Keesokan paginya aku mendapat
lagu ini:
KASIH
dari SURGA
Kasih
dari surga memenuhi tempat ini. Kasih dari Bapa surgawi. Kasih dari Yesus
mengalir di hatiku membuat damai di hidupku.
Reff:
Mengalir kasih dari tempat tinggi, Mengalir kasih dari tahta Allah Bapa,
Mengalir, mengalir, mengalir dan mengalir, Mengalir memenuhi hidupku.
Namun, tak lama berselang
seseorang memberitahuku: "Tadi malam
isteri pak H meninggal." Oh Tuhan, kemarin lusa kesalahan laporanku
telah membuatnya dimarahi bos besar dan sekarang begini. Semoga saja dia kuat. Beberapa menit kemudian bu T dimarahi pak F
terkait laporanku itu. Kemudian pak F mengutus kami berdua untuk melayat isteri
pak H.
Bu T pun bertanya: "Apakah
sebelum aku datang kamu dimarahi pak F?" Jawabku: "Tidak. Kemarin saat jam istirahat pak
H memberitahuku bahwa masalah kesalahan laporanku sudah beres. Aku juga tidak
menyangka bahwa hari ini pak F akan memarahi bu T. Apa masalah tersebut memang
dibahas lagi saat meeting kemarin?" Bu T pun membenarkan. Waduh...
gimana nich? Mungkin ini sebabnya kami berdua yang diutus pergi.
Di rumah pak H pastilah kami
harus berhadapan dengan mereka semua yang telah dimarahi bos besar karena
kesalahanku tetapi kenapa hari ini malah dikasih lagu 'Kasih dari Surga'? Ini
berarti mereka semua tak akan marah tetapi bagaimana dengan bos besar? Aku
telah membuatnya memarahi banyak orang yang tak bersalah.
Sesampai di sana kulihat
wajah-wajah yang bersahabat sehingga aku tenang tetapi aku belum melihat bos
besar. Lalu tiba-tiba Tuhan memberikan kesempatan untuk duduk di samping anak
bos karena Tuhan mengetahui kegalauanku. Maka, aku bisa bertanya kepadanya: "Koko tidak ikut retret?" Dia
pun menjawab tidak lalu memberitahuku bahwa babenya sudah berangkat retret
sejak pagi tadi. Fiuh... syukurlah.
Ini berarti bos besar tidak ada kesempatan untuk memarahiku karena sepulang
retret dia langsung balik ke Jakarta dan retret itu seharusnya membuat dia
tenang...^.^
Beberapa menit kemudian pak S
mengajak koko pergi ke bandara agar tidak ketinggalan pesawat. Pak Mi mengantar
mereka hingga ke tempat mobil diparkir. Sementara itu pak H bertanya kepadaku: "Apa
kamu tidak dimarahi pak Mi terkait laporanmu?" Aku menjawab tidak
dan hampir bertepatan dengan pertanyaan tersebut pak Mi telah kembali dan pak H
menyinggung soal laporanku yang salah.
Dengan tersenyum pak Mi
berkata: "Iya... karena laporan itu,
aku sampai ditanyai pak S karena aku melihat sendiri barangnya." Lalu
pak H menimpali: "Bos besar sampai
tidak bisa tidur karena memikirkan hal itu." Pak Mo menyahut dengan
tersenyum: "Aku juga terkena
imbasnya." Lalu mereka saling menimpali sambil tertawa: "Untung tidak ada yang jantungan. Lain
kali kalau meminta laporan dari Rully harus dicek berkali-kali karena bisa
salah rumus."
Karena mereka semua tertawa, hari itu aku benar-benar merasakan kasih
dari Surga. ^_^ Kemudian aku mendapat pesan: "Kamu jangan buat rusuh lagi." Aku pun mengiyakan.
Aduh... mauku memang juga begitu. Aku sudah berhati-hati tetapi entah mengapa
selalu saja ada hal-hal tak terduga. Ada apa yach dengan hari itu? Kok aku bisa
sampai salah sefatal itu?
Biasanya jika aku melakukan
kesalahan besar, aku bisa menghukum diriku sendiri dengan tidak makan sehingga
aku tidak perlu dihukum oleh orang lain. Hehehe... sedikit mirip lha dengan
pengalaman Ps. Philip Mantofa dalam kegagalannya bersabar terhadap diri sendiri.
Namun, kali ini kasih dari Surga membuatku tidak punya kekuatan untuk menghukum
diri sendiri. Apalagi pak Mi mentraktirku pula dan aku sungguh menghargai niat
baiknya. ^_^
Dari peristiwa tersebut aku
semakin mengetahui tingkat kesabaran mereka. Orang sabar benar-benar mudah memaafkan dan sanggup menanggung segala sesuatu
sedangkan orang yang pemarah cenderung meneruskan kemarahan yang diterimanya.
Meskipun demikian, aku merasa aneh. Dulu aku tidak siap dimarahi malah dimarahi
padahal tidak bersalah. Namun, kini aku benar-benar salah dan siap dimarahi
malah tidak dimarahi. Bahkan, mereka malah memberkatiku dengan kesabaran dan
pengampunan. Kenapa ya? Apa karena kesiapan hati?
Ouw... Tiba-tiba aku teringat
bahwa hari Tuhan juga akan datang secara tiba-tiba seperti kedatangan pencuri
sehingga aku harus selalu siap sedia.
Jika aku tidak siap menyambut kedatangan Tuhan, tentulah aku akan berdukacita
saat kedatangan-Nya. Sebaliknya, jika aku siap dengan kedatangan-Nya, aku akan
bersukacita menyambut-Nya.
Lukas
21:34-36 "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan
kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan
dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan
menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa,
supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan
supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."
0 komentar:
Post a Comment