Di Desa Pohon seseorang meminta
masing-masing warga urunan (pengumpulan uang secara kolektif) Rp20.000,00 untuk
merayakan ultah Kades yang jatuh pada tanggal 15 bulan Sabit tahun Monyet.
Sebenarnya AIUEO keberatan untuk ikut urunan karena Kades dianggap kurang
memperhatikan hak-hak mereka. Namun, akhirnya mereka ikutan agar tidak dianggap
kubu-kubuan.
Beberapa hari kemudian si I
berkata kepada si P: "Tanggal 25
bulan Sabit tahun Monyet si T berulang tahun dan kita mau memberinya kado untuk
kekompakan. Kamu mau ikut urunan?"
¤P: "Wah... kemajuan... akhirnya ada yang berinisiatif menjalin
kekompakan padahal sekitar seminggu lalu mereka belum mau kompak."
☆: "Eits... jangan senang dulu. Ingat
pengalamanmu di Desa Warna dan Desa Elok. Coba tanya urunannya berapa?"
Si I pun menjelaskan bahwa
mereka mau urunan Rp50.000,00 jika membelikannya kado A dan B atau urunan
Rp25.000,00 jika membelikannya kado B saja tetapi tak ada paksaan dan harus
ikhlas. Namun, sebelum menjawab pertanyaannya... mari berkunjung sejenak ke
Desa Warna di masa nan lalu.
Alkisah di Desa Warna
sekelompok warga berencana memberikan hadiah kepada si Coklat yang baru saja
melahirkan anak pertamanya. Lantas si Merah mengusulkan agar masing-masing
warga memberi Rp25.000,00 untuk membeli kado. Semua warga setuju, kecuali si
Orange.
Orange: "Wah... kalau Rp25.000,00
aku keberatan... aku tidak bisa ikutan. Rp15.000,00 saja lha."
Ungu: "Ya sudah... kamu tidak perlu ikut memberi karena semua sudah
sepakat Rp25.000,00 kok."
Kuning: "Sudahlah... Rp15.000,00
saja supaya si Orange juga bisa memberi... biar kompak."
MeJiKuHiBiNiU (Merah, Jingga,
Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu): "Ya
udah dech... Oke... Okey... Ya... Terserah..."
Orange: "Siipp... kita minta Nyonya Tanah ikutan yuuk... Siapa tahu dia
mau memberi lebih dari Rp50.000,00"
Jingga pun menemui Nyonya
Tanah.
Jingga: "Bu, kita mau membeli kado untuk menyambut kelahiran bayi si
Coklat. Ibu mau ikutan?"
Nyonya Tanah: "Para warga memberi berapa?"
Jingga: "Masing-masing Rp15.000,00 Bu."
Nyonya Tanah: "Oke,
ini Rp15.000,00"
Jingga: "Terima kasih Bu."
Kemudian Jingga menemui kawan
sewarga: "Nyonya Tanah mau ikut
memberi." Tanya si Merah: "Dia
memberi berapa?" Jingga pun menyodorkan uang pemberian dari Nyonya
Tanah dan menceritakan percakapan mereka.
Merah: "Wah... masa Nyonya Tanah
memberi sama dengan kita? Levelnya tuh beda. Biasanya di desa-desa lain
pemilik tanah selalu memberi lebih banyak daripada warga desa lainnya. Kalau
tahu begini, seharusnya kamu katakan kepadanya bahwa kita urunan Rp50.000,00 per
warga."
Jingga: "Iya sich tapi kalau ketahuan berbohong, kita bakal tidak
dipercaya lagi olehnya."
Biru: "Ah... anggap saja Nyonya
Tanah ingin duduk sama tinggi dan berdiri sama rendah dengan kita. Selain
itu, kita nantinya pergi mengantar kado ke rumah si Coklat bersama dia dengan
menumpang mobilnya pula. Bensinnya pun ditanggungnya. Bahkan, Nyonya Tanah
tidak malu duduk berdempetan semobil dengan kita sekalipun level kita lebih
rendah darinya. Pemilik tanah di desa-desa lain pasti gengsi lha kalau harus
semobil dengan warga kelas bawah seperti kita."
Nila: "Hahaha... betul... betul... betul..."
Hijau: "Ya betul... Ini namanya..."
MeJiKuHiBiNiU+Orange: "Kompak...
hahaha..."
SATU dalam KASIH (Yehuda
Singers)
Begitu indah terjalin mesra. Satu dalam
kasih kita bersaudara. Begitu indah terjalin mesra. Satu dalam kasih kita
bersaudara.
Chorus: Di dalam kasih Yesus kita bersaudara.
Tanpa ada rasa curiga dan saling terbuka. Di dalam kasih Yesus kita bersaudara.
Mari kita jalin bersama Sampai Tuhan Yesus datang kedua kalinya.
0 komentar:
Post a Comment