Sunday, May 20, 2018

Cara Mengatasi Ketakutan - Ps. Philip Mantofa

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 20 Mei 2018

Seharusnya minggu ini ko Philip di Jakarta tetapi dibatalkan karena dia mau memberikan terapi rohani untuk menguatkan pusat gerejanya di Surabaya yang minggu lalu mengalami teror. Di luar kota efeknya kurang terasa tetapi di Surabaya amat terasa. Meskipun gereja kami di Surabaya tidak turut diserang tetapi ibadah minggu lalu hanya berlangsung satu kali dan selebihnya dibatalkan. Ini bukan karena takut. Ini merupakan langkah bijaksana agar para polisi tidak disiagakan untuk melindungi suatu acara di gereja tetapi bekerja menangkap para teroris.

Hari ini ibadah di gereja akan diadakan lima kali dan ini merupakan pertama kalinya ko Philip berkhotbah 5 kali semenjak usia 20 tahun. Dia tidak ingin jemaat merasa takut. Takut memang ada baiknya karena bisa membuat kita waspada atau berhati-hati, seperti takut akan Tuhan. Namun, jangan sampai rasa takut melumpuhkan kita. Orang Kristen harus mengutamakan orang lain terlebih dahulu. Jika dilanda rasa takut, hal ini bisa membuat seseorang kabur duluan tanpa memikirkan orang lain.
Yohanes 6:16-21 Yesus berjalan di atas air. Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang. Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.
Tuhan Berkuasa1. Jangan takut akan situasi.
Mungkin kita bisa memperkirakan atau menebak-nebak sesuatu terjadi tetapi kita tidak bisa mengetahui dengan pasti segala sesuatu yang akan terjadi. Kadang kala memang terjadi hal-hal yang berada di luar kendali kita. Mungkin kita tidak mengerti mengapa ada sejumlah orang yang menjadi korban bom tetapi kita harus tetap yakin bahwa Tuhan itu baik. Inilah iman. Iman tidak ditentukan oleh perasaan.

Orang yang ketakutan seringkali susah beriman karena membiarkan sesuatu di luar dirinya masuk ke dalam dirinya. Di tengah danau yang diterjang badai para murid memperhatikan arus air yang deras. Dalam keadaan seperti itu air bisa menarik semua benda yang ada di atasnya. Sekalipun pandai berenang, susah untuk menyelamatkan diri, apalagi jika tidak bisa berenang. Keadaan menakutkan ini mereka masukkan ke dalam diri mereka sehingga mereka mulai takut.

Orang yang takut cenderung tidak bisa berpikir jernih dan tidak bisa memimpin di tengah krisis. Oleh karena itu, jangan pernah membiarkan situasi di luar diri kita masuk ke dalam diri kita. Jangan mengambil keputusan pada saat marah. Jangan mengambil keputusan permanen berdasarkan situasi sementara. Contoh: Jangan meninggalkan gereja hanya karena pernah dikecewakan oleh sesama jemaat dan jangan bunuh diri karena usaha bangkrut.

Bahkan, sekalipun ko Philip menjadi korban bom, jemaat harus tetap berpegang teguh pada teologi kebenaran yang telah diajarkan. Jangan sampai meninggalkan teologi karena peristiwa sementara. Tuhan punya rencana berbeda-beda untuk setiap orang dan Dia tetap memegang kendali. Surabaya masih ada. Indonesia masih ada. Tuhan masih berkuasa sehingga Dia tidak memberikan kekuasaan kepada orang-orang yang tidak benar.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.