Beberapa bulan kemudian si
Coklat diizinkan pergi dari Desa Warna karena dia telah selesai mengajari
penggantinya. Para warga Desa Warna pun ingin memberinya kado. Mereka segera
menyusun rencana bersama-sama tanpa sepengetahuan si Coklat... psst... pssst...
psssttt...
Lalu tibalah hari perpisahan
dengan si Coklat. Seperti biasanya si Coklat masuk ke balai desa setelah
menaruh sandalnya di pintu depan. Dia pun segera duduk di depan meja kerjanya
di lantai bawah. Sementara itu si Nila diam-diam mengambil sandal si Coklat dan
langsung membawanya ke lantai atas untuk dikemas dengan kardus yang dibawanya
pula.
Si Merah membuat kartu ucapan
untuk si Coklat dan satu per satu warga Desa Warna dipanggil untuk membubuhkan
cap jempol dan tanda tangan di atas kartu tersebut. Sementara itu si Hijau dan
si Nila membungkus sandal dengan koran dan kertas bekas lalu memasukkannya ke
dalam kotak kardus kecil.
Si Biru segera mencari gambar
di internet lalu mencetaknya di atas beberapa lembar kertas HVS. Lantas
kertas-kertas bergambar tersebut ditempelkan di atas kardus sehingga kardusnya
tampak indah seperti kertas kado... hohoho... Si Ungu, si Orange, si Jingga,
dan si Kuning tetap bekerja seperti biasa di lantai bawah dan mengawasi si
Coklat agar tidak berkunjung ke lantai atas.
Tada... akhirnya kado
perpisahan telah disiapkan... hahaha... Menjelang jam pulang si Coklat
kebingungan mencari sandalnya dan bertanya kepada semua warga Desa Warna.
Namun, semua kompak mengatakan tidak tahu lalu memberitahunya bahwa ada kado
untuknya.
"Ayo...
dibuka dulu kadonya... tetapi sebelumnya ayo foto dulu."
Klik... lalu kado pun dibuka
oleh si Coklat dengan susah payah karena berlapis-lapis banyak kertas dan
solasi... hihihi... Para warga pun menahan tawa hingga akhirnya si Coklat
menemukan kadonya dan berkata: "Hehehe... Kado apa ini? Ini sandalku
sendiri... Kalian ini sungguh kompak ngerjai aku. Kapan menyiapkannya hingga
aku tak tahu? Ide siapa ini?" Maka, semua warga Desa Warna tertawa
bersama-sama... hahaha... Sementara itu si Coklat membaca kartu ucapan yang dia
dapatkan. Ujarnya: "Oh, rupanya
semua terlibat... hahaha..."
Kebersamaan adalah kunci kekompakan. Kebersamaan membuat hal yang sedikit terasa sangat melimpah. Setiap kebersamaan pasti akan berakhir, tapi kebahagiaannya akan tetap abadi dalam kenangan indah kita.
Oke... saatnya menguji tawaran
kekompakan dari si I. Bagaimana reaksi AIUEO ketika si P bersikap seperti si
Orange?
P: "Aku ikut jika urunannya
Rp25.000,00 tetapi aku tidak ikut jika urunannya Rp50.000,00."
Nah, tanpa memberitahu si P,
tiba-tiba ultah si T dirayakan pada tanggal 24 (bukan tanggal 25) bulan Sabit
tahun Monyet dan pastinya tanpa melibatkan si P. Ohohoho... kini si P tahu...
pasti mereka urunan Rp50.000,00. Itu sebabnya si P tidak diberitahu. Jadi,
inilah kekompakan yang mereka tawarkan... sangat jauh berbeda dengan kekompakan
di Desa Warna.
Oh Bapa, ampunilah mereka
karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Mereka bertingkah seperti
warga di Desa Elok. Di Desa Elok beberapa warga juga sempat mengajak urunan
kado perpisahan tanpa menyebutkan jumlahnya. Setelah kado dibeli beberapa warga
terkejut karena harus urunan Rp100.000,00. Namun, karena sudah terlanjur
berjanji ikut urunan, akhirnya mau tak mau ya memberi Rp100.000,00. Bahkan,
sampai ada yang berhutang agar bisa ikut urunan.
Lalu seseorang curhat kepadaku:
"Biasanya mereka urunan sendiri
tanpa mengajak warga yang di luar geng mereka tetapi kali ini mereka mau memberikan kado mahal untuk teman satu gengnya.
Itu sebabnya warga lain pun diajak urunan." Oh begitu... ya lain kali
tanyakan saja dulu jumlah urunannya. Jika tak sesuai kemampuan, ditolak saja
lha.
Jadi, bagaimana warga Desa Elok
bisa kompak tanpa kebersamaan? Bagaimana bisa ada kebersamaan jika mengalah
saja tak bisa? Bagaimana bisa ada kebersamaan jika kepentingan geng lebih utama
daripada kepentingan umum? Bagaimana bisa ada kebersamaan jika masih ada yang
sok tahu akan kebutuhan atau kehidupan pribadi orang lain? Bagaimana bisa ada
kebersamaan jika masih ada yang menyorot dan menyebarluaskan kelemahan orang
lain?
Yaaa... semoga saja mereka tak
perlu terlebih dahulu mengalami kesulitan ekonomi atau kesulitan-kesulitan lain
untuk dapat berempati kepada orang lain. Semoga tak ada lagi yang berpura-pura
kaya hingga terlilit hutang demi ikut urunan atas dasar kekompakan palsu.
Roma 15:5-6 Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.
Kekompakan sejati tidak
dilandasi oleh materi atau gengsi pribadi. Kekompakan dapat terjadi dengan
sendirinya jika setiap warga menghindari rasa iri hati, tidak saling curiga,
menghindari sifat sok tahu, menghindari sifat sok berkuasa, mau saling
mengerti, mau saling mengalah, selalu melihat kelebihan sesamanya, saling
percaya, sama-sama mau berpikir positif, dan senantiasa tidak menjelek-jelekkan
sesamanya.
Lukas 3:9 Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api.
★: "Bapa... oh
Bapa... ketika Bapa menjanjikan hal itu, kupikir Bapa sendiri yang akan
melakukan penebangan. Namun, mengapa aku merasa seperti kapak di tangan-Mu? Aku
menjadi pemandu soraknya saja lha karena mata kapak sudah terasa tumpul nich...
Ayo... ayo... tebang Bapa... cabut semua akar masalahnya..."
☆: "^.^...
Bagaimana kamu bisa menjadi pemandu sorak jika kamu sendiri kehilangan
semangat? Selain itu, Bapa sudah memiliki pemandu sorak yang lebih handal
daripada kamu, yaitu Roh Kudus."
★: "Hahaha...
itu sich tiada duanya... tiada bandingnya... hahaha..."
TIADA BANDINGNYA ~ GMB
(Album: Chapter One)
Tiada bandingnya Kasih-Mu Bapa. Kasih di
dunia semu. Tiada pernah sebanding dengan kasih-Mu.
Reff: Karna itu kubersuka, Karna itu
kumenari. Karna kasih-Mu dalamku Memulihkan.
** Karna itu kubersuka, Karna itu kumenari.
Tiada takut kumelangkah dengan diri-Mu.
0 komentar:
Post a Comment