Catatan Ibadah ke-1 Minggu
20 Mei 2018
Beberapa
waktu lalu kulihat cece (6 tahun) dan titi (2 tahun) bermain kejar-kejaran.
Mereka mau berlarian ke jalan raya. Ketika kuminta masuk rumah, mereka segera
berlari ke dalam rumah lalu titi naik tangga dengan cepatnya. Aku tidak keburu
mengejarnya karena dari dulu nilai lariku dalam setiap pelajaran olahraga
selalu pas-pasan (nilai belas kasihan)... wkwwkw...
Dulu
aku dan teman-temanku mengatakan bahwa aku tak bisa berlari cepat mungkin karena
kakiku kecil tetapi sekarang yang sedang kukejar malah berkaki lebih kecil
daripada kakiku. Namun, cepat sekali
larinya dan tiba-tiba musibah terjadi. Karena kehilangan keseimbangan, titi
terjatuh dari anak tangga ke-5 lalu jungkir balik melewati beberapa anak
tangga.
Dari
jarak sekitar 3 meter aku hanya bisa berlari sambil berteriak kencang: "titiiiii" dan kulihat cece
segera menunduk ketakutan sambil memegangi kedua telinganya. Buuk... uwaah..
titi pun menangis keras dalam posisi telungkup di dekat kaki cece. Aku segera
mengangkat dan menggendong titi. Sambil menepuk-nepuk punggung dan mengelus
kepalanya, aku hanya bisa berkata berulang-ulang: "Tidak apa-apa. Titi baik.
Titi sembuh. Titi sehat. Titi kuat. Titi hebat. Titi berani. Titi baik-baik
saja."
Setelah
titi menangis selama beberapa waktu, aku pun bertanya: "mana yang sakit?" tetapi dia tidak menjawabnya. Kulihat
ada sedikit benjolan kecil sekitar seperempet kelereng di dahinya. Namun, tak
lama kemudian dia sudah tersenyum dan berlarian lagi. Wuiih, kelihatannya ada malaikat penjaga yang
menolongnya. Nih anak pasti dilindungi Tuhan. Jika tidak, mungkin dia bisa
celaka lebih parah daripada sekedar benjolan kecil. Beberapa hari kemudian benjolnya pun lenyap tak berbekas.
Eh,
ternyata titi tidak jera begitu saja dan dia masih mau naik tangga lagi. Maka,
sambil memeganginya aku bertanya kepadanya: "Masih mau naik tangga lagi?
Tidak ingat kamu pernah jatuh jungkir balik dari tangga?" Karena
baru bisa mengucapkan satu suku kata, dari anak tangga ketiga, titi menjawab
dengan bahasa isyarat. Kedua tangannya digerak-gerakkan sambil menunjuk dari
atas ke bawah lalu berkata: "blok".
Maksudnya: ceblok atau jatuh.
Ya
ampun. Ternyata titi ingat peristiwanya dan dia juga bisa menceritakannya
dengan bahasanya tetapi dia tetap tidak
takut naik tangga. Bahkan, dia marah hingga menangis jika dilarang naik
tangga. "Apa kamu tidak takut jatuh lagi?", tanyaku kepadanya
tetapi dia tidak menjawab pertanyaanku. Dia pun terlihat bangga jika bisa naik
tangga sendiri hingga aku diusir-usirnya jika berusaha menjaganya di tangga: "gi... gi... gi..." (sambil
menggerakkan kedua tangan tanda penolakan)
Sementara
itu cece juga suka loncat dari anak tangga kesatu hingga kedua. Astaganaga, ini
nich yang justru bisa membuatku kapok menjaga anak-anak balita. Kok mereka bisa tidak takut jatuh sich
padahal mereka sudah tahu sakitnya jatuh lho?!? Acapkali jatuh mereka pun
menangis dengan keras pula. Namun, setelah itu masih diulangi lagi, lagi, lagi,
lagi, dan lagi lagi dech. Kapoknya kapan?!?
Sewaktu
SD aku juga suka loncat dari anak tangga setinggi satu meteran dari yang paling
bawah hingga paling atas secara bersamaan atau bergantian dengan teman-teman
asramaku. Saat itu kami uji nyali bersama-sama karena kami tidak memahami
bahayanya jatuh dari tangga. Maklumlah kami belum pernah jatuh selama melakukan
adegan berbahaya itu sehingga kami bisa bersorak sorai gembira. ^_^ Biasanya
kami justru jatuh karena berlarian di halaman. Namun, suster Belanda di asrama
selalu berkata: "Ne Ne Ne"
jika melihat kami melakukannya sehingga kami tidak akan melakukannya jika ada
suster.
Kala
itu kami pikir suster penakut atau tidak pernah menjadi anak-anak sehingga
tidak bisa memahami permainan kami. Namun, sekarang kusadari bahwa hal itu
merupakan permainan berbahaya. Anak kecil tidak takut karena belum menyadari
bahayanya sedangkan orang dewasa telah menambah pengetahuannya sehingga
memahami faktor resiko. Nah, masalahnya
ya tidak mudah menjelaskan faktor resiko kepada anak-anak kecil yang tidak
takut. Alhasil, aku yang takut menjaga mereka... wkwwk...
AT the BEGINNING ~ Ninja
Hatori
Mendaki
gunung lewati lembah, Sungai mengalir indah ke laut, Bersama teman bertualang
Tempat yang mana pernah terjamah. Suasana yang ramai di tengah kota, Selalu
waspadalah kalau berjalan. Siap menolong orang dimana saja. Gozaru gozaru
itulah asalnya. Pembela kebenaran dan keadilan, hey ninja gozaru.
Di dahan
pohon dia mulai beraksi Menjaga anak - anak bermain di taman. Bunga - bunga
indah terbang ke awan Membawa hati kita jadi gembira. Gozaru gozaru itulah
asalnya. Pembela kebenaran dan keadilan, hey ninja gozaru.
0 komentar:
Post a Comment