Friday, September 8, 2017

Menerima Berkat Terselubung

Pada suatu hari Tuhan berfirman.
Lukas 21:34-35 "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.
: "Apa maksudnya? Aku kan tidak suka pesta pora. Bahkan, ultah pun kurahasiakan agar tak ada orang luar yang repot-repot merayakannya karena di rumah sich kami sudah terbiasa tidak merayakan. Hmm... jangan-jangan ultahku sudah diketahui oleh beberapa orang di ladang. Oh Tuhan, bagaimana ini? Jika mereka tahu, mereka pasti memberi kado. Jika seseorang diberi kado, biasanya sich mentraktir makan. Terlebih lagi sebagian besar dari mereka emang suka makan."

Eh, sehari sebelum ultah mendadak tenggorokanku agak sakit. Lalu keesokan harinya tepat pada ultahku yang kesekian tenggorokan ini masih sakit. Untunglah ini hari Sabtu. Minggu pagi tenggorokan ini sudah terasa membaik sehingga aku ke gereja lalu beraktivitas seperti biasanya. Senin pagi ternyata tenggorokanku masih sakit dan ditambah sesak nafas karena hidung dan tenggorokan seperti agak tersumbat. Alhasil, aku enggan bangun tidur tetapi kicauan burung-burung gereja seakan-akan berkata: "Ayo bangun! Lihat, hari ini cerah! Bersukacitalah senantiasa! Hati yang gembira adalah obat yang mujarab."

: "^_^ Iya... Tampaknya beberapa teman di ladang sudah mengetahui ultahku dan sudah menyiapkan sesuatu untukku. Aku tak bisa menghindarinya dan hanya bisa menundanya. Jika hari ini aku tidak masuk, mereka pasti menunda acaranya hingga aku masuk. Selain itu, biasanya aku membutuhkan waktu sekitar 1,5 - 2 minggu untuk pulih dari sakit tenggorokan. Mana mungkin aku istirahat selama itu? Oke dech, aku bangun walaupun mata ini juga terasa amat berat."

Sesampainya di ladang semua terjadi seturut prediksiku.
: "Oh Tuhan, kenapa Kau membiarkanku sakit di hari ultahku? Kenapa tidak memberiku kesehatan? Setidaknya beri aku uang untuk mentraktir mereka karena biasanya Engkau yang menyediakan benih bagi penabur...^.^"
2 Korintus 9:10 Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;
Ayub 2:10 Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
: "Apa kamu mentraktir keluargamu?"
: "Tidak tetapi mereka pasti mengerti karena sehari-harinya kami telah berusaha mencukupkan diri dalam segala keadaan hingga seringkali kami menerapkan pola makan ala Daniel. ^_^ Namun, teman-temanku belum tentu mau mengerti. Jika aku tidak mentraktir mereka, aku bisa dianggap pelit. Apalagi mereka telah urunan untuk memberiku kado."

: "Tidak usah mentraktir mereka dan biarlah mereka belajar ikhlas dan tulus dalam memberi. Kasih sejati tidak mengharapkan balasan."
: "Hmmm.... masa suara hatiku malah mengajarku untuk pelit? Jangan-jangan aku mendengar suara iblis karena sedang tak sehat. Om Google, cerita donk tentang budaya traktiran ultah."

Ternyata ceritanya sich hampir serupa tetapi ada satu gambar yang menggugah hati nuraniku hingga aku tergerak untuk mengubah budaya traktiran dimulai dari diri sendiri. Ini gambarnya:
Ubah Budaya Traktiran
Oke, hari ini tentulah mereka masih bisa terima jika tidak kutraktir karena kemungkinan besar mereka berpikir bahwa aku tak menyangka mereka tahu ultahku.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.