Sunday, June 18, 2017

Melewati Jembatan: Oh! Seram

Catatan Ibadah ke-2 Minggu 18 Juni 2017

Ketika masih SD, ada tetangga yang meninggal lalu aku diminta mama memberikan sekantong beras kepada anggota keluarga yang ditinggalkannya. Mama memberitahuku bahwa aku harus masuk ke sebuah gang yang terletak tepat di sebelah kanan rumah lalu aku hanya perlu berjalan lurus hingga melewati sebuah jembatan kayu dan rumah mereka berada di seberang jembatan itu.

Jembatan Kayu
Oh, kedengarannya mudah sehingga kuterima saja tugas itu. Jika jalannya berkelok-kelok, mungkin kutolak karena aku susah menghafal jalan...^.^ Nah, ketika melihat jembatannya, aku mulai takut. Kulihat jembatan itu bergoyang ketika beberapa orang melewatinya padahal di bawahnya ada sungai kecil. Hiiih... kalau jatuh, bagaimana?

Nah, waktu aku takut, aku ini percaya kepada mama. Mana mungkin mama memintaku melewati jembatan ini jika berbahaya? Maka, aku pun melangkahkan kaki di atas jembatan secara perlahan-lahan hingga akhirnya aku berhasil tiba di seberang dan menyerahkan sekantong berasnya seraya berkata: "Ini dari mama".

Namun, salah satu anggota keluarga korban berkata semacam ini: "Wah... kreseknya lubang... berasnya jadi berceceran tetapi tak apa ini masih ada sisanya. Terima kasih ya..." Lantas dia segera mengamankan beras tersebut sebelum berceceran lebih banyak lagi. Aduuuh... kok bisa bocor? Kebocorannya dimulai dimana ya? Apa di jembatan itu?

Aku pun segera pulang dan harus kembali melewati jembatan goyang itu. Namun, aku tidak lagi menemukan ceceran beras setelah melewati jembatan tersebut. Mungkinkah ceceran beras sudah dipatuk ayam? Hehehe... entahlah. Untunglah ini bukan kisah Hansel and Gretel sehingga aku masih bisa pulang ke rumah sekalipun ceceran berasnya tidak sampai di rumahku... wkwwkw...

Setiba di rumah kuceritakan kepada mama bahwa jembatannya menyeramkan karena bergoyang-goyang saat dilewati tetapi aku telah berhasil menyampaikan berasnya meskipun kreseknya bocor dan ada beras yang tercecer. Mama terkejut: "Kok bocor?" Namun, aku balik bertanya: "Apa mungkin kreseknya sudah lubang dari rumah?" tetapi mama yakin bahwa tadi kreseknya tidak berlubang. Ooo... mungkinkah kresek itu sedikit berlubang karena terkena kayu jembatan yang kupegang erat-erat? Siapa yang tahu?

Oh, ternyata jika kita takut melewati jembatan, kita bisa gagal memberkati orang lain. Jika kita melewati jembatan dengan rasa takut yang dipelihara, kita bisa membuat berkatnya jadi bocor. Namun, jika kita melewati jembatan dengan gagah berani, belum tentu pula kita terlepas dari masalah karena mungkin saja ada kejadian tak terduga seperti tak sengaja ditabrak orang bertubuh besar atau terpeleset. Hehehe... kemungkinannya memang kecil sich tetapi mungkin terjadi lho.
Ps. Leonardo Sjiamsuri: "Tidak penting dimana kita berjalan karena yang terpenting dengan siapa kita berjalan."
Oleh karena itu, untuk ketidakpastian di hari esok, waktu aku takut, aku ini percaya kepada Tuhan karena Dia Maha Tahu dan Dia pun selalu ada di setiap musim hidupku. Dia pasti mengetahui masa depanku pula. ^_^
Yeremia 29:11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
DENGAN-MU TUHAN (True Worshippers)
Tak pernah kuragu akan kesetian-Mu. Kau pegang hidupku. Sepenuh jiwaku kuyakin dan percaya Kau tuntun langkahku.
# Yesus Kaulah raja dalam hidupku. Berkuasa, berjaya untuk s'lamanya.
Reff: Hanya Kau Tuhan sumber kekuatan. Kuasa-Mu tercurah bagiku senantiasa. Dengan-Mu Tuhan ku 'kan berjalan dari kemuliaan sampai kemuliaan s'lamanya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.