Monday, November 7, 2016

Kompak Tanpa Uang


Beberapa bulan kemudian si Coklat diizinkan pergi dari Desa Warna karena dia telah selesai mengajari penggantinya. Para warga Desa Warna pun ingin memberinya kado. Mereka segera menyusun rencana bersama-sama tanpa sepengetahuan si Coklat... psst... pssst... psssttt...

Lalu tibalah hari perpisahan dengan si Coklat. Seperti biasanya si Coklat masuk ke balai desa setelah menaruh sandalnya di pintu depan. Dia pun segera duduk di depan meja kerjanya di lantai bawah. Sementara itu si Nila diam-diam mengambil sandal si Coklat dan langsung membawanya ke lantai atas untuk dikemas dengan kardus yang dibawanya pula.

Si Merah membuat kartu ucapan untuk si Coklat dan satu per satu warga Desa Warna dipanggil untuk membubuhkan cap jempol dan tanda tangan di atas kartu tersebut. Sementara itu si Hijau dan si Nila membungkus sandal dengan koran dan kertas bekas lalu memasukkannya ke dalam kotak kardus kecil.

Si Biru segera mencari gambar di internet lalu mencetaknya di atas beberapa lembar kertas HVS. Lantas kertas-kertas bergambar tersebut ditempelkan di atas kardus sehingga kardusnya tampak indah seperti kertas kado... hohoho... Si Ungu, si Orange, si Jingga, dan si Kuning tetap bekerja seperti biasa di lantai bawah dan mengawasi si Coklat agar tidak berkunjung ke lantai atas.

Tada... akhirnya kado perpisahan telah disiapkan... hahaha... Menjelang jam pulang si Coklat kebingungan mencari sandalnya dan bertanya kepada semua warga Desa Warna. Namun, semua kompak mengatakan tidak tahu lalu memberitahunya bahwa ada kado untuknya.
"Ayo... dibuka dulu kadonya... tetapi sebelumnya ayo foto dulu."

Klik... lalu kado pun dibuka oleh si Coklat dengan susah payah karena berlapis-lapis banyak kertas dan solasi... hihihi... Para warga pun menahan tawa hingga akhirnya si Coklat menemukan kadonya dan berkata: "Hehehe... Kado apa ini? Ini sandalku sendiri... Kalian ini sungguh kompak ngerjai aku. Kapan menyiapkannya hingga aku tak tahu? Ide siapa ini?" Maka, semua warga Desa Warna tertawa bersama-sama... hahaha... Sementara itu si Coklat membaca kartu ucapan yang dia dapatkan. Ujarnya: "Oh, rupanya semua terlibat... hahaha..."
Kebersamaan adalah kunci kekompakan. Kebersamaan membuat hal yang sedikit terasa sangat melimpah. Setiap kebersamaan pasti akan berakhir, tapi kebahagiaannya akan tetap abadi dalam kenangan indah kita.
Oke... saatnya menguji tawaran kekompakan dari si I. Bagaimana reaksi AIUEO ketika si P bersikap seperti si Orange?
P: "Aku ikut jika urunannya Rp25.000,00 tetapi aku tidak ikut jika urunannya Rp50.000,00."

Nah, tanpa memberitahu si P, tiba-tiba ultah si T dirayakan pada tanggal 24 (bukan tanggal 25) bulan Sabit tahun Monyet dan pastinya tanpa melibatkan si P. Ohohoho... kini si P tahu... pasti mereka urunan Rp50.000,00. Itu sebabnya si P tidak diberitahu. Jadi, inilah kekompakan yang mereka tawarkan... sangat jauh berbeda dengan kekompakan di Desa Warna.

Oh Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Mereka bertingkah seperti warga di Desa Elok. Di Desa Elok beberapa warga juga sempat mengajak urunan kado perpisahan tanpa menyebutkan jumlahnya. Setelah kado dibeli beberapa warga terkejut karena harus urunan Rp100.000,00. Namun, karena sudah terlanjur berjanji ikut urunan, akhirnya mau tak mau ya memberi Rp100.000,00. Bahkan, sampai ada yang berhutang agar bisa ikut urunan.

Lalu seseorang curhat kepadaku: "Biasanya mereka urunan sendiri tanpa mengajak warga yang di luar geng mereka tetapi kali ini mereka mau memberikan kado mahal untuk teman satu gengnya. Itu sebabnya warga lain pun diajak urunan." Oh begitu... ya lain kali tanyakan saja dulu jumlah urunannya. Jika tak sesuai kemampuan, ditolak saja lha.

Ada Kekuatan dalam Tuhan
Jadi, bagaimana warga Desa Elok bisa kompak tanpa kebersamaan? Bagaimana bisa ada kebersamaan jika mengalah saja tak bisa? Bagaimana bisa ada kebersamaan jika kepentingan geng lebih utama daripada kepentingan umum? Bagaimana bisa ada kebersamaan jika masih ada yang sok tahu akan kebutuhan atau kehidupan pribadi orang lain? Bagaimana bisa ada kebersamaan jika masih ada yang menyorot dan menyebarluaskan kelemahan orang lain?

Yaaa... semoga saja mereka tak perlu terlebih dahulu mengalami kesulitan ekonomi atau kesulitan-kesulitan lain untuk dapat berempati kepada orang lain. Semoga tak ada lagi yang berpura-pura kaya hingga terlilit hutang demi ikut urunan atas dasar kekompakan palsu.
Roma 15:5-6 Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.
Kekompakan sejati tidak dilandasi oleh materi atau gengsi pribadi. Kekompakan dapat terjadi dengan sendirinya jika setiap warga menghindari rasa iri hati, tidak saling curiga, menghindari sifat sok tahu, menghindari sifat sok berkuasa, mau saling mengerti, mau saling mengalah, selalu melihat kelebihan sesamanya, saling percaya, sama-sama mau berpikir positif, dan senantiasa tidak menjelek-jelekkan sesamanya.
Lukas 3:9 Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api.
: "Bapa... oh Bapa... ketika Bapa menjanjikan hal itu, kupikir Bapa sendiri yang akan melakukan penebangan. Namun, mengapa aku merasa seperti kapak di tangan-Mu? Aku menjadi pemandu soraknya saja lha karena mata kapak sudah terasa tumpul nich... Ayo... ayo... tebang Bapa... cabut semua akar masalahnya..."
: "^.^... Bagaimana kamu bisa menjadi pemandu sorak jika kamu sendiri kehilangan semangat? Selain itu, Bapa sudah memiliki pemandu sorak yang lebih handal daripada kamu, yaitu Roh Kudus."
: "Hahaha... itu sich tiada duanya... tiada bandingnya... hahaha..."

TIADA BANDINGNYA ~ GMB
(Album: Chapter One)
Tiada bandingnya Kasih-Mu Bapa. Kasih di dunia semu. Tiada pernah sebanding dengan kasih-Mu.
Reff: Karna itu kubersuka, Karna itu kumenari. Karna kasih-Mu dalamku Memulihkan.
** Karna itu kubersuka, Karna itu kumenari. Tiada takut kumelangkah dengan diri-Mu.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.