Walau ku tak dapat melihat jalan-Mu, namun kumemilih ‘tuk percaya penuh pada-Mu Yesus.
Reff: Kupercaya akan janji-Mu. Tak sedetik pun aku ragu. Satu hal kutahu bahwa janji-Mu tak akan pernah lekang oleh waktu, pasti digenapi.
Bridge: Karena Kau yang berjanji adalah SETIA. Engkau yang lebih tahu...

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.