Catatan Ibadah Natal ke-2 Minggu 23 Des 2018
Di sebuah toko terlihat seorang pembeli sedang menawar harga tas. Pembeli
telah menyampaikan bahwa dia lebih menyukai tas A daripada tas B tetapi
harganya tidak sesuai budget. Lalu
terdengar bahwa penjual menurunkan harga tas B hingga 50% tetapi pembeli tetap
belum ada niat untuk membelinya sehingga dia berkata: “Nanti dulu. Nanti dulu. Saya coba cari yang lain dulu karena belum
cocok.” Maka, terdengarlah si penjual berkata: "Tadi menawar. Sekarang sudah dikasih setengah harga, tetapi tidak
mau beli. Wanita itu ya sukanya putar-putar mengecek harga terlebih dahulu lalu
tidak jadi membeli dan akhirnya dapat tas yang lebih jelek."
Hahaha... Kok bisa ya penjualnya mengatakan hal semacam itu? Jelas-jelas
pembeli lebih suka kepada tas A daripada tas B dan yang ditawar tas A, tetapi
yang diturunkan harganya justru tas B. Selain itu, masa dia lupa kalau dirinya
sendiri juga wanita? Lantas dengan raut muka kesal, penjual itu mengamati
pembeli yang pergi dari tokonya untuk membeli tas di toko lain. Di toko lain
penjualnya memang terlihat ramah dan tetap tersenyum lebar ketika pembeli
menawar harga. Jadinya, mereka deal
dan terjadilah transaksi yang menguntungkan kedua belah pihak.
Hehehe... Jika kita menawarkan jalan keselamatan kepada orang lain,
mereka juga tidak mau dipaksa menerima tawaran kita. Sekalipun kita tawarkan
secara gratis atau cuma-cuma, mereka ya tetap tidak mau jika dipandang belum
sesuai dengan keinginannya atau belum siap dengan budget resikonya. Jadi, jika mereka mau putar-putar dulu untuk
menemukan jalan keselamatan yang lain, percuma aja kita kesal kepada orang
tersebut. Semakin kita kesal kepadanya, semakin menjauhlah orang itu. Betul
tidak?
Yohanes 6: 43-45 Jawab Yesus kepada mereka: "Jangan kamu bersungut-sungut. Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku.
Selain itu, mungkin memang benar bahwa banyak orang yang diam-diam
mengagumi Yesus tetapi sebagian besar di antaranya benar-benar takut mengakui
Yesus secara terang-terangan. Tampaknya kekaguman tidak selalu seiring sejalan
dengan kepercayaan.
Ada orang yang pernah diam-diam mengaku kepadaku bahwa dia Kristen tetapi
seisi rumahnya tidak mengetahui hal ini karena dia takut dimarahi atau
dikucilkan atau dibilang kafir jika sampai ketahuan. Jadi, dia menerima Yesus
dan dibaptis dalam nama Yesus secara diam-diam.
Ada pula orang yang mau menerima Yesus tetapi tidak mau ke gereja tiap
Minggu dan hanya ke gereja saat Natal saja. Orang ini juga belum mau dibaptis
karena takut ketahuan pasangannya yang mungkin mengamuk hebat jika mengetahui
dia masuk Kristen. Untuk mengikut Yesus, tampaknya dia belum siap menghadapi
resiko semacam itu. Jadi, tiap kali ditawari baptis, jawabannya: “Tidak. Nanti dulu. Nanti dulu. Belum siap.”
Jadi, sekalipun mereka mendengar bahwa Yesus adalah Raja di atas segala
raja dan pemilik kehidupan ini, mereka belum bisa menyingkirkan
ketakutan-ketakutannya. Sementara itu ada orang yang rajin ke gereja tiap
minggu untuk mendengar tentang Yesus tetapi juga belum mau dibaptis. Orang
semacam ini kelihatannya juga belum terlalu yakin dengan kepercayaannya dan
masih membutuhkan waktu untuk mengenal Yesus secara mendalam.
Jadi, untuk mengakui Yesus secara terang-terangan, kelihatannya harus
menyingkirkan roh ketakutan terlebih dahulu. Namun, ketakutan hanya bisa
diusir dengan iman atau keyakinan yang teguh kepada Tuhan. Untuk bisa beriman,
tentu saja dibutuhkan pengenalan akan Tuhan secara mendalam. Untuk bisa
mengenal-Nya, tentulah dibutuhkan waktu untuk berbincang-bincang dengan-Nya. Nah,
jika belum ada niat yang kuat untuk mengenal Tuhan, bagaimana bisa meluangkan
waktu untuk-Nya? Jika tidak mau meluangkan waktu untuk-Nya, bagaimana bisa
mengenal-Nya dengan baik? Ah... kembali lagi ke Yohanes 6: 43-45.
Namun, terkadang kita juga lupa bahwa dulunya kita seperti kebanyakan
wanita atau calon mempelai Kristus yang cenderung berkata: “Nanti dulu. Nanti dulu.” karena masih mencoba menemukan jalan
lain yang sesuai dengan selera dan budget
resiko kita. Bahkan, saat itu kita rela memperoleh jalan yang lebih jelek
asalkan sesuai budget resiko yang telah
kita tetapkan. Iya apa ya? Hehehe... Jadi, kita pun mesti ekstra sabar dalam
menghadapi penolakan mereka.
JANJI-MU (GMS Live)
Lebih dari para penjaga mengharap fajar pagi, segenap asaku dan relung
hati berharap pada-Mu. Walau ku tak dapat melihat jalan-Mu, namun kumemilih ‘tuk
percaya penuh pada-Mu Yesus.
Reff: Kupercaya akan janji-Mu. Tak sedetik pun aku
ragu. Satu hal kutahu bahwa janji-Mu tak akan pernah lekang oleh waktu, pasti
digenapi.
Bridge: Karena Kau yang berjanji adalah SETIA. Engkau
yang lebih tahu...
0 komentar:
Post a Comment