Monday, November 7, 2016

Kekompakan Sejati atau Palsu?

Di Desa Pohon seseorang meminta masing-masing warga urunan (pengumpulan uang secara kolektif) Rp20.000,00 untuk merayakan ultah Kades yang jatuh pada tanggal 15 bulan Sabit tahun Monyet. Sebenarnya AIUEO keberatan untuk ikut urunan karena Kades dianggap kurang memperhatikan hak-hak mereka. Namun, akhirnya mereka ikutan agar tidak dianggap kubu-kubuan.

Beberapa hari kemudian si I berkata kepada si P: "Tanggal 25 bulan Sabit tahun Monyet si T berulang tahun dan kita mau memberinya kado untuk kekompakan. Kamu mau ikut urunan?"
¤P: "Wah... kemajuan... akhirnya ada yang berinisiatif menjalin kekompakan padahal sekitar seminggu lalu mereka belum mau kompak."
: "Eits... jangan senang dulu. Ingat pengalamanmu di Desa Warna dan Desa Elok. Coba tanya urunannya berapa?"

Si I pun menjelaskan bahwa mereka mau urunan Rp50.000,00 jika membelikannya kado A dan B atau urunan Rp25.000,00 jika membelikannya kado B saja tetapi tak ada paksaan dan harus ikhlas. Namun, sebelum menjawab pertanyaannya... mari berkunjung sejenak ke Desa Warna di masa nan lalu.

Alkisah di Desa Warna sekelompok warga berencana memberikan hadiah kepada si Coklat yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Lantas si Merah mengusulkan agar masing-masing warga memberi Rp25.000,00 untuk membeli kado. Semua warga setuju, kecuali si Orange.

Orange: "Wah... kalau Rp25.000,00 aku keberatan... aku tidak bisa ikutan. Rp15.000,00 saja lha."
Ungu: "Ya sudah... kamu tidak perlu ikut memberi karena semua sudah sepakat Rp25.000,00 kok."
Kuning: "Sudahlah... Rp15.000,00 saja supaya si Orange juga bisa memberi... biar kompak."
MeJiKuHiBiNiU (Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu): "Ya udah dech... Oke... Okey... Ya... Terserah..."
Orange: "Siipp... kita minta Nyonya Tanah ikutan yuuk... Siapa tahu dia mau memberi lebih dari Rp50.000,00"

Jingga pun menemui Nyonya Tanah.
Jingga: "Bu, kita mau membeli kado untuk menyambut kelahiran bayi si Coklat. Ibu mau ikutan?"
Nyonya Tanah: "Para warga memberi berapa?"
Jingga: "Masing-masing Rp15.000,00 Bu."
Nyonya Tanah: "Oke, ini Rp15.000,00"
Jingga: "Terima kasih Bu."

Kemudian Jingga menemui kawan sewarga: "Nyonya Tanah mau ikut memberi." Tanya si Merah: "Dia memberi berapa?" Jingga pun menyodorkan uang pemberian dari Nyonya Tanah dan menceritakan percakapan mereka.

Pantang Mengeluh
Merah: "Wah... masa Nyonya Tanah memberi sama dengan kita? Levelnya tuh beda. Biasanya di desa-desa lain pemilik tanah selalu memberi lebih banyak daripada warga desa lainnya. Kalau tahu begini, seharusnya kamu katakan kepadanya bahwa kita urunan Rp50.000,00 per warga."

Jingga: "Iya sich tapi kalau ketahuan berbohong, kita bakal tidak dipercaya lagi olehnya."

Biru: "Ah... anggap saja Nyonya Tanah ingin duduk sama tinggi dan berdiri sama rendah dengan kita. Selain itu, kita nantinya pergi mengantar kado ke rumah si Coklat bersama dia dengan menumpang mobilnya pula. Bensinnya pun ditanggungnya. Bahkan, Nyonya Tanah tidak malu duduk berdempetan semobil dengan kita sekalipun level kita lebih rendah darinya. Pemilik tanah di desa-desa lain pasti gengsi lha kalau harus semobil dengan warga kelas bawah seperti kita."

Nila: "Hahaha... betul... betul... betul..."

Hijau: "Ya betul... Ini namanya..."

MeJiKuHiBiNiU+Orange: "Kompak... hahaha..."

SATU dalam KASIH (Yehuda Singers)
Begitu indah terjalin mesra. Satu dalam kasih kita bersaudara. Begitu indah terjalin mesra. Satu dalam kasih kita bersaudara.
Chorus: Di dalam kasih Yesus kita bersaudara. Tanpa ada rasa curiga dan saling terbuka. Di dalam kasih Yesus kita bersaudara. Mari kita jalin bersama Sampai Tuhan Yesus datang kedua kalinya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.